Part 31

1.6K 140 26
                                    

***

"Aku enggak setuju pernikahan ini terjadi!" semua orang kini berbalik menatap Fatimah yang sedari tadi hanya diam tanpa berkata apapun.

"Fafa ..."

"Jangan panggil aku Fafa!" ujar Fatimah menyela perkataan Prilly. Prilly berjalan menghampiri Fatimah.

"Jangan deketin aku!" bentak Fatimah ketika Prilly hendak meraih tangannya.

"Fafa, enggak boleh begitu! Yang sopan!" ujar Ali dengan nada yang meninggi memperingati Fatimah. Fatimah menatap Ali dengan pandangan kecewa, baru kali ini kakak nya membentak dirinya di hadapan orang banyak.

"Sayang, kamu kenapa enggak setuju Bang Asya nikah sama Teh Illy? Bukannya Fat pernah bilang pengen punya kakak ipar seperti Teh Illy?" tanya Ummi Kulsum dengan lembut sambil mengelus punggung Fatimah.

"Aku enggak mau Bang Asya nikah sama Kak Prilly! Fat suka sama Teh Illy tapi bukan Kak Prilly!" ujar Fatimah. "Kak Prilly itu udah ngerebut Bang Asya dari aku, aku enggak suka sama Kak Prilly!" teriaknya.

"Fatimah!" bentak Abi Harun, selama ini Fatimah tak pernah berbicara dengan nada tinggi seperti itu. "Abi enggak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap tidak sopan kepada orang lain! Ayo, minta maaf sama Kak Prilly!" ujar Abi Harun.

"Enggak! Aku enggak salah. Kak Prilly udah ngerebut Bang Asya dari aku bertahun-tahun lamanya. Bang Asya enggak mau pulang ke Bandung gara-gara Kak Prilly! Aku benci sama Kak Prilly!" teriak Fatimah yang berontak dari nasehat Abi Harun.

"Fatimah!" kali ini Ali yang membentak Fatimah. Fatimah menatap Ali dengan pandangan sedihnya.

"Bahkan sekarang, Abi sama Bang Asya belain Kak Prilly? Kalian bentak aku demi Kak Prilly! Aku benci sama semuanya!"

"Fa, maafin Kak Prilly. Kakak enggak pernah bermaksud untuk merebut Ali dari kamu," ujar Prilly.

"Fat, sabar Teh Illy enggak ..."

"Diam Sar, enggak usah belain Kak Prilly. Kamu udah tahu semuanya kan? Dan kamu enggak ngasih tahu aku? Kenapa?" ucap Fatimah menyela ucapan Sarah. "Abi juga, abi sudah tahu kalau Teh Illy adalah perempuan Jakarta itu, tapi Abi diam aja!" lanjutnya sambil menatap Abi Harun, kemudian tatapannya beralih kepada Adiba. "Aku juga kecewa sama Teh Adiba."

"Fat ..."

"Teh Adiba sudah tahu semuanya, tapi Teh Adiba malah diam aja dan biarin Abang aku deket sama perempuan Jakarta itu. Padahal Teh Adiba tahu kalau aku enggak suka sama perempuan Jakarta itu yang tak lain adalah Kak Prilly," ujar Fatimah menyela ucapan Adiba. "Tapi kenapa Teh Adiba malah menyuruh bang Asya buat nikah sama Kak Prilly?"

"Tapi Fat, cinta itu enggak bisa dipaksakan. Kakak kamu sama Kak Prilly saling mencintai. Kamu enggak berhak untuk memisahkan mereka berdua," ujar Adiba mencoba memberikan pengertian kepada Fatimah.

"Fatimah, kamu salah paham. Kak Prilly adalah orang yang sangat baik," ujar Annisa yang kini beralih menatap Prilly. "Mungkin, dulu aku juga menganggap Kak Prilly adalah orang yang sudah membawa Kak Ali ke jalan yang salah. Tapi ternyata aku salah, Kak Prilly orang baik. Kak Prilly enggak tahu apapun tentang identitas Kak Ali yang sebenarnya."

"Teh Ica juga ikut belain Kak Prilly?" tanya Fatimah dengan nada meninggi.

"Bukan belain Fat, tapi Teh Ica hanya menyampaikan apa yang Teteh tahu. Itu saja," ujar Annisa.

"Sayang, semuanya adalah takdir Allah. Kamu enggak berhak menilai orang lain tanpa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi," ujar Ummi Kulsum dengan suara lembut. "Fat mau kan lihat Bang Asya bahagia?" tanya Ummi Kulsum. Fatimah menatap Ali dengan berlinang air mata. Ali adalah kakak nya mana mungkin Fatimah tak ingin melihat kakak nya tak bahagia, bukan?

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang