Part 35

1.2K 97 34
                                    

Welcome to my readers. Selamat membaca, aku enggak tahu sih, masih ada pembaca setianya atau enggak di sini. Well, buat yang udah mampir, terima kasih banyak guys.

Enjoy, ya. Pelan-pelan bacanya, resapi juga. Semoga enggak bosen sama ceritanya.

***

"Tidakkkkk!" teriak Ali dengan mata yang masih terpejam.

"Li, kenapa?" ujar seseorang sambil menggoyangkan tubuh Ali.

"Ali bangun!!" teriak nya lagi berusaha membangunkan Ali.

"Gak mungkinnnn!!!" teriak Ali lagi, kini dengan mata yang terbuka. Napasnya memburu, keringat dingin bercucuran di tubuhnya.

"Gak mungkin kenapa? Kamu mimpi buruk, Li?" Mata Ali seketika menatap seseorang yang kini berada di hadapannya. Seketika bayangan dalam mimpi nya muncul kembali dalam ingatannya.

"Jadi bener lo suka sama Prilly?"

"Kalau iya kenapa?" ujar Akbar. "Prilly enggak pantas nikah sama laki-laki seperti kamu! Laki-laki yang udah bikin dia sakit hati dan sedih selama bertahun-tahun."

"Maaf Ali. Mungkin dulu iya, aku sangat mencintai kamu. Tapi, setelah aku bertemu dengan Akbar rasa itu mendadak hilang begitu saja. Rasa kagum aku terhadap Akbar seolah menggantikan posisi kamu di hati aku," ujar Prilly. "Sekali lagi maaf Ali, aku tidak bisa menikah dengan kamu. Aku mencintai Akbar. Semoga kamu bisa bertemu dengan seseorang yang benar-benar mencintai kamu."

"Untung cuma mimpi," ujar Ali sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengusap dadanya untuk menenangkan pikirannya.

"Kamu baik-baik aja kan?"

Ali kembali menatap orang itu dengan tatapan tajam, "Lo, duduk!" perintahnya.

Orang itu menatap Ali dengan heran, "Akbar, duduk!" perintah Ali kembali kepada orang itu yang ternyata adalah Akbar.

Akbar pun duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Ali.

"Jawab pertanyaan gue dengan jujur." Ali menatap Akbar dengan serius sedangkan Akbar hanya menatapnya dingin, tak mengerti dengan maksud dan tujuan dari saudaranya itu.

"Udah siang, saya hanya ingin mengantarkan baju ini. Ummi yang nyuruh saya ke sini, semua orang sudah siap di bawah," ujar Akbar sambil memperlihatkan kemeja putih lengkap dengan jas nya untuk dipakai Ali di acara akad nikah hari ini.

"Itu gampang, gue mau tanya sesuatu sama lo," ujar Ali.

"Apa?" tanya Akbar.

"Pertanyaan gue kemarin malam," ujar Ali. "Gue gak mau berangkat sebelum lo jawab pertanyaan gue. Gue gak mau mimpi gue semalam jadi kenyataan."

"Pertanyaan yang mana?"

"Lo suka sama Prilly?" ujar Ali dengan nada bertanya kepada Akbar.

Sesaat Akbar menatap Ali dengan wajah dingin nya, setelahnya tawa meledak dari mulut Akbar.

"Haha ... Li ya Allah, haha jadi kamu mimpi apa? Sampai harus bertanya seperti itu sama saya?" tanya Akbar.

"Gak usah ketawa! Lo cukup jawab iya atau enggak?" ujar Ali yang kesal karena Albar malah menertawakan pertanyaannya.

"Oke, oke. Jujur ya. Saya emang sayang sama Illy ..." ujar Akbar membuat Ali seketika menatapnya dengan tatapan tajam, tak suka jika Akbar mengakui jika dirinya menyayangi Prilly, calon istrinya.

"Tapi, sayang nya saya itu hanya sebagai sahabat. Sama seperti Adiba yang menyayangi Illy, saya juga sangat menyayangi Illy," tutur Akbar.

"Li, kebahagiaan Illy ada di diri kamu. Saya percaya kamu bisa membahagiakan Illy," ujar Akbar sambil menepuk pundak Ali seolah menaruh kepercayaan yang begitu besar pada Ali.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang