The Big Moves

154 21 0
                                    

"Let me talk to him (biarkan aku bicara padanya)."

. . .

"Yes, Ma'am."

. . .

"Who is it, Paul?"

"Your wife, Sir."

"Shit! What??"

Terdengar bunyi sedikit gaduh dari seberang telepon. Memancing tautan kedua alis Tiffany yang malam itu secara diam - diam menghubungi sang mantan suami.

Ethan.

"Sa-Sayang?? Saat yang tepat sekali untuk mendengar suara seksi menggodamu itu! Apa kabar, Sayang?"

"Hentikan omong kosongnya, Ethan."

Hening.

Tiffany tahu, ia bisa membayangkan ekspresi terkejut pria itu. Tak ingin buang waktu lagi, ia langsung ke pokok permasalahan.

"Jadi, kau benar - benar masih ingin melanjutkan rencana busukmu dengan memanfaatkan putri kita?"

Masih tak ada jawaban dari Ethan. Membuat Tiffany serasa ingin melempar ponsel pintarnya saja.

"Jawab aku, Ethan. Atau kau benar - benar ingin tidak akan pernah melihat kami berdua selamanya?"

Ancaman itu bukan sekedar omong kosong, Ethan tahu. Sebelum ayah kandung Wonyoung tersebut dipindahkan ke tahanan di Shanghai, Tiffany menyempatkan diri untuk menemuinya sekali lagi tanpa sepengetahuan Wonyoung. Ia memberi pesan terakhir bernada ancaman. Apabila suatu saat Tiffany sampai kembali mendapati Ethan berulah, wanita itu takkan menahan diri lagi. Ia sendiri yang akan mengatur rencana bunuh diri agar mantan suaminya ini tak lagi bisa mencari maupun mengejar keberadaannya. Bersama sang putri.

Tiffany berkata bahwa lebih baik ia mati daripada harus menyaksikan lagi penderitaan yang hanya akan ditorehkan oleh Ethan sendiri pada putri mereka, Wonyoung. Dengan bunuh diri bersama, Tiffany dan Wonyoung akan terbebas dari rencana - rencana busuk Ethan.

"Baiklah - baiklah! Akan kukatakan padamu! Tapi, kumohon, jangan menghilang lagi dariku! Kumohon??"

Ethan kira suara panik itu akan mempengaruhi pendirian wanita yang pernah hidup bersamanya tersebut. Ternyata tidak juga.

"Ka-ta-kan."

Kali ini terdengar hela nafas dari Ethan. Akan selalu tak mudah mengalihkan perhatian wanita itu. Persis seperti putri mereka.

"Ayahku memang telah menjodohkan putri kita dengan putra bungsu Yunho, pria yang kau anggap sebagai kakak kesayanganmu itu. Dan Yunho sangat setuju. Ia bilang ia sebenarnya juga sudah lama memiliki rencana untuk mencoba menyampaikan hal ini padamu. Tapi... kau keburu menghilang tak bisa ditemukan oleh orang - orangnya."

Hening. Jantung Ethan berdebar. Ia tak bisa menebak dengan pasti bagaimana ekspresi wajah Tiffany saat ini.

"Sa-Sayang? K-kau masih di sana?"

Setelah beberapa detik hanya terdengar hembusan nafas, suara yang dinanti akhirnya terdengar.

"Kau brengsek," Tiffany mengumpat meski nadanya terlalu tenang. Hal yang paling Ethan takuti. Itu berarti hanya satu.

Tiffany benar - benar murka.

"Mengapa tetap tak kau tanyakan padaku dulu? Apa kau tak menganggapku sebagai ibunya?"

Ethan terdiam. Ia merasa sangat bersalah. Dan tentu saja takut. Mendadak ia terlihat seperti orang bodoh yang ketakutan karena telah melakukan kesalahan besar. Nyatanya, Tiffany itu sangat nekat dan menakutkan. Wanita cantik tersebut menurut Ethan bisa menjadi jauh lebih berbahaya darinya bila sudah kehilangan kontrol akan emosinya sendiri. Ethan seakan lupa pada satu kenyataan mengerikan itu.

The Visual Triplets FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang