Saat Erlangga tiba di kediaman Ihsan, ia langsung mengangkat tubuh Dita dan berjalan memasuki rumah tersebut. Tatapan khawatir mulai ditunjukkan oleh penghuni rumah, namun Erlangga harus terpaksa mengabaikannya dan tetap berjalan menuju kamar Dita.
Sesampainya di kamar Dita, ia menaruh tubuh mungil Dita di atas kasur dengan hati-hati, lalu menyelimutinya.
"Kamu istirahat, ya. Kakak sayang sama kamu. Mulai sekarang kamu jangan terlalu capek lagi. Ingat pesan dokter tadi, ya," ucap Erlangga sambil mengusap puncak kepala Dita.
Dita tersenyum saat Erlangga begitu perhatian dengannya. "Iya, Kak. Makasih buat segalanya. Dita sayang banget sama Kakak,"
"Iya, Ta. Aku juga sayang banget sama kamu,"
Cup
Erlangga mencium kening Dita dengan lembut, sampai Dita memejamkan matanya untuk merasakan nikmatnya kasih sayang yang Erlangga salurkan kepadanya.
Dita tersenyum manis. Walaupun saat ini bibirnya sedang pucat, tapi itu tidak sedikitpun mengurangi kecantikan Dita.
"Kak,"
"Iya?"
"Dita mohon sama Kakak, yang di bilang sama dokter tadi, jangan kasih tau siapa-siapa, ya. Termasuk Angga,"
"Iya,"
"Oh, iya! Dita mau ngomong sesuatu,"
"Apa?"
"Gimana kalau kita panggil Bukle sama Pakle itu Mama-Papa?"
"Kenapa gitu?"
"Ya, supaya kita bisa ngerasain hidup bersama orang tua yang sebenarnya. Lagian juga Dita nganggap mereka itu udah kaya orang tua Dita sendiri,"
"Iya juga, sih. Tapi, emangnya mereka mau?"
"Ya pasti mau, lah. Mereka itu udah anggap kita kaya anak sendiri. Bahkan, tadi Bukle yang suruh Dita sampaikan ini ke Kakak,"
Erlangga tampak berpikir sejenak. "Yaudah, deh. Nanti Kakak coba,"
"Oke,"
"Yaudah, kamu istirahat, ya. Udah malem juga ni,"
"Iya, Kak,"
"Yaudah, Kakak ke kamar dulu,"
"Oke."
Dita memejamkan matanya untuk beristirahat, tapi tiba-tiba suara siulan membuatnya kembali membuka mata dan menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari pintu kamarnya.
"Apalagi, Kak?" tanya Dita saat melihat tingkah saudaranya itu yang selalu saja bisa membuatnya tertawa.
"Selamat malam Adikku sayang," ucap Erlangga dengan lembut.
"Iya, selamat malam juga Kakakku yang tersayang," balas Dita, lalu Erlangga pergi dari ambang pintu kamar Dita.
***
Pagi ini Erlangga tengah bersiap untuk menjemput Anggi di rumah sakit untuk menemaninya mengambil keperluan Annisa. Kali ini Erlangga tidak di temani oleh Dita, karena kondisi Adiknya itu masih sangat lemah dan Erlangga tidak ingin penyakit saudarinya itu bertambah semakin parah.Ceklek
"Ta," panggil Erlangga, lalu berjalan menghampiri Dita yang berbaring di kasur.
"Aduh, aduh ... ganteng banget sih Kakak ku. Mau kemana nih?"
"Ah, kamu bisa aja. Kakak mau pamit ke rumah sakit, ya. Mau jemput Anggi sekaligus mau ngantar dia pulang kerumah buat ambil baju Mamanya,"
"Oh gitu, oke. Hati-hati, ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Teen Fiction"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...