Semua anggota survey corps telah kembali ke markas. Malam hari yang begitu dingin, dan langit seakan enggan memberikan bintangnya untuk menghiasi malam ini.
Levi pergi ke halaman atas markas, mengabaikan rasa dingin yang menusuk tubuhnya. Ia hanya sedang ingin sendiri. Setiap manusia memiliki sisi rapuhnya, kan? Dan perlu kalian ingat, Levi juga seorang manusia. Rasanya, ia sedang berada di titik terendahnya. Di mana ia selalu merasakan kehilangan orang terdekatnya. Mulai dari ibunya yang meninggalkan ia saat kecil, sampai ia kehilangan sahabat dan pasukannya.
Mungkin, jika melihat tampilan Levi yang selalu menggunakan carvatnya terlihat kuno. Namun, Levi mempunyai alasan tersendiri. Carvatnya ia buat dari baju bekas ibunya. Itu satu-satunya cara ia lakukan agar tidak melupakan tentang ibunya.
Levi sudah menemukan alasan ia begitu mencemaskan Mikasa kemarin. Ia hanya takut merasakan yang namanya kehilangan, lagi. Hidupnya sudah cukup dipenuhi oleh rasa hampa. Orang-orang yang ia cintai dan dekat dengannya meninggalkannya.
Setelah kepergian Isabell dan Farlan, Levi memiliki kebiasaan untuk menatap langit malam. Kenangan terakhirnya dengan kedua sahabatnya itu adalah memandangi langit yang penuh dengan bintang.
Ia jadi teringat dengan kertas kecil yang ia temukan pada saku jaket Petra. Ia membuka kertas tersebut.
Untuk : Levi Heichou.
Levi heichou, rasanya aneh untuk menulis surat kepadamu, padahal aku bisa saja mengatakannya langsung padamu. Namun, rasanya aku tidak memiliki keberanian itu.
Heichou, ketegaranmu itu berasal dari kelembutanmu. Di balik kata-katamu yang kasar, dingin, dan terkesan tidak peduli, aku yakin kau memiliki kehangatan. Hanya saja kau mungkin ingin membagi kehangatan itu pada orang yang tepat.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, baik itu kepadaku ataupun kepadamu. Namun, kau selalu memberikan dorongan kepadaku untuk terus maju. Untuk bisa mencapai satu tujuan -- kebebasan.
Lambang sayap kebebasan --jiyuu no tsubasa-- aku pikir hal itu sangat cocok denganmu, heichou. Walau perlahan sayap putih itu berguguran, masih ada sayap hitam yang tersisa bukan? Dan aku yakin kau masih mampu terbang dengan mengimbanginya. Karena, seiring waktu sayap itu dapat tergantikan.
Heichou, jika aku tidak bisa memenuhi tekadku untuk mencapai kebebasan, tolong bantu aku dengan kau yang berhasil menggapai kebebasan tersebut, ya?
Hanya saja, siapa yang akan menjaga punggungmu untuk saat ini? Maafkan aku, heichou. Levi heichou, aku ingin bertanya satu hal kepadamu,
Apakah aku terlihat seperti prajurit pemberani di matamu?
Apakah aku terlihat sehebat itu di matamu?
Yang aku ketahui, jika kau telah membuka surat ini, tandanya aku telah menjadi salah satu sayap putih yang gugur. Teruslah berjuang, heichou.
Maaf aku diam-diam menyimpan perasaan kepadamu. Aku, Petra Rall, mencintaimu.
Tertanda : Petra Rall.
Levi meremas kertas itu. Pandangannya kosong menatap langit. Perasaan bersalah itu kembali menghampirinya. Namun, yang ia ketahui, perasaan tidak bisa dipaksakan. Pada kenyataannya, Levi hanya menganggap Petra sebagai rekan timnya, sekaligus sebagai teman dekatnya.
***
Mikasa memperhatikan Levi dari pintu halaman. Sedari tadi ia hanya berdiri di sana dengan nampan berisikan dua cangkir teh dan jubah survey corps. Ia memberanikan diri menghampiri Levi.
"Levi heichou." panggil Mikasa.
Levi menolehkan pandangannya. Pada detik itu, kedua obsidian kelam itu beradu. Mikasa tertegun melihat sorot mata Levi yang tersirat jelas kesedihan, kekecewaan, dan rasa bersalah. Ia mengerti, Levi juga manusia yang memiliki titik terendah disaat ia tidak mampu lagi menyembunyikan semuanya.
Mikasa menghampiri Levi, ia memberikan teh dan jubah tersebut, "Terima kasih, Mikasa." ucap Levi.
"Heichou, mengapa kau menolongku kemarin?"
"Cih dasar kau. Seharusnya kau bersyukur aku menyelamatkanmu." ucap Levi. Kedatangan Mikasa membuatnya bisa melupakan sejenak kesedihannya, walau Mikasa hanya melakukan hal-hal kecil bahkan kadang menyebalkan, hal itu malah membuat hati Levi menghangat.
"Mengapa malam ini langit sangat pelit berbagi keindahannya sih? Ia bahkan menyembunyikan bintang-bintangnya." ucap Mikasa.
"Kali ini aku berpikir kau hanyalah bocah kecil."
Ucapan Levi dihadiahi tatapan tajam dari Mikasa, "Siapa yang kau sebut bocah kecil, pendek?"
Melihat ekspresi wajah Levi yang sangat kesal, membuat Mikasa tidak bisa menyembunyikan tawanya. Untuk pertama kali, Levi melihatnya tertawa dan untuk pertama kali juga, ada orang selain Eren yang bisa membuatnya tertawa lepas.
Mikasa merasa ia harus menghibur Levi saat ini. Yang Mikasa pikirkan, ia melakukan semua ini hanya untuk balas budi terhadap Levi --tanpa mengetahui arti perasaannya sendiri.
***
Heiii!
Double up untuk kaliaan! Hehehe.
Walaupun di sini cuma menceritakan sisi rapuhnya Levi.
Dan surat yang Petra tulis itu aku ambil dari lagu The Light of Two Wings.
Semoga suka yaa!Jangan lupa vote!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanfictionAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...