02{Sang Pelayan}

11.9K 1.4K 26
                                    


|Sang Pelayang|

☠️⭐☠️
.

"As you wish, milady"

Selama di perjalanan tak henti-hentinya Diego menatap kagum pada kereta yang ditumpanginya serta kuda yang membawa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama di perjalanan tak henti-hentinya Diego menatap kagum pada kereta yang ditumpanginya serta kuda yang membawa itu. Selama ini ia hanya anak kecil yang hidup dalam bayang-bayang, sebut saja sebagai budak. Tetapi dengan mudahnya Vloe menerima dirinya. Satu uluran tangan beberapa saat yang lalu sangat penting.

Perhatian Diego teralih pada Vloe, gadis itu juga diam menatap hutan yang di lewati. Teringat sesuatu, Diego merancang kata-kata untuk bertanya.

"Nona, saat datang tadi, saya mendengar suara gemerincing lonceng, apakah itu berasal dari, Nona?"

Vloe yang ditanya segera menoleh dengan senyumnya, padahal dalam hati ia merasa tak enak mendengar setiap kata yang di tanyakan pada pemuda disampingnya,"emm, Diego, panggil saja aku 'kakak', jangan terlalu formal, santai saja, biasakan saja,"

Walaupun terlihat kaku Diego tetap mengangguk mencoba,"tetapi akan sulit, kakak, aku... diibaratkan adik pungut bukan?"

Ah, melihat wajah sedihnya saja Vloe sudah merasa bersalah,"jangan terlalu dipikirkan, adik, kamu pasti akan terbiasa,"

Setelah mengelus puncak kepala Diego, pemuda itu merasakan sentuhan hangat menjalar ke hatinya, dengan senang ia mengangguk. Mendapat kakak seperti Vloe, ia sangat beruntung. Yah, setidaknya sebelum bertemu saudara lainnya.

"No—maksudku Kakak, kamu belum menjawab pertanyaanku tadi,"peringat Diego, ia mengeratkan jubahnya saat merasakan dingin yang semakin terasa.

Diego tersentak, kelopak katanya terbelalak saat satu lengan Vloe menangkring santai di bahunya. Akibatnya tubuh bocah itu merapat pada Vloe. Hangat. Itu yang dirasakan Diego sebelum mendengar suara loceng.

Netra merah Diego bergulir pada pergelangan tangan kiri Vloe. Itu sebuah kain tipis hitam yang melilit sebuah lonceng kecil, itu aneh. Sedari tadi Diego tak mendengar suara dari lonceng itu padahal bergerak sedikit saja pasti akan terdengar gemerincingnya.

"Itu, bagaimana bisa tidak terdengar suaranya sejak tadi, No-em ehe Kakak?"

Vloe mengerjap sebentar seraya mengangkat pergelangan tangannya yang terlingkari gelang itu,"hanya iseng, aku ingin menghilangkan hawa keberadaan dengan bergerak tanpa membuat lonceng ini bergemerincing,"

Mengangguk, paham Diego tetap menatap itu, lonceng itu tampak berkilau keemasan.

"Apa... itu emas?"

The Heir to The Crown{End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang