Happy Ending or Beginning?

157 25 0
                                    

"Kita akan segera pulang, Sayang. Sebentar lagi sampai," gumam Minhyun tak henti - hentinya. Meski kedua tangannya terus mengendalikan setir, pandangannya sesekali ke arah tubuh lemah Minju.

Istri cantiknya itu tertidur di kursi penumpang. Minhyun khawatir. Minju kini mulai terdengar mengigau dan merintih ketakutan. Gadis itu pasti sangat syok setelah mengalami sendiri peristiwa penculikannya. Minhyun hanya bisa berharap istrinya tidak sampai mengalami trauma.

"Maafkan aku, Sayang. Kau sampai harus mengalami hal ini..." Minhyun menepikan mobil untuk membantu menenangkan Minju dulu.

"Hnghh- To-long..." rintih Minju setengah berbisik masih dengan kedua mata yang terpejam.

Dengan sigap Minhyun meraih tubuh Minju di sampingnya untuk dipeluk erat.

"Minju? Sayang? Tenanglah, Sayang... Kumohon, jangan takut, ya..." ujar pria itu, suaranya bergetar.

Tiba - tiba terdengar isakan tangis dari Minju. Ia sudah sadar. Mimpi buruk yang menghantui saat ia merasa lelah hingga tertidur selama perjalanan tadi, langsung lenyap begitu ia mendengar suara Minhyun. Suara yang lembut itu berhasil masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Memicu untuk segera membuka mata dan langsung menemukan wajah khawatir Minhyun di hadapannya.

Ia menyambut pelukan sang suami dengan perasaan amat lega.

Sementara, Minhyun merasa sedih sekaligus marah karena menganggap dirinya gagal melindungi sosok gadis yang paling ia cintai. Terlebih setelah mendapati Minju sampai menderita seperti ini.

"Sayang, kumohon... Tenang, ya... Ada aku di sini..." Minhyun terus berbisik lembut sembari sesekali mengecup kening Minju dalam pelukannya, "Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri lagi, aku berjanji. Apa kau percaya padaku?"

Minju mengangguk tanpa menjawab. Minhyun menepuk - nepuk pelan punggungnya.

"Sudah merasa lebih baik?"

Minju mengangguk lemah lagi.

"Bisa kita lanjutkan lagi perjalanan pulangnya?"

Minju melepas pelukan mereka untuk tersenyum sekilas ke arah Minhyun, kemudian kembali menyandarkan punggungnya. Minhyun membalas senyuman itu dengan mengecup jari jemari tangan kiri Minju yang masih ia genggam. Setelah merasa benar - benar tenang, pria tersebut kemudian mulai melajukan cepat mobil yang mereka tumpangi. Menembus jalanan pinggir kota menuju gedung apartemen mereka berada.

Minhyun hanya ingin cepat sampai apartemen agar bisa menemani Minju kembali beristirahat dengan tenang. Terlebih setelah berhasil menyelamatkan diri dari para penculik, sepertinya ia harus ekstra untuk terus berada di sisi istrinya. Agar ia merasa aman dan tidak sampai mengalami gangguan trauma.

"Apa kau masih merasa lelah?" Minhyun memecah keheningan. Ia ingat. Lebih baik ia berinisiatif mengajak istrinya itu terus berbicara, agar tidak tertidur lagi dan kemungkinan kembali ke mimpi buruk traumatisnya itu semakin kecil terjadi. Mengalihkan perhatian agar tidak tegang.

"Sedikit," Minju merespon pertanyaan Minhyun dengan baik. Matanya mengamati pemandangan dari jendela.

"Apa kau ingin kubuatkan makanan kesukaanmu setelah kita sampai nanti?" Suara lembut Minhyun terbukti ampuh menghipnotis perhatiannya.

"Tidak, Sayang. Aku... Kurasa aku hanya ingin membersihkan diri setelah kita sampai dan melanjutkan istirahat..." Minju terdengar tidak terlalu menyadari maksud tersembunyi Minhyun yang terus mengajaknya berbicara ini.

"Baiklah, Sayang. Apapun keinginanmu, aku akan membantumu nanti. Oke?"

Minju terkekeh. Memancing kernyitan heran Minhyun ke arahnya.

The Visual Triplets FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang