24{Mayat}

5.6K 981 49
                                    


Almesho menyangga pelipis di kursi kebesarannya. Sudah 11 bulan berlalu, sebanyak enam kali lamarannya sudah ditolak, sementara Zhen baru tiga kali padahal sudah menjadi kaisar, dan semua itu adalah ulah Vloe. Gadis itu seperti tak memiliki niat memiliki suami, jujur saja tak hanya keduanya, bahkan penguasa lain pun kadang turut mencoba mendekati atau merayu Vloe. Tetapi hanya di tanggapi dengan senyuman khasnya.

Meski hubungan ketiganya menjadi semakin dekat, tetapi Almesho sering merasa tidak tenang seperti gelisah akan suatu kejadian yang menantinya. 

***

"Apa?!"

Vloe mengatupkan kembali bibirnya saat dirasakan ia berteriak terlalu keras. Terkutuklah, ia mendapat berita yang menggemparkan.

"Itu benar, Yang Mulia..." Penjaga itu kian menunduk saat merasakan hawa dingin kian meningkat,"... Jurang Calvara meluapkan banyak iblis dari sana, mereka tampak seperti mayat hidup yang mencari sumber kehidupan,"

Iblis? Mayat hidup? Jurang Calvara? Vloe menggertakkan gigi, darimana asal semua itu, mengapa itu terjadi. Berbulan-bulan ini pun, ia sudah meneliti secara pasti jika tak ada jejak sama sekali tentang iblis lalu mengapa hal ini dapat terjadi. Apa penyebabnya?

"Ya sudah, kamu boleh kembali,"penjaga itu berbalik saat Vloe membiarkannya pergi.

Gadis berkimono putih itu berjalan menuju balkon kastil sebelum meluncur ke bawah secara perlahan menimbulkan bunyi kibaran sayap. Vaska yang melihat Vloe segera menunduk hormat. Ksatria itu nampak gagah dengan armornya.

"Bagaimana keadaannya Vaska?"

"Aman, Yang Mulia. Perisai Anda untuk penduduk tidak dapat tertembus."

Mengangguk lega, Vloe melanjutkan langkah sebelum dua tingkat lingkaran emas berputar di sebelahnya.

"Vloe,"

Yang dipanggil menoleh,"Almesho, Salmon?"

"Salomon, Nona."koreksi Salomon tabah.

Mengabaikan hal itu, Almesho berujar,"kudengar ada masalah pada jurang Calvara,"

Vloe mengangguk,"aku baru saja akan kesana,"

"Kami ikut,"putus Almesho. Ketiganya secara bersamaan menuju ke sana sementara Aron diperintahkan Vloe untuk mengawasi kastil dan pemukiman.

***

Sampai di pinggir jurang, itu benar. Mereka lebih mirip mayat hidup yang secara perlahan berevolusi menjadi iblis. Mula-mula mereka akan merayap dan jatuh berkali-kali menuju ke atas, lalu akan tergelincir dan terinjak oleh kawanannya. Melihat itu, Vloe merasakan tangannya gatal ingin segera melenyapkan.

Jurang itu tidaklah panjang, hanya seperti lubang sedikit besar yang amat curam. Lingkaran es menutup permukaan jurang itu, suhunya kian merendah membuat mayat di bawah sana membeku tak bergerak. Tangan Vloe menengadah perlahan, lalu secara bertahap mulai mengepal sampai mayat hidup yang beku itu hancur berkeping-keping. Tak hanya itu, dari ujung sepatu runcing Almesho pun menjalar api menuju ke bawah sana. Mereka terbakar sampai hangus tak tersisa.

"Apa?!! Padahal aku susah-susah menyiapkannya!! Kalian dengan gampangnya menghanguskan itu?!!"

Vloe, Almesho dan Salomon mengalihkan pandangan mereka ke satu titik suara serak yang hampir hilang. Dia seorang nenek peot, lingkaran di bawah matanya nampak jelas walau dilihat dari jauh. Jangan lupakan keriput di sana-sini. Punggungnya bengkok ke depan, ia berdiri dengan bantuan kayu.

Almesho berdecih,"jadi dia biang masalahnya! Oi nenek, sudah bau tanah jangan mengada-ada masalah. Akan lebih baik kamu mempersiapkan kuburan untuk mayat mu kelak!"

Mendengar itu, si nenek melotot sampai bola matanya ingin keluar,"berani kamu, bocah?! Bah! Lagipula pasukanku masih banyak! Lihat!!" Nenek itu menunjuk ke atas.

Puluhan iblis bergantung dengan bantuan jaring laba-laba. Membuat Vloe seketika nostalgia. Mata merah mereka menyorot tajam pada Vloe dan Almesho yang berdiri disana.

Vloe berbisik pada Almesho,"Raja, laba-laba suka kupu-kupu bukan? Itu cocok denganku. Lalu, untukmu apa yang cocok?"

Almesho seketika memicing, disaat seperti ini sempat-sempatnya Vloe mengajak berdiskusi tentang hewan. "Jika kamu bertanya, aku lebih suka menjadi singa. Akan ku injak-injak mereka dan ku koyak kulitnya!"

Tanpa babibu, rantai Almesho keluar dari lingkaran-lingkaran portalnya, menyabet, melilit lalu menusuk ganas ke arah para iblis tadi. Entahlah, pria itu seperti membutuhkan pelampiasan akan kegundahan di hati. Saat Vloe akan membantu si nenek mencegah dengan sebuah ledakan di depannya.

Vloe menoleh,"ya nek?"

Nenek penyihir itu memiringkan mulutnya sana sini,"ya nek, ya nek. Kamu pikir aku nenekmu?!"

Sedikit terkejut, Vloe mengerjap, garang euy.

"Kamu Vloexe Seirevyakava Axedegher bukan?" Nenek itu bertajya ketus tanpa berniat mengedipkan matanya.

"Meskipun salah setidaknya cukup sebut namaku Vloe, ni."

"Nini?! Ah sudahlah! Kamu--"

***

"Yang Mulia, Ini saya Rae. Izinkan saya masuk,"

Ketukan disertai permintaan izin dengan nada lembut itu membuat Zhen mendongak sedikit. Ia menumpu kepalanya di atas tautan kedua tangan sebelum melanjutkan menulis."masuk!"

Gadis bersurai pirang itu masuk dengan perlahan, ia tersenyum cerah saat melihat Zhen yang duduk anteng di tempat.

"Yang Mulia..."

"Katakan apa maumu," 

Nada dingin itu, Rae tersenyum maklum. Ia sudah terbiasa walaupun hatinya merasa sakit setiap mendengarnya.

"Tidakkah Anda mau minum teh terlebih dahulu?"tanya Rae dengan perlahan.

"Keluar,"

Rae tergagap, ia dengan segera mengatakan apa yang ingin ia katakan,"a-a aum...eh? Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia..." Rae membungkuk sejenak,"... Saya hanya ingin mengatakan jika jurang Calvara meluapkan mayat hidup yang berevolusi secara perlahan menjadi iblis laba-laba. Saya melaporkannya karena cukup khawatir dengan Nona Vloexe."

Gerakan tangan Zhen terhenti. Ia terlihat berpikir sebelum melanjutkan beberapa tulisannya lalu bangkit berlalu, mengabaikan Rae yang sejak tadi menunggu tanggapannya. Setelah melihat Zhen keluar menutup pintu, senyum itu terpatri di bibir Rae.

Berbahagialah, Kaisarku. Sebentar lagi kamu akan melihat kematian Nona Vloe secara perlahan...

A/N: Attention, this story near to end.

The Heir to The Crown{End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang