33

135 72 26
                                    

Dita masih terduduk lemas di kursinya, tak mampu lagi untuk berusaha melepaskan diri dari sana. Sudah banyak energi yang terkuras, namun tak ada satu energipun yang dapat menghasilkan apalagi ditambah kondisi fisiknya yang saat ini semakin lemah.

Kini dihadapan Dita, ada seorang lelaki yang sedang duduk sembari terus menatap Dita sambil menghisap rokok layaknya orang bersantai ditengah perkumpulan dan lelaki itupun tak segan-segan untuk membuang kepulan asap itu ke permukaan wajah cantik Dita.

"Kenapa elo natap gue kaya gitu?" tanya lelaki itu saat sorot mata Dita tak lepas memandangnya.

Dita tersenyum miring, lalu membuang pandangannya kearah lain sebab muak dengan lelaki tersebut. "Gak nyangka aja kalau Abang bisa ngelakuin hal ini ke Dita tanpa sebab."

"Semua ada sebabnya, Ta. Dan lo akan tau setelah malaikat lo datang kesini buat nyamperin lo."

Saat mendengar itu, Dita memejamkan matanya dan hatinya menangis. Ia tak tau lagi apa yang harus ia lakukan dengan keadaan seperti ini selain keinginnya untuk bisa keluar dari tempat itu.

Disaat Dita masih bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara keributan yang berasal dari luar dan itu sontak membuat Dita mendongak lalu menatap pintu rumah itu dan berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

Brak

Pintu utama terbuka lebar karena Angga berhasil mendobraknya. Dita tersenyum senang saat melihat orang-orang yang ia sayangi telah datang untuk menolongnya dan baru Dita sadari juga, kalau lelaki yang duduk dihadapannya tadi sudah menghilang.

Erlangga berlari menghampiri Dita dengan napas yang tak beraturan serta wajah yang terlihat khawatir, lalu berjongkok di hadapannya. "Kamu gak papa, Ta?" tanya Erlangga khawatir sembari menepikan rambut Dita agar wajah Dita terlihat lebih jelas.

Dita tersenyum getir, menahan nyeri di sudut bibirnya yang terluka. "Selama ada Kakak, Dita gak papa," jawab Dita

"Ta," panggil Angga, membuat Dita mendongak menatapnya yang berdiri di belakang Erlangga. "Kamu gak papa, kan, sayang?" tanya Angga lembut disertai raut wajah yang tak kalah khawatir dari Erlangga.

Dita mengangguk. "Iya, aku gak papa,"

"Kakak bukain ikatannya dulu, ya," ucap Erlangga, lalu membuka ikatan tali yang melilit di sekitaran tubuh Dita.

Angga berjongkok. "Ya ampun, sayang. Kamu sampe luka-luka gini, kamu di apain?"

Lagi-lagi Dita tersenyum. "Aku gak papa, sayang. Jangan khawatir, ya,"

"Gimana aku gak khawatir kalau liat kamu kaya gini. Kamu jelasin ke aku sekarang, kamu di apain sama mereka?"

"Nanti aja aku jelasinnya, ya,"

"Beneran?"

Dita mengangguk lesu. "Iya,"

Saat ikatan berhasil terbuka, Dita langsung memijat-mijat lengannya yang terasa pegal. "Aw," rintih Dita saat tak sengaja memijat bagian yang terluka.

"Ta, kamu beneran gak papa?" tanya Erlangga memastikan. Saat ini, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Dita.

"Iya, Kakak," jawab Dita, lalu menoleh kearah Anggi yang sejak tadi berdiri di samping Angga. "Anggi, kamu gak kangen aku?" goda Dita

"Gue kang-" ucap Anggi terpotong saat seseorang keluar dari kamar.

"Wah ... pahlawan sudah datang rupanya," ucap lelaki itu seraya bertepuk tangan untuk menyambut kedatangan mereka dan itu sontak membuat semua menoleh ke arahnya dan Anggi langsung mendekati Dita untuk melindunginya.

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang