45

100 51 13
                                    

Ditaman belakang rumah Ihsan yang indah dan nyaman, ada Dita yang sedari tadi melatih kakinya untuk berjalan. Ia sangat senang melihat perkembangan kondisinya kini semakin membaik dan kakinya pun sudah mulai bisa digerakkan tanpa menggunakan alat bantunya lagi. Ia berharap, semoga Tuhan lekas mengangkat segala penyakit yang bersarang ditubuhnya agar ia bisa melakukan semua aktivitasnya dengan mudah.

"Wah, Mba Dita udah mulai bisa jalan lagi, ya?" ucap Bella yang baru saja datang dan itu membuat Dita menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Bella yang berjalan kearahnya.

"Eh, Bella. Sini temenin Mba Dita latihan jalan,"

"Berhenti dulu latihannya, Mba. Mba Dita ‘kan pasti capek dari tadi jalan terus. Ayo duduk. Sini Bella pegangin." Bella langsung memegang tangan Dita dan membantunya untuk duduk dikursi yang berada ditaman.

"Makasih, Bella," ucap Dita saat Bella berhasil mendudukkannya dikursi

"Sama-sama, Mba Dita," sahut Bella dengan senyum manisnya.

"Bella tadi habis ngapain?"

"Habis beresin kamar,"

"Wah, Ade Mba Dita rajin banget sih," puji Dita sambil mengusap kepala Bella

"Iya dong. Kata Mama, Bella harus belajar beres-beres supaya kamar Bella gak kotor,"

"Bener tuh kata Mama. Kalau kamar Bella bersih, nanti tikusnya gak berani masuk ke kamar Bella."

"Emangnya dirumah kita ada tikus, Mba?"

"Kalau dirumah kita mungkin gak ada, cuma kalau rumah yang kotor dan jorok, pasti ada tikusnya. Memangnya Bella mau dikamar Bella ada tikusnya?" tanya Dita sontak membuat Bella menggeleng mantap. "Makanya, nanti kalau Bella habis main, langsung diberesin, ya," pesan Dita

Bella mengangguk. "Berarti mulai sekarang Bella gak boleh berantakin kamar lagi 'kan?" tanya Bella dan Dita langsung mengangguk kecil. "Oke. Mulai sekarang Bella gak berantakin kamar lagi,"

"Pinter."

***

Sudah 30 menit Anggi duduk dikursi yang berada di depan toko bahan kue sembari mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Angga yang sejak tadi belum juga datang menjemputnya. Padahal, sebelum Angga pergi, Anggi sudah mengatakannya untuk menjemput 1 jam setelah ia datang ke toko tersebut. Namun, sepertinya perkataan itu dianggap seperti angin lalu, dilupakan begitu saja.

"Ish, Bang Angga kemana sih? Lama banget. Dihubungi juga gak bisa," gumam Anggi yang terselimuti rasa kesalnya.

Di sisi lain, ada Erlangga yang baru saja menaiki motornya setelah keluar dari mini market yang terletak di seberang toko kue tempat Anggi berbelanja. Ia terkejut saat melihat kekasihnya itu sedang duduk sendiri di sana sambil memasang wajah cemberutnya. Tak mau kekasihnya duduk sendiri di sana, lantas Erlangga pun segera mengendarai motornya menghampiri Anggi di sana.

"Cewek, nunggu siapa nih?" goda Erlangga pada Anggi, namun sang empunya tetap sibuk mengotak-atik ponsel dan tidak memperdulikannya.

"Cewek. Nunggu jemputan, ya? Sini sama Abang aja. Abang pasti anterin sampe rumah kok bukan depan gang."

"Berisik banget sih lo, pergi sana sebelum gue gampar muka lo!" ketus Anggi karena masih tak menyadari keberadaan Erlangga.

"Wih, galak amat. Yaudah deh kalau gak mau pulang sama Abang, Abang tinggal dulu, ya. Dadah,"

Anggi masih terus sibuk dengan ponselnya sampai Erlangga sudah pergi dari hadapannya pun ia tetap tidak menyadarinya. Namun, saat Anggi melihat nama Erlangga tertera di layar pesan WhatsApp miliknya, ia baru menyadari bahwa lelaki yang menggodanya tadi adalah Erlangga.

Honey😚

Sangking fokusnya sama handphone, sampe aku yang goda aja gak diheranin.

Mata Anggi langsung terbelalak saat membaca pesan tersebut dan ia langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Erlangga di sekitarnya.

"Yah, udah ilang," sesal Anggi, lalu matanya tertuju pada motor yang terparkir di depan warung dan ia tau kalau itu adalah motor milik Erlangga. Melihat itu, Anggi langsung berjalan menuju warung tersebut dan melihat Erlangga sedang memesan minuman.

"Kamu kok ninggalin aku, sih!"

"Habisnya kamu fokus banget sama handphone. Emang ada apaan sih?"

"Nunggu Bang Angga jemput."

"Oh. Angga nyuruh aku buat pulang sama kamu karena dia langsung kerumah aku buat nemuin Dita," bohong Erlangga agar Anggi pulang bersamanya, lalu menerima pesanannya kemudian membayarnya. "Makasih, Bu," ucap Erlangga pada penjual tersebut

"Sama-sama, den." sahut penjual tersebut, lalu Erlangga dan Anggi berjalan keluar dari warung tersebut.

"Kenapa gak bilang dari tadi. Kalau tau gitu, tadi aku gak perlu ngeluarin tenaga buat marah-marah," protes Anggi saat sudah berada di samping motor Erlangga.

"Iya, iya, maaf sayang. Yaudah ni, minum dulu." Erlangga menyerahkan minuman tersebut pada Anggi dan Anggi menerimanya. "Udah jangan marah-marah lagi, nanti makin cantik," tambah Erlangga agar Anggi tidak terus-terusan memasang wajah cemberutnya.

"Hah? Adanya makin jelek kali, masa iya makin cantik," sanggah Anggi disertai senyuman kecil.

"Kamu kalau marah itu makin cantik, sayang. Soalnya gemesin."

"Dih ngerayu. Yaudah, yuk jalan." Anggi memutuskan untuk menyudahi pembicaraan itu karena tak ingin terus dibuat tersipu malu oleh Erlangga.

Erlangga so sweet banget ih. Bikin author gemes aja.😅😅
Oh, iya! Gimana sama part ini guys?
Masih setia kan di cerita ini?

Makasih buat yang udah baca cerita ini sampe part ini, makasih juga buat yang udah memberi vote dan komentar..

See you next part👋

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang