07

290 200 62
                                    

Mahasiswa sudah berhamburan diluar kampus dan mengambil kendaraan mereka yang berada diparkiran untuk pulang kerumah masing-masing. Begitupun dengan Anggi dan juga Dita, mereka duduk di kursi yang berada di depan gerbang kampus untuk menunggu jemputan. Tak lama kemudian, Angga keluar dari gerbang dengan mengendarai mobilnya dan memberhentikannya di depan Anggi.

"Yok," ajak Angga, lalu Anggi berjalan masuk ke dalam mobil.

Sebelum Anggi menutup jendela, ia menepuk jidatnya lalu menoleh kearah Dita. "Dita," panggil Anggi.

"Iya, Nggi," jawab Dita

"Gue duluan, ya,"

"Iya," ucap Dita, lalu tersenyum.

"Yaudah, dadah," pamit Anggi sambil melambaikan tangan.

"Dadah," balas Dita sambil melambaikan tangan.

"Gue tutup, ya," ucap Anggi, lalu dibalas anggukan oleh Dita. Anggi menutup kaca mobil, lalu Angga melajukan mobilnya menembus keramaian kota Jakarta.

Saat diperjalanan, Anggi merasa aneh dengan saudaranya itu. Sebab, jika Anggi tidak mengajaknya bicara, Angga akan menyuruh Anggi untuk bicara tentang apapun. Tapi kali ini berbeda, sejak tadi ia melihat Angga terlihat santai namun seperti ada yang ia sembunyikan dari Anggi. Anggi merasa dirinya tidak dibutuhkan, lantas ia langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu memainkannya.

***
Sudah 20 menit Dita menunggu Bambang di kursi yang berada di depan gerbang kampus. Menunggu adalah hal yang paling membosankan bagi Dita dan ia tidak suka menunggu terlalu lama.

"Kok Mas Bambang lama banget, ya," gumam Dita sambil menoleh ke dalam kampus yang sudah terlihat sepi.

Sebuah mobil berhenti di depan Dita, membuat Dita merasa takut dan gelisah. Saat kaca mobil terbuka, memperlihatkan Bambang dengan senyum manisnya yang membuat Dita merasa lega. Tak menunggu lama, Dita langsung berjalan masuk kedalam mobil dan duduk di kursi penumpang.

"Mba,"

"Iya, Mas?"

"Maaf telat, ya. Soalnya tadi Bapak minta antar ke supermarket dulu,"

"Oh, iya,"

"Lain kali saya usahakan tepat waktu kok, Mba,"

"Iya, Mas, gak papa."

Bambang langsung menjalankan mobilnya menuju rumah Ihsan. Saat sampai di halaman rumah, Dita keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah mewah yang saat ini menjadi tempat tinggalnya selama di Jakarta. Saat masuk kedalam rumah, Dita melihat Andini sudah berkutik di dapur untuk mempersiapkan makan malam.

"Bukle," panggil Dita

Andini menoleh kearah sumber suara dan melihat Dita berjalan menghampirinya. "Iya sayang,"

Dita mencium punggung tangan Andini dengan lembut membuat Andini langsung mengusap kepala Dita. "Gimana hari ini?"

"Alhamdulillah, seneng," balas Dita

"Yasudah, kamu ke kamar dulu sana. Mandi, ganti baju, terus nanti bantu Bukle siapkan makan malam, ya."

"Siap, Bukle," ucap Dita bersemangat. "Dita ke kamar dulu, ya. Dadah," pamit Dita, lalu berjalan menuju kamar.

Saat sampai dikamar, ia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa biru langit. Senyumnya mengembang saat kembali mengenang pertemuannya dengan Angga, entah mengapa ia bisa menyukainya dan mengaguminya sampai seperti ini.

"Aduhhhhhh, aku kenapa mikirin Mas Angga, sih," keluh Dita, kemudian dengan segera ia menghapus bayangan Angga dari pikirannya lalu beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang