Secret Groom

16. Pertama Selamanya

Setelah bibir merahnya menempel dengan sempurna pada bibir mungil Jungkook, Ji Eun hanya bisa terdiam dengan netra yg melotot terkejut.
Ji Eun melotot terkejut bukan karena tindakan nekat Si Tembam yg tiba-tiba menciumnya, melainkan karena dirinya sendiri yg tiba-tiba merasa malu tanpa sebab, terlihat jelas dari pipi mulusnya yg berubah warna menjadi merah padam, dan yg semakin membuat Ji Eun terkejut adalah detak jantungnya yg seketika berdegup kencang padahal ini belum bisa disebut sebuah ciuman jika hanya menempelkan bibir satu sama lain.

"k-kau kenapa Ji Eun? i-ini bukan ciuman pertamamu, payah!"
Batin Ji Eun sembari menatap ambigu pada netra bulat Si Tembam yg sedang terpejam.

Harusnya Ji Eun menikmatinya dengan melumat bibir Si Tembam atau jika dia tidak menginginkannya, bisa saja dia melepasnya dan pergi meninggalkan bocah tersebut.
Namun kenyataannya, Ji Eun hanya terpaku berusaha mencari sumber masalah yg sedang berkecamuk di dalam dirinya.

Batin Ji Eun benar-benar merasa seperti orang bodoh, bahkan ketika pertama kali berciuman dengan Taehyung pun, dirinya sama sekali tidak merasakan hal yg aneh seperti saat ini.
Memang benar Taehyung adalah kekasih pertamanya, tapi Taehyung bukanlah ciuman pertamanya.

Ciuman pertama itu hadir saat Ji Eun berusia 16 tahun.
Dan anehnya ciuman pertama tersebut direnggut oleh seorang bocah balita, maka dari itu Ji Eun tidak menganggapnya sebagai ciuman pertama.
Kendati demikian, perasaan bodoh yg sedang dia alami saat ini sama seperti apa yg dia rasakan seperti 14 tahun yg lalu.

Ketika Ji Eun berusia 16 tahun, Ji Eun berlibur ke Pulau Jeju bersama ayah dan ibunya.
Lebih tepatnya bukan berlibur, Ji Eun hanya ikut bersama kedua orang tuanya untuk urusan pekerjaan.
Namun berhubung Ji Eun juga sedang liburan sekolah, alhasil Ji Eun pun menganggap perjalanan bisnis tersebut adalah liburan keluarga.

Saat itu Ji Eun sedang berjalan-jalan seorang diri menikmati pemandangan pedesaan yg nampak asri dengan hamparan sawah di sepanjang jalan.
Dan tiba-tiba saja Ji Eun mendengar isak tangis seorang bocah dari arah selokan yg tak jauh dari tempatnya berdiri.
"hu..uuu..uu.. ibu tolong aku, ibu.. ayah tolong aku.. hu..uuu..uu"

Sontak Ji Eun pun bergegas mendatangi sumber suara.
Dan benar saja, seorang bocah balita rupanya sedang terperosok di dalam selokan bersama sepeda yg menindih tubuh mungilnya.
"astaga!!! sabar ya dik.. sini noona bantu keluar"

Ji Eun pun terlebih dulu mengeluarkan sepeda yg menindih tubuh si bocah, setelah itu Ji Eun mengulurkan tangannya untuk menarik tubuh balita tersebut keluar dari selokan.

"ya ampun.. kotor sekali tubuhmu.. dimana rumahmu?"
Ucap Ji Eun sembari memandangi si bocah yg di penuhi noda-noda lumpur di sekujur tubuhnya.

"disitu noona.. dibalik bukit itu.. hiks.. hiks"
Ucap si bocah dengan nafas tersenggal-senggal pasca menangis.

"hmm.. hmm.. kau sih mainnya terlalu jauh.. lihat.. sampai jatuh begini kan.. lain kali kalau main tidak boleh jauh-jauh ya"
Ji Eun menggelengkan kepala sembari memberi petuah pada si bocah.

"uhm"
Si bocah mengangguk patuh sembari menatap Ji Eun dengan mata bulatnya.

"karena kau begitu kotor, sebelum pulang noona akan memandikanmu.. sini ikut noona"
Ji Eun pun menggiring bocah balita tersebut menuju saluran irigasi persawahan yg berada tak jauh dari selokan tempat bocah tersebut terperosok.

Sesampainya di saluran irigasi, Ji Eun melucuti semua pakaian yg dikenakan si bocah lalu menggiring bocah tersebut untuk berdiri tepat di bawah aliran air.

Bocah tersebut akhirnya mandi dengan riangnya, seperti balita pada umumnya yg gemar bermain air.
"cung.. cung.. cung.. cung"
Racau si balita sembari melompat-lompat kecil.