Mikasa tidak bisa memejamkan matanya sejak tadi. Perkataan Levi terus berulang dalam otaknya ; "Mau ku temani untuk tidur?" Mukanya memanas lagi. Terkadang, Mikasa sendiri heran mengapa bisa berakhir jatuh cinta pada sang kapten. Padahal, awalnya ia membenci Levi—karena perbuatannya pada Eren. Namun, hanya dengan bertatapan mata dengan Levi membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya.
Mungkin, inilah yang disebut takdir. Tidak ada yang menduga, juga kadang tidak masuk di akal. Namun, setidaknya Mikasa bersyukur bisa diberi kesempatan untuk mencintai Levi. Otaknya terus memutar kenangan-kenangan saat mereka pertama berjumpa. Mikasa mengerti, yang dirasakannya saat ini adalah rasa cinta yang tulus dan dalam. Ia mencintai Levi. Sangat. Berharap takdir mengizinkan mereka untuk bersama.
Levi yang berada di ruangannya pun sama. Terduduk di kursinya, sedikit terkekeh. Menertawakan dirinya sendiri. Ia heran, mengapa bisa jatuh pada seseorang yang bahkan sejak awal kurang ajar sekali padanya? Mikasa memang berbeda, disaat wanita lain—misalnya Petra—menganggungkan sosoknya, Mikasa malah melakukan hal yang bertolak belakang dengan itu.
Terang-terangan memakinya, memberi tatapan tajam, serta mengatainya cebol sialan. Rasanya semua itu sudah menjadi asupan bagi Levi. Anehnya lagi ia merasa tersinggung, tetapi juga merindukan disaat tidak mendengar perkataan tersebut dari Mikasa. Namun, saat pertama kali kedua iris mereka bertemu, ada perasaan aneh yang Levi rasakan. Bahkan, ia sendiri pun tak mengerti mengapa ia merasakan hal itu.
Mulai dari Mikasa yang selalu memenuhi pikirannya, Mikasa yang membuatnya menyukai hujan, sampai Mikasa yang membuatnya merasa seperti seorang pria yang sangat beruntung. Intinya, ia mencintai Mikasa. Sangat. Berharap ia dapat mengutarakan perasaannya pada Mikasa.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan dini hari. Mikasa tersenyum melihat ke arah jam. Senyumannya perlahan luntur.
'Jika semesta tidak mengizinkan kita untuk bersama saat ini. Ku harap kita bisa bersama di kehidupan selanjutnya. Dan kuharap kita bisa sama-sama kuat menghadapinya.' Harapan Mikasa dalam hati.
Levi memejamkan matanya, membayangkan wajah Mikasa—pun masa depannya bersama Mikasa.
'Mikasa, terima kasih sudah hadir. Aku berharap takdir baik selalu mengikuti kita—tidak, aku akan membuat takdir baik selalu bersama kita,' ucap Levi dalam hati.
***
Pagi harinya, anggota Pasukan Levi berangkat menuju peternakan. Historia mendadak memerintahkan mereka untuk ikut dengannya. Ia bilang, ia ingin sekali kembali ke peternakan dan membantu anak-anak yatim di sana. Tidak salah orang-orang menyebutnya dengan sebutan Dewi Gembala. Nyatanya, Historia memang menunjukkan sikap layaknya seorang dewi. Selain parasnya yang cantik, ia juga memiliki hati yang begitu baik.
Eren, Armin, dan Jean memperhatikan Historia yang sedang bermain dengan anak-anak yatim. Begitu pula dengan Mikasa dan Sasha. Mikasa merasa senang bisa bermain dengan anak-anak di sini. Hal itu mengingatkannya akan masa kecilnya. Masa kecilnya memang kelam, tetapi bukan berarti tidak ada kenangan indah yang terjadi saat itu. Ia berharap anak-anak ini dapat tumbuh dengan kebahagiaan—dan kebebasan.
"Aku seperti melihat masa depanku," ucap Jean sambil tersenyum penuh harap.
Eren mengerutkan dahinya. Bertanya maksud perkataan Jean, "Maksudmu?"
"Jika aku menikah dengan Mikasa, di depan sana sudah ada gambaran Mikasa bermain dengan anak—," Jean tiba-tiba memekik keras saat Armin dan Eren menginjak kakinya, "Apa-apaan kau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanficAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...