The Cute Baby Bunny's Past

331 46 1
                                    

Hyewon merasa ada yang diam - diam merangkak naik ke ranjangnya. Ia melirik ke arah jam digital di meja kerja. Angka yang ditampilkan adalah 3 pagi. Hyewon mengernyit. Ia hafal wangi manis stroberi ini adalah wangi sabun mandi kesukaan si bontot.

Benar saja.

Hyewon membalik badannya dan menemukan wajah menggemaskan Wonyoung. Berada tepat di ujung hidungnya. Kedua bola mata Hyewon memandangi manik mata bulat gadis tersebut. Yang juga terbelalak karena terkejut.

Mungkin tak menyangka kakak tertuanya masih terjaga.

"Ada apa, Adik Kelinci? Kau bermimpi buruk lagi?" gumam Hyewon setengah berbisik. Ia mencubit gemas pipi kanan Wonyoung dengan pelan.

Gadis jangkung tersebut tidak menjawab dan hanya bergerak melingkarkan tangan kanannya ke pinggang Hyewon. Tangan kirinya meraih tangan kanan Hyewon kemudian ia dekatkan ke dadanya.

Hyewon mengernyit. Debaran jantung Wonyoung terasa cukup keras dan cepat. Hyewon kembali memperhatikan wajah Wonyoung yang entah sejak kapan mulai memerah.

Hingga tangisnya pecah.

"Hei, Adikku Sayang..." hibur Hyewon. Ia segera memeluk erat tubuh bongsor Wonyoung yang ternyata sangat rapuh di dalam. "Tenanglah, Sayangku... Jangan takut, ada Kakak di sini, oke?"

Wonyoung masih terus saja menangis sesenggukan dalam pelukan Hyewon. Ia semakin membenamkan kepalanya di bahu sang kakak. Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Hyewon mencoba menenangkan adik kesayangannya itu.

"Ada apa, Sayangku? Cep... cep... Ada Kakak di sini... Jangan sedih, ya..."

Hyewon kembali mengeratkan pelukannya dan sesekali mengusap punggung Wonyoung dengan lembut. Berharap gadis termuda itu bisa lebih tenang. Hati Hyewon terasa sakit sekali. Ia tahu Wonyoung pasti amat sangat merindukan ibu kandungnya saat ini. Seperti yang pernah ia igaukan beberapa waktu yang lalu di kamar Hyewon.

"Aku..." gumam Wonyoung di antara isak tangisnya. Ia bahkan terlihat sangat berusaha untuk berbicara dengan jelas, "A-aku-ka... Aku rindu Mam-a..."

Hyewon serasa tak berdaya sama sekali. Ia hanya bisa terus mengeratkan pelukannya pada Wonyoung. Sesekali mengusap punggungnya lagi, terus berusaha menenangkannya. Ia merasa seperti seseorang yang gagal.

Gagal memberikan kebahagiaan bagi gadis muda malang yang masih berumur 15 tahun tersebut. Apa yang bisa Hyewon lakukan? Hyewon juga bingung. Ia masih belum menemukan sosok yang diinginkan Wonyoung.


- Beberapa Hari Yang Lalu -

"Ini adalah nama alamat terakhir yang kumiliki. Rumah tersebut adalah rumah di mana kami menemukan Wonyoung kecil duduk termenung sendirian di ruang tengah. Nyonya Hwang Miyoung, ibu kandungnya atau yang dikenal tetangga sekitar bernama Tiffany, tidak kami temukan. Beberapa tetangga mengatakan mereka melihat Tiffany bermain - main mengikuti seekor anjing di taman belakang rumah mereka. Kemudian tidak ada yang melihatnya lagi. Beberapa hari setelah itu, kami mendapat kabar bahwa Nyonya Tiffany sudah dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa oleh warga beda blok yang menemukannya."

Hyewon menghela nafas kasarnya. "Apa Nyonya tahu nama rumah sakit jiwanya? Alamatnya?"

"Ya. Nyonya Tiffany dibawa ke rumah sakit jiwa pusat. Dan berada dalam pengawasan penuh oleh pemerintah kota. Karena status kependudukannya yang masih sebagai warga asing keturunan. Nyonya Tiffany belum memindahkan status kewarganegaraannya kemari."

Hyewon pusing dan bingung. Serta iba. Hatinya serasa perih mengetahui fakta ini.

"Ayahnya?" tanya Hyewon lagi dengan tenang.

The Visual Triplets FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang