Do You Love Her?

2.3K 260 39
                                    

Pertemuan antara dua jiwa tidak terjadi karena ketidaksengajaan. Semuanya telah diatur dengan baik—apa yang akan datang dan apa yang akan hilang. Terukir dengan apik dalam suatu untaian takdir.

Sebenarnya, Levi dan Mikasa bukanlah seseorang yang menggantungkan segalanya pada takdir. Namun, semenjak pertemuan mereka—saat mereka mulai menyadari mereka saling jatuh cinta—ada kalanya berharap pada takdir menjadi kebiasaan.

Mikasa menyandarkan kepalanya di bahu Levi. Sungguh, Mikasa berani bersumpah, pundak Levi merupakan sandaran yang sangat nyaman. Keduanya sama-sama menikmati momen-momen ini. Menyimpannya dengan baik dalam kenangan. Karena, seseorang bisa saja pergi, tetapi kenangan tidak. Namun, keduanya berharap dengan hati yang paling dalam—keinginan agar tidak ada perpisahan di antara mereka.

Tangan Levi yang merangkul pundak Mikasa, beralih menyisir perlahan surai hitam Mikasa. "Rambutmu mulai panjang," ucapnya.

Mikasa terdiam mendengarnya. Ah, rasanya ia juga pernah mendengar perkataan seperti itu, tetapi dari orang yang berbeda. Eren. Dulu, Eren juga pernah menegurnya karena rambutnya yang panjang. Mikasa menyadari banyak sekali perubahan yang terjadi dalam hidupnya.

"Akan ku potong nanti," jawabnya.

Levi mengangguk menanggapi perkataan Mikasa. Sebenarnya dirinya menyukai surai Mikasa yang mulai memanjang-walaupun Levi tetap menyukai Mikasa bagaimana pun keadaannya. Membayangkan visualisasi Mikasa dengan rambut tergerai panjang ; sempurna, pikirnya. Namun, tentu saja hal itu beresiko mengingat penggunaan maneuver gear dalam keadaan berperang yang bisa saja melilit rambutnya sewaktu-waktu.

"Mikasa, tertidur?" tanya Levi.

"Tidak, kau pikir aku seseorang yang menempel pada sesuatu langsung tertidur?"

"Berdirilah, kita harus bersiap-siap untuk pengangkatan Historia sebagai ratu."

Ah, iya benar juga. Keduanya terlalu nyaman hingga melupakan masih ada hal yang harus dilakukan. "Iya, aku pun akan bersiap," ujar Mikasa.

Mikasa menatap bayangan dirinya pada cermin. Memegang rambutnya yang memang sudah memanjang. Sedikit menyukai rambutnya yang sekarang. Mikasa keluar dari kamarnya. Bergabung dengan anggota yang lain.

"Tidak ku sangka Historia akan menjadi ratu," ujar Sasha.

"Semua hal yang terjadi belakangan ini cukup mengejutkan, bukan? Bahkan, aku pun sedikit terkejut aku bisa bertahan sejauh ini," ucap Jean.

Memang benar adanya semua hal yang terjadi belakangan ini sangat mengejutkan. Mulai dari mereka harus bertarung melawan manusia—sampai hari ini Historia yang mereka kenal telah menjadi ratu.

Sorak sorai memenuhi indra pendengaran saat Historia ditetapkan menjadi ratu. Mahkota dipasangkan oleh Dhalis Zachary—perdana menteri. Ia berdiri dengan anggun di hadapan warga. Pasalnya, ia berhasil mencuri rasa percaya dan kagum dari warga Distrik Ovrud karena dianggap menyelamatkan mereka. Teriakan warga yang berisi kata selamat dan kalimat kepercayaan masuk ke dalam pendengaran Historia. Menyadari nasibnya tidak akan sama lagi seperti dulu-saat ia di survey corps-membuatnya sedikit bersedih. Namun, inilah takdir yang harus ia jalankan. Menjadi ratu bagi Paradise.

***

Setelah pengangkatan Historia menjadi ratu, mereka berkumpul. Sekadar bercerita banyak hal dan memberi ucapan selamat pada Historia. Ah, misi di kemudian hari tidak akan ada lagi Historia.

Mikasa tiba-tiba bertanya, "Historia, kau tidak ingin membalas perbuatan Levi heichou?"

Mereka membulatkan matanya mendengar ucapan Mikasa. Terutama Historia. Balas dendam pada Levi? Rasanya hanya orang yang sudah bosan hidup yang mau melakukannya. Eren pun sampai menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengingat saat ia dihajar habis-habisan oleh Levi. Apa Mikasa sudah gila?

The Sound of The Rain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang