Disarankan untuk sambil play BGM yang tersedia.
Selamat membaca!***
Langit malam yang membentang sepanjang horizon nampak cantik dan memanjakan mata. Iris kelamnya menatap kosong ke arah langit. Langitnya tidak secantik dulu, pikirnya.
Levi bersandar pada pohon yang berada di halaman pusat kerajaan. Prajurit yang tersisa telah kembali ke Tembok Shina. Esok hari mereka akan menerima penghargaan.
Dalam benaknya Levi bertanya, penghargaan itu untuk apa? Tidak ada rasa bahagia dalam hatinya. Dalam misi tersebut ia harus kehilangan dua orang paling berharga dalam hidupnya—Erwin dan Mikasa.
Tempat ini adalah tempat yang sama saat ia merenungkan diri setelah kepergian Kenny. Perbedaannya saat itu Mikasa datang kepadanya. Gadis itu memberikan pelukan hangat yang mengurangi rasa sakit dalam hatinya.
Sekarang, apa kau akan melakukan itu lagi, Mikasa?
Levi memejamkan matanya sejenak, berusaha menahan air mata agar tidak jatuh. Sampai tepukan halus mendarat pada pundaknya. Matanya terbuka lebar, bibirnya membentuk kurva yang indah. Dalam benaknya, ia meyakini itu Mikasa.
"H-hanji?"
Ternyata bukan Mikasa. Bodoh sekali dirinya ini berharap bahwa itu adalah Mikasa. Mikasanya sekarang sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.
Melihat raut wajah Levi kali ini benar-benar membuat Hanji prihatin. Ia belum pernah melihat Levi sehancur ini. Ia sedikit mengingat keributan yang terjadi begitu mereka sampai kesini.
Levi memohon-mohon kepada dokter di sana untuk mengembalikan Mikasa. Air mata tidak luput membasahi kedua pipinya. Sungguh menyakitkan.
"Levi..."
Baru saja sepatah kata keluar dari mulut Hanji, Levi terlebih dahulu berdiri. "Hanji, jika ada yang mencariku, bilang saja aku sedang tidak ingin diganggu."
"Kau mau kemana?"
"Ntahlah..." lirihnya disertai helaan nafas berat di akhir perkataannya.
Hanji mengerti. Ia tidak akan bertindak menyebalkan sekarang. Levi hanya butuh untuk menenangkan diri. Dan begitu pula dirinya.
Levi memacu kudanya dengan cepat. Tujuannya kali ini adalah danau; tempat di mana ia banyak mengenal Mikasa. Begitu sampai, ia langsung berjalan menuju tempat ia menemukan Mikasa menangis dahulu.
"Berjanjilah padaku kau akan kembali, berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja, juga berjanjilah agar tetap hidup, kumohon. Aku juga mencintaimu, heichou, sangat."
Perkataan Mikasa pada saat itu terus berulang di kepalanya. Levi sedikit terkekeh. Ntah apa yang kali ini ia tertawakan. Takdirnya, mungkin?
"Tch, kau yang mengingkari janjimu, Mikasa. Aku adalah orang yang selalu menepati janji, maka dari itu aku tetap hidup... untukmu."
Levi menatap langit, mungkinkah Mikasanya sedang menatapnya sekarang? Isakan mulai keluar dari bibirnya. Ia tidak peduli lagi dengan image-nya.
Bertepatan dengan itu, langit mulai menurunkan rintik hujan. Membuat Levi semakin merindukan eksistensi kekasihnya.
Aku tidak pernah ingkar janji, Levi. Aku pernah berjanji untuk menjadi hujan yang menghapus lukamu, kan?
Sialan. Levi berteriak sekeras mungkin. Ia membiarkan dirinya basah kuyup di bawah guyuran hujan. Ia hanya ingin Mikasanya kembali.
"SIALAAN! KEMBALIKAN MIKASA KEPADAKU!"
Teriakannya menyatu dengan suara hujan yang jatuh membasahi bumi. Ia tidak berhenti menangis meraung-raung memanggil nama Mikasa. Namun, di lubuk hatinya, ia sedikit menyadari bahwa tingkahnya kali ini sangat bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanfictionAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...