Tidak semua hujan datang membawa kesedihan dan luka, bahkan badai sekalipun tidak hanya membawa kehancuran. Terkadang rinai hujan yang jatuh membasahi bumi berperan untuk menghapus luka dan kesedihan. Menghapus jejak-jejak pahitnya luka dalam diri. Karena itulah Mikasa sangat menyukai hujan. Hujan selalu bisa menjadi penghapus lukanya, sekaligus menjadi tempatnya bisa mengeluarkan segala kegundahan. Maka dari itu, Mikasa bersedia menjadi hujan bagi Levi.
Arunika perlahan memasuki celah-celah jendela. Mengusik bunga tidur yang masih ingin berlanjut. Nayanikanya perlahan terbuka, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dari sekitarnya. Dirinya bergerak-gerak mencari posisi nyaman, menelusupkan diri dengan menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria yang masih terlelap di sampingnya. Nyatanya, pergerakannya mengusik ketenangan tidur sang pria.
Levi membuka matanya perlahan, sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil yang tidak begitu kentara. Tangannya bergerak untuk membawa Mikasa ke dalam dekapannya. Jika saja ia tidak teringat hari ini harus segera kembali ke markas survey corps ; dirinya akan lebih memilih untuk memejamkan matanya kembali sambil menghirup dalam-dalam aroma gadisnya.
Berterima kasihlah pada hujan tadi malam yang membuat Levi bisa mendekap Mikasa semalaman. Dengan Mikasa yang berada di sampingnya sepanjang malam bisa membuatnya merasakan tidur yang berkualitas. Tidak lagi tertidur di kursi, apalagi sampai terjaga semalaman.
Mikasa memang ahli dalam segala hal, termasuk membuatnya semakin jatuh hati. Jika saja dirinya adalah seseorang yang mudah menyatakan perasaan, setiap hari ia tidak akan bosan menyatakan betapa ia sangat memuja sosok Mikasa.
“Oi, bocah. Mau sampai kapan kau tertidur?” tanya Levi.
Memang bicaranya menyampaikan ketegasan, tetapi tangannya malah mendekap Mikasa semakin erat. Tentu saja hal itu malah membuat Mikasa semakin nyaman.
“Apakah sudah harus bersiap untuk kembali ke markas?” tanya Mikasa dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Kepalanya ia angkat, membuat jarak antara wajah Levi dan Mikasa hanya beberapa centi. Levi terpana di tempatnya. Mikasa memiliki muka bantal yang sangat imut menurutnya. Image-nya sebagai prajurit terkuat kedua setelah Levi seakan luntur jika setiap saat Mikasa memasang wajah seperti ini. Dengan rambutnya yang berantakan dan rona pipi yang berwarna merah muda.
Mikasa pun memandang Levi dengan tatapan memuja. Levi ini sangat tampan, ia yakin Levi pasti akan populer di kalangan wanita jika saja keadaan mereka tidak seperti ini—dalam kehidupan lain, maksudnya. Rahang tegasnya terukir dengan indah, jangan lupakan mata tajamnya yang mengintimidasi setiap inchi. Levi benar-benar sempurna.
Lama mereka saling menatap, Levi dengan tiba-tiba mengecup bibir Mikasa. Hal itu tentu saja menuai protes dari Mikasa.
“Kau... benar-benar!” protes Mikasa.
Levi melepaskan dekapannya ; beranjak dari tempat tidurnya, “Aku akan mandi terlebih dahulu, kau juga bersiap-siaplah.”
Kendati beranjak dari tempat tidur, Mikasa malah menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Detak jantungnya sedari tadi berpacu dengan cepat. Hanya Levi memang yang bisa membuatnya seperti ini. Mikasa memejamkan matanya, membayangian perihal masa depan yang begitu niskala. Ntah ia akan dipersatukan dengan Levi atau bahkan perpisahanlah yang menunggu mereka. Mikasa hanya bisa menaruh asa agar keinginannya bersama Levi bisa terkabulkan.
Mikasa berjengit di tempatnya saat mendengar suara pintu terbuka. “Oi, bocah kau belum bersiap juga?”
Mikasa memekik keras saat Levi mengangkat tubuhnya ; membawanya ke arah kamar mandi. Tingkah Levi menuai perhatian dari anggota yang lain, mereka memandang Levi dan Mikasa dengan mata yang terbuka lebar. Oh tentu saja Levi tidak mempedulikan hal tersebut. Mikasa menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound of The Rain [COMPLETED]
FanfictionAh, kebahagian? Bahkan rasanya aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bahagia. Aku hanya berjalan mengikuti alur waktu membawaku. Satu hal yang aku tahu, aku sangat membenci hujan. Sampai suatu hari, ia datang dan membuatku menyukai saat langit...