The Dream

1.9K 234 46
                                    

Satu kata ; mengerikan. Mikasa terduduk dalam ruangan yang sangat gelap. Pandangannya kosong, tidak mengerti apa yang terjadi. Suara langkah kaki memenuhi pendengarannya. Mikasa mengangkat pandangannya, iris matanya bertemu dengan iris kelam Levi. Levi tersenyum ke arahnya, mengulurkan tangannya. Mikasa menyambut uluran tangan Levi.

Sampai suatu cahaya berkilauan menyilaukan matanya. Mikasa memejamkan matanya, membukanya perlahan. Terkejut dengan pemandangan di sekitarnya. Tunggu, sejak kapan ia berada di sini? Di mana Levi berada?

Hamparan rumput hijau yang menyegarkan mata. Dilengkapi dengan ilalang dan bunga-bunga yang indah. Matanya menatap sekitar, mencari keberadaan Levi. Dari kejauhan, ia melihat seorang wanita berjalan ke arahnya. Wanita berperawakan tinggi, ramping, dengan rambut hitam tergerai dengan indah. Wanita itu tersenyum ke arahnya.

"Mikasa, benar? Kau sangat cantik," ucapnya.

Mikasa sedikit terkejut saat namanya disebut. Darimana wanita itu mengetahui namanya? Siapa wanita itu?

"Ya, apa kita pernah bertemu?"

"Tidak, ini kali pertama kau bertemu denganku. Mikasa, aku Kuchel."

Kuchel? Seingatnya, ia tidak memiliki teman yang bernama Kuchel. Oh tentu saja Mikasa memiliki ingatan yang sangat baik. Ia belum pikun. Mikasa menatap lamat-lamat wajah wanita yang mengenalkan dirinya sebagai Kuchel. Mata yang tajam, hidung tegas —tunggu, ia seperti mengenali seseorang dari wajah wanita ini.

"Levi heichou," gumam Mikasa tanpa sadar.

Kuchel tersenyum mendengarnya, "Mikasa, aku ingin kau mengingat pesanku. Hidup terkadang tidak dapat kau tebak akhirnya, tetapi semuanya akan berakhir dengan baik-baik saja."

Kuchel menjeda sejenak perkataannya, menatap lamat-lamat wajah Mikasa. Kulit putih bersih dengan wajah khas dari ras oriental yang dimiliki Mikasa sangat menawan. Tidak salah putranya—Levi—bisa jatuh cinta.

"Mikasa, kau sangat sempurna, wajahmu yang cantik dilengkapi dengan hati yang amat baik. Kau melengkapi hidup putraku, Mikasa.

"Takdir terkadang menyakitkan, aku bahkan tidak sempat melihat Levi tumbuh besar. Namun, aku bisa mengawasinya dari sini. Mikasa, akan kutunjukkan sesuatu padamu."

Bagai terhipnotis, Mikasa mengingat setiap detail perkataan Kuchel kepadanya. Kuchel adalah ibunda dari Levi. Mikasa terkesiap saat menyadari sesuatu, bukankah ibu Levi sudah tiada? Mikasa menatap Kuchel yang mengulurkan tangannya.

"Pegang tanganku, Mikasa," ucap Kuchel.

Mikasa melihat sebuah kejadian yang bahkan belum pernah terjadi. Namun, semuanya sangat tidak jelas. Suara percakapan saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya.

'Aku mencintaimu, Mikasa. Jaga dirimu, kumohon. Tetaplah hidup'

.

'Apa yang terjadi di sana? Bagaimana keadaan Levi? Semoga ia baik-baik saja.'

.

'Hanji-san!'

'Mikasaa!'

.

'Levi kendalikan dirimu!'

'Heichou, pegang tanganku.'

.

'Ia sangat cantik, bukan? Persis seperti ibunya.'

.

'Selamat tinggal.'

.

'Kau kembali. Aku merindukanmu, sangat.'

.

Menyesakkan. Itulah yang Mikasa rasakan sekarang. Tangisan tak dapat ia bendung. Ntah apa yang saat ini terjadi. Penglihatannya akan kejadian tadi sangatlah buram, yang ia dapat tangkap hanya percakapan tadi. Selain itu, ia seperti melihat dua kejadian yang berbeda dalam satu waktu sekaligus. Di satu sisi ia merasakan kepedihan yang mendalam. Air mata terus mengalir dari kedua mata cantiknya.

"Mikasa, ada beberapa takdir yang dapat kau ubah. Bahkan, terkadang kau dapat memilih satu dari jutaan kemungkinan di dunia ini.

"Namun, satu yang pasti, untaian takdirmu dan Levi sangat kuat. Perpisahan takkan membuat takdir kalian terputus. Ingatlah, Mikasa. Sejauh apapun kau pergi, takdirmu akan selalu berakhir bersama Levi."

Mikasa terjatuh, matanya terbuka dengan lebar. Isakan dan raungan keluar dari belah bibirnya. Memanggil satu nama ; Levi.

"Aku tidak akan pernah pergi dari sisimu, Levi," ucapnya.

***

Haii semuaa!
Gimana UAS/PAS kalian? PAS sekolahku baru selesai hari Rabu. Jadi, update hari ini pendek dulu ya.

Buat yang bingung sama chap ini terkesan ga nyambung sama chapter sebelumnya. Chapter ini tuh isinya mimpi Mikasa—yang ada di chapter Fight.

Semuanya bakal jelas di ending book ini kok, tenang aja:)

Btw, semangatt ya buat yang masih UAS. Jaga kesehatan kalian!❤

Vote dan comment, ya!❤

The Sound of The Rain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang