Part 27

1K 102 11
                                    

***

Pagi kembali menyapa, Prilly yang saat ini sudah bersiap-siap untuk pergi ke pondok pesantren, tempat akad nikah Adiba dan Ali akan di laksanakan pada hari besok. Prilly sudah menyetujui permintaan Ummi Kulsum untuk membantu persiapan pernikahan Ali dan Adiba. Memang, semuanya sudah setuju jika akad nikah akan di laksanakan di kawasan pondok pesantren, sesuai dengan keinginan Adiba.

Prilly berjalan gontai menuruni anak tangga rumah tante Dewi. Prilly berjalan menuju ruang makan. Di sana sudah ada Tante Dewi, Gia, dan Sarah yang kemarin malam ikut pulang bersama Prilly.

"Pagi, semua." sapa Prilly sambil mendudukkan dirinya di samping Gia.

"Pagi juga sayang." jawab Dewi sambil tersenyum manis kepada Prilly.

"Selamat pagi, Teh Illy." ujar Sarah yang duduk tepat di hadapannya.

"Pagi, Pril." ujar Gia sambil menatap Prilly dengan senyum khasnya.

"Pril? Kenapa Teh Gia manggil Teh Illy, Prill?" tanya Sarah. Gia dan Prilly kompak menatap Sarah.

"Loh, kamu emang enggak tahu, Sar? Kan nama Teh Illy itu Prilly." ujar Dewi menjelaskan kepada Sarah. "Eh, iya Mama lupa. Kamu kan tahu nya Illy aja ya, kan semua keluarga manggil Prilly dengan panggilan Illy." lanjutnya.

"Prilly?" tanya Sarah. Prilly menepuk keningnya pelan sambil menatap Gia dengan pandangan panik.

"Sori, gue keceplosan, Pril." bisik Gia pada Prilly.

"Iya sayang, kenapa? Kok kamu kaya kaget gitu tahu nama Teh Illy itu Prilly?" tanya Dewi.

"Kalau enggak salah, Fatimah pernah cerita kalau pacarnya Kak Asya yang di Jakarta itu namanya Kak Prilly. Jangan-jangan, Teh Illy pacarnya Kak Asya ya?" tanya Sarah. Prilly terkejut mendengar ucapan Sarah yang menebak dengan tepat dan benar.

"Enggak mungkin lah, sayang. Kakak nya Fatimah kan namanya Asya, nah setahu Mama pacarnya Illy itu Ali. Iya enggak, sayang? Waktu itu Bunda kamu pernah cerita sama Tante." ujar Dewi meminta kejelasan kepada Prilly.

"Mama, Kak Asya itu iya Kak Ali." ujar Sarah sebelum Prilly mengatakan sesuatu. "Jadi bener dong, Teh Illy pacarnya Kak Asya?" tanya Sarah kepada Prilly.

"Em, Sarah ..."

"Bentar deh, Mama enggak ngerti. Asya adalah Ali, gimana maksudnya?" tanya Dewi kepada Sarah. Sarah mengalihkan perhatiannya kepada sang Mama.

"Jadi, Kak Asya itu namanya Ali Syarief. Tapi keluarga besarnya sama para santri manggilnya Kak Asya. Singkatan dari namanya." ujar Sarah menjelaskan kenapa Ali dipanggil Asya. Dewi menganggukkan kepala nya tanda mengerti atas penjelasan anaknya.

"Kalau begitu, Illy berarti benar kamu pacarnya Ali anaknya Ustadz Harun?" tanya Dewi.

"Teh Illy, ayo jawab." ujar Sarah ketika Prilly hanya diam dan saling bertatap pandang dengan Gia.

"Iya tante, Prilly mantan nya Ali." bukan Prilly, melainkan Gia lah yang menjelaskan kepada Dewi dan juga Sarah.

"Ya Allah, kenapa Teh Illy bisa sekuat itu? Sahabat Teh Illy sendiri yang akan nikah sama pacar Teh Illy? Bagaimana bisa Teh Illy menyembunyikan semua ini dari Fatimah?" tanya Sarah.

"Aku enggak bermaksud menyembunyikan ini semua dari siapa pun. Aku enggak tahu kalau Fatimah adalah adiknya Ali dan Adiba adalah sahabat baik Ali," ujar Prilly dengan berusaha menahan air matanya agar tak tumpah. Prilly sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi Ali lagi, yang jelas-jelas bukan jodohnya. "Aku juga enggak tahu, kalau ternyata rumah Ali di Bandung."lanjutnya.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang