Mata Eren membulat sempurna saat mengetahui segalanya melalui ingatan ayahnya. Tubuhnya bergetar hebat, terlalu shock dengan apa yang terjadi di masa lalu. Tentang ayahnya yang merupakan dalang dari kematian keluarga Reiss, dan kenyataan bahwa ia memakan ayahnya sendiri. Sungguh, ia merasa benar-benar tidak mengerti mengapa semuanya menjadi serumit ini.
Satu hal yang Rod Reiss bicarakan sedari tadi adalah ayahnya mencuri kekuatan titan pendiri dari keluarga Reiss. Ia ingat ayahnya memakan seorang wanita dari wujud titannya, wanita itulah yang ada di mimpinya, Frieda Reiss. Historia berhasil termakan omongan Rod Reiss. Ia mulai mau untuk merubah dirinya menjadi titan dan memakan Eren. Historia tidak dapat lagi berpikir jernih setelah ia tahu bahwa Eren yang memakan Frieda Reiss-kakak angkat tirinya-yang selau menemaninya saat ia kecil.
"Eren, mengapa ayahmu tega melakukan hal sekejam itu?" tanya Historia.
Ia memandang Eren yang menggeram tertahan. Eren tidak bisa menjelaskan apapun karena besi yang berada di antara kedua belah bibirnya, "Aku akan menuruti kemauan ayahku dan mengambil apa yang seharusnya ada di tangan keluargaku." lanjut Historia.
Walaupun masih ada keraguan dalam diri Historia sendiri. Ia ragu, siapakah yang harus ia percaya? Ayahnya yang tiba-tiba datang kepadanya atau Eren, pemuda yang baru-baru ini menarik perhatiannya—memenuhi hatinya. Ia memandang Eren yang terus menggelengkan kepalanya. Dari sorot matanya, Eren seolah melarangnya untuk melakukan itu.
***
Pintu menuju ruang bawah tanah terbuka. Membuat anggota pasukan Kenny mulai bersiaga menempati pilar-pilar yang ada. Anak panah dengan api diujungnya mulai melesat, membuat ledakan yang menghasilkan asap hitam yang mengepul. Pasukan Levi beserta Hanji mulai melakukan pergerakan. Mata tajam Levi menelisik ke arah pilar-pilar, menghitung jumlah musuh yang harus mereka habisi.
"Ada tiga puluh dua musuh bersembunyi di balik pilar, semuanya menyebar!" perintah Levi.
Pertarungan antara kedua pasukan itu terjadi. Pasukan Kenny kesulitan untuk menembak tepat sasaran. Asap hitam yang berasal dari bubuk mesiu dan asap yang ditembakan Armin berhasil menghalangi penglihatan mereka. Levi dan Mikasa bertatapan sejenak, lalu mengangguk, memberi isyarat untuk melakukan segalanya dengan baik.
Jean menatap pedang di tangannya. Keputusannya sudah teguh, ia akan memberanikan diri untuk mengotori tangannya dengan darah. Kali ini, bukan darah dari titan yang akan mengotori tangannya, tetapi darah manusia. Ia melihat satu anggota Kenny yang terlihat kebingungan. Ia datang secara tiba-tiba dan langsung menyayat leher pria tersebut.
"Ada apa dengan wanita itu?" tanya salah satu anggota pasukan Kenny saat melihat Mikasa. Pergerakannya begitu cepat, menebas langsung tiga orang di depannya. Berhasil menghindari tembakan yang ditujukan kepadanya.
'Pasti ia yang dimaksud oleh Kenny, ackerman lain yang harus diwaspadai.' gumam Caven —wanita berambut pirang dari pasukan Kenny.
Mikasa mengincarnya, ia mencoba untuk mengejar Caven. Namun, usahanya gagal karena Caven dapat menghindarinya. Ia mengalihkan fokusnya pada keadaan sekitar, memperkirakan kedatangan musuh yang bisa saja tiba-tiba menembaknya.
"Connie, jangan melamun!" teriak Armin saat hampir saja Connie terkena peluru.
Levi berhasil menghabisi cukup banyak anggota pasukan Kenny. Ia tidak segan-segan menggerakan pedangnya untuk menyayat musuh. Namun, ada yang janggal, ia tidak melihat keberadaan Kenny dalam perang ini. Pikirannya terpecah menjadi dua kemungkinan, antara Kenny akan datang langsung menyerangnya ; atau justru memilih mengalihkan fokusnya lagi dengan menyerang Mikasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanfictionAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...