30{Akhir}

8.5K 1K 43
                                    

Tiba di kastil Calvara, ketiganya berjalan menuju aula pertemuan. Vloe melirik ke arah Almesho yang tidak banyak bicara. Tumben sekali, biasanya dia hobi membuat orang naik pitam.

"Hei Almesho,"

Laki-laki bersurai emas itu hanya berdeham, membuat Vloe dan Salomon saling berpandangan bingung.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

Kini Almesho melirik Vloe yang mendongak menatapnya, sementara kaki mereka tetap melangkah menuju aula pertemuan.

"Bisakah kamu singkirkan penyihir itu? Dia mengganggu pemandangan,"

"Shiera? Kenapa? Apakah karena dia membuat hidupmu tidak tenang?" Shiera yang disebut namanya melirik tak senang ke arah Almesho.

"Begitulah," Almesho menjawab dengan malas seraya mengalihkan pandangan.

"Kalau begitu Almesho..." Raja Monarch itu kembali melihat ke arah Vloe saat gadis itu merangkul tangan kirinya,"...jangan memandangnya, pandang saja aku."

Itu tidak terduga bagi Almesho. Terlebih lagi Vloe hanya sering berbicara menusuk daripada manis seperti ini. Dampaknya pun tak dapat Almesho bendung, sebelum terlihat jika Vloe mengibaskan rambutnya dengan angkuh kemudian.

"Secara aku lebih menarik darinya,"

Seketika Almesho terkekeh, tidak merasa kesal seperti biasanya karena meski Vloe berujar sombong tangan gadis itu tak melepaskan tautan dengannya. Di aula pertemuan, terlihat Aron, Diego dan Destra menunggu disana.

Almesho memicing ke arah Destra,"hoi, bukankah aku memberimu perintah untuk mengawasi Monarch? Sudah berani melalaikan perintah?" 

Destra menghembuskan asap tembakau seperti biasa, setelah melirik Vloe yang merangkul tangan Almesho ia menjawab pertanyaan rajanya,"disana aman tenang saja. Seperti kamu tidak pernah meninggalkan Monarch saja. Ngomong-ngomong..." Vloe mengerjap saat melihat Destra menatapnya datar, tetapi dengan senyuman berbeda saat ia melihat Almesho—laki-laki itu sering berwajah tak peduli,"... Apakah kamu terkena mantra sehingga begitu melekat dengan Yang Mulia, Nona?"

Aron dan Diego langsung menatap ke arah tangan Vloe dan Almesho. Mereka terlihat sangat dekat. Vloe menyentuh dagunya,"hm... Bukankah sebagai calon istrinya aku harus bersikap baik? Kulihat Almesho pun tidak keberatan,"

Almesho dan Destra sama-sama terbatuk sementara Salomon membenarkan letak kacamatanya. Jawaban itu terdengar polos tetapi juga manis bukan, Vloe tidaklah salah. 

Almesho berdeham,"jadi, dengan ini kamu menerima lamaran ketujuhku bukan?"

"Tentu,"

Almesho pikir setelah ini dia harus mengadakan pesta semeriah mungkin tujuh hari tujuh malam, oh bahkan, setahun sekalipun tidak masalah. Karena pada akhirnya, penantiannya selama berabad-abad terbayar. Shiera mengalihkan pandangan tak senang, dia memilih diam karena sedari tadi Aron meliriknya seolah menyelidik.

***

Di aula pertemuan, Shiera telah selesai melakukan tempat ritual pencabutan kutukan. Walaupun ini juga akan membuatnya mempertaruhkan nyawa, tidak ada bedanya jika ia menolak. Karena jika itu yang ia lakukan, kematiannya akan melalui tahap yang sangat menyiksa, itu bukanlah metode penghukuman Vloe melainkan Almesho, laki-laki emas itu lebih suka membunuh seseorang dengan cara yang lebih menyakitkan.

"Yang Mulia," Shiera dengan tongkat di tangannya mendekati Vloe yang baru saja berbincang ringan dengan Almesho. Hubungan kedua sudah tidak terlalu, kasar, seperti dulu. 

"Sudah selesai?" Shiera mengangguk, Vloe melingik tempat ia akan berbaring nanti. Disana terdapat karangan bunga kristal yang tajam, tempat tidur seputih salju yang dingin. Keseluruhannya serba putih biru sampai terlihat asap dingin yang menyebar. Almesho pun turut memperhatikan itu, tidak terbayang jika dia tidur di sana esok pagi pasti akan menjadi orang-orangan es.

The Heir to The Crown{End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang