...
Vloe bersiul sekali saat sampai di hutan. Tantangan kali ini adalah menemukan sebuah batu giok dengan rumbai emas yang terletak acak di dalam hutan, setiap jam itu akan berganti tempat sebelum ditemukan salah seorang putri.
Hutan Dieurecthaff benar-benar asri, udaranya segar seketika membuat Vloe mengantuk. Gadis itu mencari sumber suara air terjun. Menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon tinggi menjulang dengan jubah putihnya yang terseret terbawa angin semilir, gadis itu kagum, meski dirinya sering melihat pemandangan seperti ini tetapi tak pernah melihat secara langsung.
Ia akhirnya tiba di atas tebing, di bawahnya mengalir sebuah sungai dengan sisi kanan dari tempatnya berdiri adalah air terjun mengalir. Suara dari air itu tidaklah berisik melainkan terdengar menenangkan bagi Vloe.
Gadis itu memilih tempat di salah satu batu besar untuk duduk bersandar, tak perlu sampai beberapa menit ia tertidur lelap seolah tidak mempunyai beban hidup.
Kelopak mata Vloe mengerjap mencoba mengumpulkan nyawa, netranya sudah beralih warna menjadi violet. Saat ia sadar dirinya masih di pinggir air terjun, hutan semakin gelap karena malam, sedikit cantik karena beberapa serangga terbang berkilauan.
"Ah, aku masih mengantuk,"meski Vloe sadar sudah tidur selama dua jam tetapi, gadis itu melirik sekitar, badannya menjadi sakit karena tidur bersandar pada batu,"ugh, sekarang aku lapar,"
Benar-benar, Vloe mencelupkan jari telunjuknya ke dalam sungai sebentar, disana menampakkan baru enam putri yang kembali ke kastil. Vloe menghapus gambar itu, ia menyibak air di sungai itu sehingga tiga ekor ikan terlempar dari dalam sungai ke sampingnya. Menumbuk bumbu seadanya, mengolah ikan itu, sebelum membakar dedaunan untuk memanggang ikan.
☠️
Sementara itu, di ruang rapat kastil Dieurecthaff para tetua menatap datar pada layar biru yang menampilkan kelakuan para putri yang tersisa. Terutama Vloe. Disaat lainnya tengah sibuk menyusuri hutan, dengan berbagai rintangan yang dilewati bahkan sampai pakaian mereka kotor dan terkoyak sana sini, gadis itu hanya tidur terlelap seolah tengah liburan.
"Bagaimana bisa Nona Vloe seolah mengabaikan tantangan kali ini?"
"Entahlah, ia nampak tidak tertarik,"
Zhen yang ikut serta mengamati bersama tujuh tetua pun tak bereaksi sama sekali, hanya saja sempat terlintas di pikirannya jika Vloe yang menjadi permaisuri, akan jatuh kemana tanggung jawab dari tugas yang diemban nanti. Laki-laki itu menghela napas, saat akan bangkit meninggalkan ruang rapat para tetua sontak menahannya.
"Ett... Yang Mulia, mohon jangan meninggalkan ruang ini terlebih dahulu, kami yakin dengan pilihan kami jika gadis yang kami awasi di layar adalah yang terbaik,"cegah tetua kelima.
"Benar, Yang Mulia. Mohon bersabar sampai ini selesai,"bujuk kini tetua keenam.
Sebenarnya Zhen hendak membentak tetapi sudut mata emasnya menangkap sebuah gerak-gerik menarik dari Vloe. Zhen menatap penuh pada layar itu, gadis bersurai silver disana tengah mengetuk dan menyibak sungai. Tiga buah ikan meloncat membuat mereka disana terkejut, di saat seperti itu mereka lebih dikejutkan lagi ketika melihat Vloe menumbuk bumbu menciptakan api manual lalu memanggang ikan itu.
"Sepertinya Nona Vloe lebih terbiasa hidup mandiri dan tenang,"celetuk tetua ketujuh, padahal laki-laki muda itu biasanya diam tak berkomentar jika penting.
Zhen meliriknya sekilas sebelum menatap penuh pada layar kembali, memang benar, dari sederet putri, bahkan penampilan Vloe yang paling tenang seolah air tanpa riak. Senyum selalu terpatri di bibirnya, sinar bulan menyorotnya sehingga terpantul melalui wajahnya bak dewi meski tanpa rias dan hanya terpasang satu rumbai merah. Tidak ada raut mengernyit serius seolah kehidupan yang selama ini ia jalani selalu aman padahal baru saja ada kabar angin tentang pembantaiannya terhadap iblis di wilayah selatan.
Disana Vloe berdiri dengan tegak perlahan, baru saja mereka sadar, ternyata rumor tentang netranya yang berubah-ubah memang benar. Saat malam hari sinar mata violetnya menyorot ke sekitar seperti mengancam. Sedangkan saat siang, kelereng kristalnya bersinar membekukan tetapi juga menghangatkan.
Gadis bersurai silver itu melanjutkan langkahnya sampai tak sengaja sesuatu hampir menyandungnya. Vloe menatap ke arah bawah dan menemukan sebuah batu dengan bingkai yang digantungi rumbai emas. Itu giok. Warna hijau membuatnya bersinar di malam hari. Vloe menatap itu datar sebelum tak acuh membuangnya ke belakang dan lanjut berjalan.
Para tetua terbelalak, beberapa bahkan sampai menjatuhkan rahangnya berlebihan. Sedangkan Zhen terdiam, sudut bibirnya berkedut menahan tawa.
Vloe melanjutkan langkahnya santai menuju keluar hutan, ia pikir mungkin setelah ini giok itu akan ditemukan Rae nanti. Saat dirinya sudah keluar hutan menuju halaman samping kastil Dieurecthaff, Clara melambaikan tangannya dan Rae berdiri di sebelah. Tunggu. Jika bukan Rae yang akan menemukan giok itu, maka siapa? Vloe berjalan dengan meringis mencoba mengacuhkan hal itu, toh bukan urusannya.
"Nona Vloe, kamu menemukan gioknya?"tanya Rae setelah Vloe berdiri di sebelahnya.
"Tentu saja..." Vloe berujar bangga, Rae tersenyum,"...tidak,"tambah Vloe tersenyum dengan berseri-seri, seketika Rae menjadi kaku.
Clara melingik ke arah belakang Vloe, "kalau begitu, apa yang ada di jubahmu, Nona?"
Vloe mengernyit sebelum melihat jubahnya, benar. Disana sebuah giok dengan warna violet kemerahan berumbai emas menyangkut di jubahnya. Seketika itu Vloe merasakan tubuhnya kaku. Apa-apaan ini, batinnya.
Vloe mengucek matanya beberapa kali takut jika salah melihat.
"Kamu tidak salah lihat,"
Suara itu membuat Vloe mendongak, Zhen, sang putra mahkota menatapnya bersama tujuh tetua. Mereka berdiri disana menghadap Vloe, tak lupa para putri lainnya. Dengan ragu Vloe mengambil giok itu, warnanya berbeda dengan yang ia temukan di hutan tadi. Tetapi dengan rumbai yang sama.
"Nona, perkenalkan saya Fertio, Tetua Ketujuh,"
Melihat ke arah Fertio, Vloe mengangguk dengan senyumnya.
"Saya ingin menyatakan, karena Nona terpilih oleh giok itu, maka Anda akan ditetapkan sebagai kandidat utama."jelasnya.
"Tidak mau,"balas Vloe cepat.
Mereka yang mendengar itu terkejut, sungguh bahkan Zhen sekalipun.
Salah satu tetua membuka suara,"Kenapa Nona? Apakah ada yang salah?"
Vloe tersenyum menanggapinya,"karena saya tidak ingin memiliki suami beristri lebih dari satu,"
Pernyataan itu seketika membuat mereka yang disana terdiam, sejenak mereka lupa rencana yang sudah di siapkan beberapa saat lalu. Seolah, netra violet itu, menekan keberanian disana.
"Kenapa?"
Dan keberanian itu hanya dimiliki Zhen yang berani mengajukan pertanyaan.
"Tidak ada ketertarikan antara kita, aku sudah memiliki apa yang ku inginkan, begitu pula kamu, dirimu yang hampir sempurna dapat memilih kandidat yang tepat tanpa perlu seperti ini."balas Vloe menatap langsung ke netra emas Zhen.
"Bagaimana kamu bisa menyimpulkan hal itu sendiri?"
"Bagaimana itu, Anda tidak perlu tahu,"
"Tidak ada ketertarikan di antara kita," Zhen mendekat beberapa langkah ke depan Vloe,"... Lalu sekarang, aku memiliki ketertarikan padamu,"
Kelopak mata Vloe kian terangkat bersamaan dengan lunturnya senyum di bibir. Diantara keduanya, Rae hanya bisa melihat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir to The Crown{End}
FantasyAku bereinkarnasi ke dalam gadis penguasa Calvara. Aku bersikeras mempertahankan tahta dan menghalau tombak kematian dari rakyatnya. Meski begitu, gadis ini hanya tokoh sampingan sebagai karakter yang muncul sesaat lalu mati dalam novel. Aku tidak i...