20

158 93 9
                                    

Kini beberapa kendaraan mahasiswa sudah keluar dari area kampus dan banyak juga dari mereka yang masih duduk di dekat gerbang untuk menunggu jemputan, sama seperti Anggi dan juga Dita yang sedang duduk di kursi yang sama untuk menunggu jemputan mereka.

"Ayo, Nggi," ajak Angga dari dalam mobil.

"Ta, gue balik duluan. Jangan lupa nanti malem gue jemput,"

"Oke,"

"Duluan, ya, Ta," pamit Angga pada Dita

Dita tersenyum manis. "Iya,"

Angga menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus menuju pulang. Tapi sebelum itu, Angga memberhentikan mobilnya di mini market untuk membeli makanan ringan.

"Lo tunggu sini, ya,"

"Oke, Bang,"

Angga keluar dari mobil, kemudian masuk ke dalam mini market tersebut. Tak berselang lama, Angga sudah kembali dengan membawa kantung plastik besar yang berisi beberapa makanan ringan beserta minuman kaleng yang menjadi favorite mereka.

"Banyak amat, Bang. Kenapa gak lo borong aja sama tokonya sekalian? Kalau perlu sama Mbak-Mbak kasirnya."

"Maunya gitu, tapi gue mikir ni duit buat jatah akhir bulan,"

"Haha,"

***
Saat ini langit sudah benar-benar hampir gelap, dan Dita berada di kamarnya sambil memandang foto Angga yang sudah ia cetak saat pulang dari acara camping. Entah kenapa, Dita sangat merindukan Angga dan ingin sekali bertemu dengannya.

Dita merasa sedih saat Pamannya tidak mengizinkannya ikut dengan Anggi  latihan bela diri malam ini, padahal ia sangat sekali pergi agar bisa memandang Angga lebih lama.

Drrtttt Drrttttt

Getar ponsel membuyarkan lamunan Dita, membuat Dita menghembuskan napasnya perlahan kemudian menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Nggi. Ada apa?"

"Halo, ini Angga. Gue pake hp Anggi,"

Mata Dita seketika melotot saat mendengar suara Angga disana dan mulai salah tingkah. "Oh, Bang Angga. Ada apa?"

"Lo beneran gak ikut malam ini?"

"Iya, Bang. Soalnya Pamannya Dita gak ngizinin sebab gak mau kejadian kemarin terulang lagi,"

"Iya deh, gak papa. Yaudah kalau gitu, kamu istirahat aja, ya. Dadah,"

"Em ... i-iya, dadah,"

Angga memutuskan panggilan secara sepihak, membuat Dita melongo tak percaya.

"Barusan aku gak mimpi, kan?" gumam Dita sambil menepuk kedua pipinya

"Aku gak salah denger, kan? Bang Angga nyuruh istirahat?" gumamnya lagi karena masih tak percaya.

"Akhhhhhh!!" teriak Dita sambil melompat-lompat di samping meja belajarnya

Tok tok tok

"Dita, kamu kenapa?" tanya Andini dari luar, mungkin karena mendengar Dita berteriak.

"Gak papa, Bukle. Dita terlalu seneng aja,"

"Beneran?"

"Iya, Bukle. Pokoknya aman,"

"Yaudah, jangan teriak-teriak lagi. Kamu bikin Bukle khawatir aja,"

"Iya, maaf Bukle,"

Dita naik ke atas kasur, lalu menutup wajahnya dengan bantal untuk meluapkan segala kebahagiaannya tanpa di dengar oleh penghuni rumah termasuk makhluk astral sekalipun.

***
"Udah?" tanya Anggi saat Angga mengembalikan ponselnya.

"Udah." jawab Angga singkat.

"Lo beneran suka sama Dita?"

"Gak tau."

"Lah, terus?"

"Gue mau coba ikutin saran lo," akhir Angga, lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Anggi tapi Anggi malah menarik tangan Angga.

"Bang, kalau elo bener-bener ga suka sama Dita, lebih baik jangan."

"Kenapa? Bukannya lo yang minta gue deket sama dia supaya gue bisa ngelupain Clara, ya?"

"Maksud gue, kalau lo deketin Dita supaya lo bisa lupa sama Clara, Dita bukan tempat yang tepat, Bang. Dita beneran suka sama lo, kalau nantinya dia tau lo deketin dia cuma karna mau ngelupain Clara, dia pasti bakal hancur."

Angga terdiam, ia bingung bagaimana menjelaskannya pada Anggi dan memastikan kalau ia tidak akan menyakiti hati Dita. "Gue akan berusaha, Nggi. Lo tenang aja," ucap Angga, lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Anggi.

***
Malam semakin larut, tapi hal itu tak juga membuat Dita lekas berkelana di alam mimpinya, karena sejak Angga menelponnya tadi, ia mulai disibukkan dengan menciumi foto Angga dan memeluk jaket Angga yang masih dengannya.

"Dita," panggil Andini dari depan pintu kamarnya yang membuat Dita panik dan langsung menaruh jaket dan foto tersebut ke dalam selimutnya agar tak terlihat oleh istri Pamannya itu.

"Iya, Bukle, sebentar," sahut Dita, kemudian membukakan pintu untuk Andini.

"Iya, Bukle?"

"Ke ruang tamu sebentar, ya. Pakle mau ngomong katanya."

"Iya, Bukle."

Dita berjalan menuju ruang tamu bersama Andini, kemudian duduk di kursi yang berada di samping Ihsan dengan perasaan sedikit tidak nyaman.

"Ada apa, Pakle?"

"Begini, kamu ingat 'kan Kakak kamu yang Pakle ceritakan waktu itu? Yang Pakle bawa ke Jakarta waktu kamu masih kecil."

"Iya, Dita inget."

"Nah, jadi Pakle mau kasih tau kamu kalau saat kamu liburan semester nanti, Kakak kamu mulai tinggal disini bersama kita."

Dita terperangah. "Beneran, Pakle?"

"Iya," ucap Ihsan disertai dengan senyum

"Alhamdulillah. Makasih, Pakle,"

"Iya, sama-sama."

Guys ... gimana part ini?
Masih mau lanjut?
Semoga kalian suka sama cerita ini yaa
Jangan lupa kasih vote dan komentar kalian di cerita ini, ya.

See you next part👋
Jangan lupa follow akun wp ku
dan
Follow juga instagram aku @salma_nidha

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang