Pagi hari ini, anggota survey corps berkumpul di ruang makan. Mereka berencana mulai berlatih untuk merebut Wall Maria. Tentu saja semua ini ada di tangan Eren. Ia bisa dianggap sebagai kunci dari terlaksananya misi ini.
Mikasa dan Historia sibuk dengan bahan masakan mereka. Sasha? Ia jarang sekali diajak untuk membantu memasak. Pernah sekali Mikasa meminta bantuan Sasha, yang terjadi adalah Sasha yang tidak berhenti mencicipi masakannya dengan alasan, 'Mikasa, aku hanya berjaga-jaga siapa tahu kurang bumbu.'
Jean memperhatikan Mikasa yang sedang memasak. Dari awal bertemu Mikasa, ia langsung jatuh cinta. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Hanya butuh waktu 3 detik untuk jatuh cinta pada Mikasa. Sayangnya takdir berkata lain, saingannya kuat sekali. Jika Eren saingannya, ia masih bisa percaya diri. Tapi, sekarang ia merasa kaptennya—Levi Ackerman—masuk ke dalam daftar saingannya. Rasanya ia ingin mengubur diri saja.
Bagaimana lagi, Levi itu mendekati sempurna. Dari paras, kekuatannya, dan sifatnya yang dingin pasti memikat. Kekurangannya hanya ada pada tinggi badannya.
"Oi, Jean kau memperhatikan Mikasa sampai tidak berkedip!" Connie berteriak pada Jean.
Pandangan mata beralih pada Jean. Jean yang merasa tersudutkan menatap Connie dengan tajam. Connie tertawa terpingkal-pingkal melihat Jean yang tertangkap basah sedang memperhatikan Mikasa.
Levi mengalihkan pandangannya pada Jean. Cemburu? Untuk apa juga, setiap orang bebas memandang objek apapun yang ada. Tetapi berbeda dengan Hanji yang selalu menyambung-nyambungkan teori. Ia berspekulasi Levi cemburu.
Hanji mendekatkan tempat duduknya pada Levi, "Aku tahu kau cemburu, wajahmu tidak bisa berbohong. Tenang saja Mikasa hanya untukmu."
"Raut wajahku memang seperti ini, kuso megane."
Selesai menyantap sarapan pagi, mereka langsung berkumpul di depan markas. Beberapa anggota mengawasi keadaan sekitar. Aneh sekali, padahal survey corps ini banyak membantu untuk kemanusiaan, tetapi malah akan dibekukan.
"Eren, bangkitlah! Mengapa titanmu malah terbaring seperti itu!" Hanji berteriak tidak sabaran. Moblit di sebelahnya sampai-sampai menutup telinganya rapat-rapat.
Titan Eren terilihat sangat aneh. Kurus, sampai-sampai tulang bokongnya tercetak jelas. Hanji menghampiri menggunakan maneuvernya dan menebas bagian leher titan Eren. Eren terlihat sangat lemas, belum lagi sebagian tubuhnya masih menyatu dengan tubuh titannya.
"Hanji-san pelan-pelan!" Mikasa menghampiri Hanji saat ia melihat Hanji menarik paksa Eren.
Mikasa membantu melepaskan bagian tubuh Eren yang menyatu dengan titannya. Setelah berhasil terlepas, Mikasa menaruh Eren dalam dekapannya. Ia menepuk-nepuk perlahan pipi Eren, "Eren, bangunlah!"
Raut wajah Mikasa mulai panik saat Eren tidak bereaksi apapun. Levi yang melihat hal itu mendecih, tatapannya tidak suka. Ia menghampiri Mikasa, "Jika ia tidak bereaksi apapun, aku akan membawanya ke markas." Levi merebut Eren dari dekapan Mikasa dan membawa Eren ke markas.
Anggota survey corps yang lain pun ikut kembali ke markas. Tubuh dari titan Eren mulai mengeluarkan asap yang mengepul di udara. Jauh dari sana, dua orang mengamati mereka. Mengamati daerah sekitarnya dan tersenyum penuh kemenangan.
"Kita menemukan mereka."
***
Malam harinya, hujan turun kembali. Sepertinya sudah memasuki musim hujan. Levi bersantai di kamarnya, menyesap perlahan tehnya. Melihat ke arah luar, mengingat perkataan Mikasa. Kebahagiaan setelah hujan, ya? Apakah ia juga bisa menemukannya? Cih, tapi sepertinya itu hal yang konyol. Bagaimana caranya ia melupakan kenangan masa lalunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanficAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...