1.6K 251 16
                                    

Jisoo menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah sederhana, Sana masih duduk dengan tenang dikursi penumpang. Jisoo sendiri merasa bingung harus bagaimana, siapapun yang menyewa gadis ini sangat gila. Apa yang dia pikirkan menyewa seorang gadis kenapa bukan seorang laki - laki saja. Jisoo menghela nafasnya, melirik kearah Sana yang mengulurkan sebuah kertas kearah Jisoo yang meraihnya.





" Aku tidak tahu nomor ponselmu, atau kemana harus mengirimkan chat padamu. Orang yang menyewaku mengatakan aku perlu menanyakan hal itu sendiri. Jadi itu nomer ponselku dan aplikasi chatku. "

" Kalau kita hanya diam, aku rasa orang yang mengontrakmu tidak akan tahu. "

" Apa sekarang kamu mau mengajariku berbuat curang dengan klienku ?"

" Tidak bukan begitu Sana. " Jisoo menghela nafasnya, bertambah lagi masalah dalam hidupnya. Jisoo meraih ponselnya menuliskan nomor Sana di ponselnya, menghubungi nomor Sana saat itu juga.

" Itu nomor ponselku. "

" Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan menyia - nyiakan kesempatan. Kamu hanya perlu berkencan denganku tanpa perlu mengeluarkan uang sepeserpun. "

" Bukan itu yang aku khawatirkan Sana. "

" Tidak perlu banyak berpikir, lagipula ini hanya berjalan satu bulan saja. "

" Apapun bisa terjadi bahkan dalam hitungan detik Sana. Anyway, kalau akhirnya kamu berubah pikiran membatalkan kontrakmu bilang saja padaku. Siapapun yang mengontrakmu mungkin dia belum mengenal keluargaku dengan baik. "

" Aku rasa dia sangat mengenalmu dengan baik. Dia tahu kamu orang yang terlalu baik untuk menolakku. "

" Aku tidak sebaik itu. "

" Keberatan kalau besok kita makan siang ?"







Jisoo kembali menarik nafas, apa yang harus dia jawab. Menolak Sana akan terasa lebih baik untuknya menjauhkan Sana dan dirinya dari seluruh masalah yang mungkin akan terjadi. Tapi jika melihat sifat Sana akan berakhir dengan tidak baik lagi. Dia tidak mau jika Sana tiba - tiba datang dan membuat scene di kantornya.





" Makan malam ? Aku akan sibuk besok siang. "

" Oke. Beritahu saja dimana dan jam berapa. "

" Jam 7 malam, aku jemput. "





Sana tersenyum, ternyata benar apa yang dikatakan kliennya. Walau Jisoo seperti menolaknya tapi sebenarnya dia sosok yang baik dan perhatian dengan orang asing sekalipun. Sana mencium pipi Jisoo yang hanya diam, antara ingin mundur menolak ciuman Sana tapi tidak mau membuat Sana sakit hati. Jisoo melihat Sana yang sudah hilang dibalik pintu rumahnya.






Jisoo menaruh kepalanya diatas stir mobilnya, kepalanya berdenyut sakit. Berpikir apakah ibunya benar akan melepas mereka pergi begitu saja kalau ibunya mulai sadar jika dia tidak akan menerima uang sepeserpun jika dia mengusir anak - anaknya. Suara ponselnya mengalihkan perhatian Jisoo, dia lupa memberitahu pass apartment pada kedua adiknya. Jisoo tertawa sendiri menyadari kebodohannya. Jisoo merasakan kepalanya kembali berdenyut sakit dengan menahan sakit Jisoo melajukan mobilnya dengan perlahan.












Yeri bertolak pinggang didepan Jennie yang pura - pura tidak tahu apa - apa. Yeri memaksa Jennie agar memandangnya. Yeri semakin yakin kakaknya ini biang kerok dari munculnya gadis yang mengaku sebagai pacar kakaknya Jisoo.







" Kak Jennie siapa cewek tadi ? Kakak itu mencurigakan tahu ngga daritadi. "

" Apaan sih Yeri, kakak juga ngga kenal kok sama dia. "

 BOND // BlackVelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang