Part 11

839 62 9
                                    

🍁Ketika keraguan menyelimuti hati, bukan manusia maka Allah lah tempat bercerita yang terbaik! Allah beri kamu solusi paling pasti, di saat manusia hanya mampu memberi banyak opini🍁

🖊Jingga_story🖊

****
Prilly berjalan menuju kelasnya, perkataan Nisa begitu menusuk hatinya. Ada perasaan lain di hatinya saat mendengar Nisa membacakan penjelasan surat Al-Isra ayat 32. Prilly juga teringat dengan ucapan Papa nya Ali kemarin malam. Apa dirinya sudah berdosa karena pacaran dengan Ali? Apakah dirinya penyebab Ali jauh dari Allah? Apakah dirinya sudah membawa pengaruh buruk pada Ali? Semua pertanyaan itu kini memenuhi otaknya.

Prilly terduduk di kursi yang ada di koridor depan kelasnya. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas.

"Prilly lo gak papa?" tanya Gia yang kini sudah duduk di samping Prilly.

Prilly menatap Gia kemudian menggelengkan kepalanya berusaha menyembunyikan kesedihannya di hadapan sahabatnya.

Gia menggenggam tangan Prilly seraya di tatap nya mata sendu Prilly. "Prill kita bersahabat, gue sahabat lo. Gue tahu lo gak baik-baik aja sekarang. Lo gak usah dengerin ucapan nya anak baru itu ya! Lo gak salah! Bukan salah lo! Lo tenang ya ada gue di sini yang nemenin lo!." ucap Gia.

Bruk, Prilly langsung memeluk tubuh mungil Gia sambil menangis tersedu-sedu. Prilly menangis di pelukan Gia, usapan lembut di punggung Prilly yang Gia berikan sedikit mengurangi guncangan dihatinya.

"Gii, apa iya gue udah bawa pengaruh buruk buat Ali?" tanya Prilly sambil terisak.

"Pril lo jangan ngomong gitu dong!" sela Gia.

"Tapi Gii....."

"Prilly!" suara panggilan Ali memotong ucapan Prilly.

Dengan segera Gia melepaskan pelukannya pada Prilly.

"Prill kamu nangis?" tanya Ali yang kini duduk bersimpuh di hadapan Prilly sambil menggenggam tangan Prilly.

Prilly menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Pril maafin Nisa ya, dia gak tahu apa-apa tentang kita. Jadi aku mohon sama kamu jangan dimasukin hati ya omongan nya Nisa. Tolong maafin dia ya Pril." ucap Ali.

Prilly mengangguk sebagai jawaban iya. Ali tersenyum, kekasihnya ini memang berhati malaikat. Ali jadi tambah cinta pada Prilly.

"Makasih ya sayang, kamu emang yang terbaik buat aku." ucap Ali.

"Sama-sama." balas Prilly lirih. Sebenarnya hatinya masih dilanda rasa waswas entah kenapa, yang pasti saat ini dirinya takut kehilangan sosok Ali.

"Yasudah, aku ke kelas ya. Kamu belajar yang rajin. Nanti istirahat kedua kita makan bareng."ucap Ali.

"Iya." jawab Prilly singkat. Sebenarnya Ali masih merasa ada yang tidak beres dengan kekasihnya. Ingin bertanya, tapi Ali ragu lebih baik dia memberikan waktu kepada Prilly untuk menenangkan dirinya dahulu.

"Gia, gue titip Mentari nya gue ya." ucap Ali sambil mengusap rambut Prilly sayang.

"Pasti, lo juga jagain tuh sahabat kecil lo. Jangan sampe dia nyakitin hatinya sahabat gue lagi." ucap Gia.

"Gi lo gak boleh salahin Nisa dong, apa yang dia katakan itu semuanya emang bener kok." ucap Prilly.

"Iya apa yang dia katakan emang bener tapi cara penyampaiannya yang salah!!" ucap Gia.

"Lii, kamu mending ke kelas sekarang deh. Gak usah dengerin ucapannya Gia." ucap Prilly. Ali mengangguk kemudian berlalu dari koridor kelas Prilly setelah sebelumnya mengelus kepala Prilly sayang.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang