Part 20

1.3K 97 20
                                    

🍁Aku memang merindukanmu, tapi bukan temu seperti ini yang ku harapkan🍁

🖊Prilly🖊

FOLLOW!! FOLLOW!! FOLLOW!!

Satu follow dari kalian sangat membantu semangat saya dalam menulis🥳 bukan gila followers hanya saja saya berharap kesadaran dari kalian pembaca setia *ALPRILlOvE* jika kita memang harus saling menghargai bukan?🙏🏻 Kalian happy membacanya dan saya pun happy menulisnya😍 adil bukan?🤭🤗

Sebelum menikmati ceritanya, boleh dong Follow dulu akun nya🙏🏻 biar kita sama-sama saling memberi manfaat ya😍

Sebelum membaca ada baiknya klik bintangnya dulu ya😍 biar baca ceritanya happy dan gak merasa dikejar-kejar tanggung jawab sebagai seorang pembaca yang cerdas😁

#PEMBACA_YANG_CERDAS adalah kalian yang bisa menghargai karya orang lain dengan tulus!!🤩

Jangan lupa, klik bintangnya jangan sampai ketinggalan ya!🥳

****
Ali, saat ini sedang merenung seorang diri di dalam kamarnya. Entah kenapa mendengar nama Illy, hati dan pikirannya malah tertuju pada gadis yang dulu bahkan mungkin sampai sekarang masih dicintainya.

"Prilly, kamu di mana sekarang? Apa kabar kamu? Aku rindu sama kamu, Mentari" batin Ali berbicara.

Tak terasa air matanya mengalir begitu saja, Ali sangat merindukan mentari nya. Di kamar ini ia tumpahkan segala emosi dalam jiwanya. Besok dirinya akan melamar seorang perempuan sholehah, dia adalah sahabat nya sendiri. Ali harus mulai melupakan Mentari nya!

"Bang Asya nangis ya?" tiba-tiba Fatimah datang dan duduk di samping Ali.

Ali dengan segera menghapus air matanya dan setelahnya menatap Fatimah kemudian tersenyum.

"Abang masih mikirin perempuan yang di Jakarta itu ya? Jangan-jangan Bang Asya masih cinta sama dia ya?" tebak Fatima.

"Fafa gak suka ya kalau bang Asya masih berhubungan sama perempuan itu! Bang ingat, abang sebentar lagi mau nikah sama Teh Adiba dan abang masih mikirin perempuan itu?"

"Hey, Fafa apaan sih! Enggak kok, abang gak mikirin dia!" ucap Ali mengelak.

"Awas ya, kalau bang Asya masih mikirin dia! Fafa gak suka sama dia. Gara-gara dia bang Asya jadi jauh sama Fafa. Bang Asya gak mau pulang ke Bandung gara-gara dia!" ucap Fatimah. Dalam hatinya Ali tersenyum getir. Fatimah, adik yang sangat dia sayangi yang sejak kecil ia tinggalkan. Ali faham dengan perasaan Fatimah, dan wajar jika adiknya itu tak menyukai kekasihnya ah benarkan Prilly masih menjadi kekasihnya? Bukannya dulu dirinya belum mengiyakan keinginan Prilly untuk putus dengannya? Dan rasanya sampai kapan pun Ali tak akan memutuskan Prilly.

"Fafa, dengerin abang! Dia gak salah apa-apa, dia sama sekali gak tahu apa-apa! Fafa jangan nyalahin dia!" ucap Ali dengan lembut namun tegas.

"Tapi Fafa gak suka lihat abang nangis gara-gara dia!" ucap Fatimah.

"Abang gak nangis gara-gara dia kok!" sanggah Ali.

"Terus bang Asya nangis karena apa?"

Ali terdiam sejenak, pandangannya lurus menatap sebuah foto. Fatimah mengikuti arah pandang sang kakak.

"Bang Asya, kangen sama Ummi Aisyah ya?" Ali lantas mengangguk sambil mengambil foto tersebut dan memandangnya lekat.

Ummi Aisyah, seorang perempuan yang telah melahirkan dirinya dan juga Fatimah ke dunia ini. Sosok Ibu yang begitu lembut dan penuh cinta kepada keluarganya. Rasa rindu itu tak pernah bisa Ali bendung. Ummi Aisyah, kini sudah berpulang ke rahmatullah.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang