십사

1.4K 259 29
                                    

Yeri berlari menyusuri lorong rumah sakit setelah menerima telepon dari pihak rumah sakit, terlihat lagi disana didepan pintu ruang operasi sosok Irene dan Wendy yang sedang duduk dengan saling menguatkan. Yeri berdiri didepan mereka dengan wajah pucat dan sangat takut.





" Kak, bagaimana kak Jisoo ?"





Wendy memandang Irene sebelum dia berdiri dan membawa Yeri agar duduk ditempat dia sebelumnya disamping Irene. Lagi Wendy memandang Irene yang mengangguk pelan. Wendy mengatur nafasnya pelan sambil menggenggam tangan Yeri.



" Dia masih ada didalam, kata dokter ada kemungkinan dia bisa koma tapi berdoa saja itu tidak terjadi. "




Yeri menunduk menangis dengan kedua tangan yang dia tarik dari kedua tangan Wendy menutup wajahnya. Wendy membawa tubuh Yeri dalam pelukannya, walau dia sendiri masih belum tenang menunggu Lisa yang masih berada didalam ruang operasi.




Jennie dengan kasar menarik Wendy dari tubuh Yeri, menatap tajam wajah Wendy yang berbanding terbalik dengan Jennie, menatap mata Jennie dengan teduh dengan air mata diujung matanya. Irene yang terkejut dengan kedatangan Jennie ikut berdiri disamping Jennie yang siap memakan mangsanya hidup - hidup.






" Sekarang apalagi ? Kenapa kalian susah banget dibilangin ya, jauhi kami. Sejak mengenal kalian masalah datang silih berganti. "

" Kak Jen udah, kak Jisoo kak. Yeri cuma pengen kak Jisoo bisa lalui ini kak. "

" Kamu pikir kakak juga ngga sedih ?! Ini kedua kalinya kakak harus rasain ini. Kakak masih ingat harus menunggu kak Jisoo seperti ini. "

" Jen, kami juga ngga tahu tentang ini. Kami ngga pernah tahu Lisa bertemu dengan Jisoo dibelakang kami. "

" Aku tidak butuh penjelasan darimu. " Wendy menggelengkan kepala kearah Irene yang akan kembali menjawab Jennie. Ini bukan waktu yang tepat untuk beradu argument.







Joy berusaha mengimbangi lari Chaeyoung yang terus menarik tangannya setelah mendengar tentang kecelakaan Jisoo, Chaeyoung terus menghubunginya agar ikut dengannya ke rumah sakit walau ini masih jam kerja.




Chaeyoung menghentikannya kakinya melihat ketegangan yang terjadi diantara Jennie dan Irene. Joy kini paham mengapa Chaeyoung mengatakan adik Jisoo sangat menyeramkan. Dari sorot matanya jelas dia sangat menyeramkan, jika bisa dia pasti akan menjaga jarak dari dia.







Semua orang teralihkan perhatiannya setelah seorang dokter keluar dari pintu dan memanggil kedua keluarga korban. Chaeyoung menarik Joy lagi agar lebih mendekat agar mereka bisa ikut mendengar apa yang akan dikatakan oleh dokter tersebut.






" Keduanya sudah bisa melalui masa kritisnya hanya saja kami saat ini membutuhkan donor darah untuk keduanya karena stok darah kami sedang kosong dan kemungkinan terbesar hanyalah dari keluarga korban yang sama - sama mempunyai golongan darah yang sama dengan mereka. "






Jennie terhenyak, diantara mereka bertiga hanya Jisoo yang mempunyai golongan darah yang berbeda dari mereka bertiga. Wajah Jennie semakin pucat mengingat golongan darah kakaknya bisa dibilang langka, sekarang dia harus mencari kemana donor untuk kakaknya. Irene memandang Wendy yang sudah mengerti dengan tatapan mata Irene. Wendy segera menghubungi Seulgi yang justru tidak mengangkat teleponnya. Wendy berulang kali mencoba tapi sama sekali tidak ada respon dari Seulgi.







" Jika sudah menemukan donornya bisa segera menemui suster, kami juga akan menghubungi palang merah untuk memastikan ketersediaan darahnya. Saya permisi. "

 BOND // BlackVelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang