The Real Deal

251 40 4
                                    

Hyewon terbangun karena memang semalaman ia sulit memejamkan mata. Diliriknya angka di jam dinding setelah mengusap wajahnya beberapa kali. Angka berhenti di pukul 4. Waktu yang sangat awal untuk Hyewon memulai paginya di hari Minggu itu. Ia mendesah pelan. Batinnya tidak tenang, itu sebabnya ia sulit tidur beberapa malam ini.

Aku rindu...

Setelah merenung beberapa menit, gadis cantik itu mulai bangkit dari ranjangnya. Ia beranjak menuju balkon kamar, hendak membuka jendela dan bertopang dagu sejenak. Menikmati udara pagi walau langitnya masih gelap. Saat tangannya baru menyibak tirai, terdengar notifikasi adanya pesan baru yang masuk. Ia mengernyit. Siapa yang mengiriminya pesan di pagi - pagi buta?

Dengan agak malas tapi penasaran, ia meninggalkan tirai untuk mengambil ponsel pintarnya dan memeriksa isi pesan.

Dengan agak malas tapi penasaran, ia meninggalkan tirai untuk mengambil ponsel pintarnya dan memeriksa isi pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Annyeong?'

Hyewon terbelalak menyaksikan isi di dalam pesan dari unknown number itu. Tapi ia mengenal siapa orang di dalam pesan media gambar tersebut. Dengan hati berdebar, Hyewon memikirkan kalimat yang pantas untuk membalasnya.

"Apa kabar?" ujarnya mendikte jari - jarinya untuk membalas. Dengan hati yang masih berdebar, Hyewon memutuskan untuk duduk di sofa dekat ranjangnya yang menghadap ke arah jendela. Ia menunggu balasan pesan.

Sesuai dugaan, tak perlu waktu lama untuk menerima balasan.

'Kabarku baik. Bagaimana kabarmu?'

"Kabarku juga baik," monolognya.

'Syukurlah.'

"Ya, syukurlah..."

Berhenti. Percakapan itu terhenti. Hyewon makin gelisah. Haruskah ia menelepon? Saat ia hendak menekan tombol untuk menelepon, panggilan yang lain terlebih dahulu masuk.

Kwon Eunbi Memanggil...

"Halo?"

"Hyewon, kau sudah bangun??"

"Iya, Kak, ada apa?"

"Hei, maaf membangunkanmu, tapi aku baru saja mendapat kabar dari Jonghyun."

Hyewon meneguk ludahnya. Setelah 3 bulan berlalu, kawan Eunbi ini mungkinkah memberi kabar buruk?

"Hyewon? Kau masih di sana?"

"I-iya, Kak. A-ada apa?"

"Mendengar suaramu... Hei, apa kau sedang khawatir saat ini??"

Hyewon tahu ia tak bisa mengelak. "I-iya, sedikit..."

Tapi Eunbi di seberang sana justru tertawa. Hyewon mengucek matanya. Normalnya orang akan mencubit kulitnya untuk meyakinkan diri. Tapi, Hyewon selalu mengucek matanya untuk urusan ini. Entah mengapa, tapi itu sudah menjadi kebiasaannya dari dulu. Yang jelas...

The Visual Triplets FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang