Going Crazy

2.5K 275 115
                                    

Banyak orang berkata, cinta terbaik datang secara tidak terduga-duga. Cinta terbaik juga tidak hanya membuatmu merasa bahagia, tetapi justru membuatmu dapat mencintai diri sendiri dengan lebih baik. Sama halnya dengan Levi dan Mikasa. Tiada yang menduga mereka akan saling jatuh cinta. Di bawah jutaan bintang yang menghiasi langit malam, mereka mengharapkan suatu cinta yang abadi.

Keheningan menyelimuti kedua insan yang sedang menyelami dalamnya pikiran masing-masing. Dinginnya angin malam mulai menusuk, tetapi tidak membuat mereka ingin beranjak sedikit pun. Terlalu nyaman, mungkin.

'Hachi!'

Suara bersin Mikasa memecah keheningan mereka. Tidak dapat dibohongi, malam ini memang sangat dingin. Belum lagi baju yang dikenakannya masih basah setelah terkena hujan tadi.

"Cih, kau yang mengajakku seperti ini, kau yang berakhir sakit."

Levi memandang wajah Mikasa, pucuk hidungnya memerah. Ia sejenak lupa, wanita yang ia pandang sekarang ini bisa dibilang prajurit terkuat kedua setelahnya. Tapi, jika melihat Mikasa dalam keadaan seperti ini, julukan itu mendadak menghilang.

Mikasa mendelikkan matanya, "Aku tidak sakit, wajar saja anginnya sangat dingin."

"Kita kembali ke markas saja kalau begitu." ajak Levi.

"Kau saja. Aku masih ingin di sini."

Mikasa memeluk dirinya sendiri, mencoba mencari kehangatan. Levi yang melihatnya hanya mendecih. Mikasa bisa menjadi sangat keras kepala, bahkan melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Melupakan dampak yang akan terjadi. Di sisi lain, Levi juga tidak mungkin meninggalkan Mikasa sendirian.

'Hachi!'

"Kau sangat keras kepala, Mikasa."

Levi mengatakan hal itu sambil menggerakan tangannya. Membawa Mikasa ke dalam dekapannya. Berharap dengan hal itu ia bisa berbagi kehangatan dengan Mikasa. Sedangkan, Mikasa membulatkan matanya, terkejut dengan perlakuan Levi yang tiba-tiba. Mikasa bersumpah, Levi memanglah seseorang yang dingin dan terkesan apatis. Namun, disaat ia mulai menunjukkan kepeduliannya, siapapun akan dibuat terkesima dengannya. Mikasa tersenyum kecil dalam dekapan Levi.

"Heichou, detak jantungmu keras sekali." Mikasa mengatakannya dengan nada yang mengejek.

Sial! Ia malu setengah mati. Detak jantungnya memang tidak bisa diajak berkompromi.

"Dan kau sangat menyebalkan, Mikasa."

Setelah mengatakan itu, Levi tiba-tiba mengangkat Mikasa. Menggendong Mikasa seperti membawa karung. Berencana menggendong Mikasa pulang ke markas. Mikasa yang tidak siap dengan hal itu memekik kencang.

"Heichou, turunkan aku, sialan!"

Satu lagi, Mikasa juga tidak memiliki rasa takut sedikitpun kepadanya. Berbeda dengan anggota lain yang terkadang menatapnya saja sungkan. Sejak awal bertemu Mikasa, ia banyak sekali mendapatkan tatapan tajam dan gadis itu terang-terangan mengejeknya pendek.

"Cih, kau sangat ringan Mikasa. Aku bisa saja membantingmu."

Sudah sering ia menggendong Mikasa dan tubuh gadis itu memang ringan. Mikasa terus memberontak dalam gendongan Levi. Bayangkan saja, kepalanya pusing, posisi Levi menggendongnya membuat kepalanya berada di bawah. Akhirnya, Levi memilih untuk menurunkan Mikasa.

"Kau benar-benar menyebalkan. Baru kali ini aku menemukan orang yang menyebalkan seperti —"

Cup!

Perkataan Mikasa terpotong, seiring dengan tubuhnya yang membeku saat merasakan sesuatu yang kenyal, lembut, dan tebal menempel pada bibirnya. Matanya menatap mata tajam Levi. Levi melumatnya sebentar sebelum melepaskan bibirnya.

The Sound of The Rain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang