49

59 10 14
                                    

Dua hari telah berlalu begitu cepat, namun Dita masih tetap seperti itu. Tidak nafsu makan, selalu mengurung diri di dalam kamar, dan tidak pernah menghubungi Angga lagi selepas kejadian itu. Sebenarnya, dalam benak Dita sangat menginginkan Angga datang menghampirinya dan menjelaskan semuanya, namun sepertinya keinginan itu tidak pernah terwujud sebab Angga tidak mungkin datang menghampirinya setelah Dita mengatakan untuk jangan pernah menemuinya lagi.

Dita melihat-lihat album fotonya yang di sana terdapat banyak memori yang tersimpan. Sampai pada akhirnya ia mendapatkan foto Angga yang sedang tersenyum kearahnya. Ya, foto itu Dita ambil saat mereka bertemu di danau dan kebetulan Angga sedang tersenyum ke arahnya namun Dita malah tersenyum menghadap kamera.

Wajah Dita seketika berubah menjadi murung, kemudian ia menutup buku album itu dan menaruhnya di atas nakas. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba menutup matanya agar tertidur. Ia berharap, malam ini ia bisa tertidur dengan pulas, sebab sudah dua hari ini ia susah untuk tidur karena pikirannya selalu diisi oleh bayangan diri Angga di setiap detiknya.

Suara pintu kamar terbuka membuat Dita terkejut dan langsung menoleh kearahnya, ternyata yang memasuki kamarnya adalah Anggi. Kemudian, Dita merubah posisinya menjadi duduk, lalu bersandar seraya tersenyum kepada Anggi walau terpaksa.

"Hai, Ta," sapa Anggi, lalu duduk di kasur bersama dengan Dita.

"Hai."

"Gimana kabar lo?"

"Baik. Kamu?"

"Gue baik. Em, gue ganggu tidur lo, ya?"

"Enggak kok. Memangnya ada apa?"

"Gak papa, gue cuma mau main ke sini aja. Gue kangen sama lo. Soalnya, semenjak lo habis dari rumah gue, lo gak pernah lagi hubungin gue. Gue khawatir sama lo,"

"Oh, aku gak papa kok. Santai aja,"

"Lo lagi ada masalah, ya, Ta?" tanya Anggi hati-hati

Dita tersenyum miring. "Gak usah pura-pura gak tau gitu, Nggi."

Anggi menatap bingung. "Maksudnya?"

"Ya kamu kesini cuma pingin liat aku sedih atau enggak, kan? Kalau kamu cuma pingin liat itu, mending kamu pulang aja gih."

"Maksud lo apaan sih, Ta? Gue sama sekali gak ngerti. Bang Angga juga gak cerita apa-apa sama gue."

Mata Dita mulai berkaca-kaca, kemudian ia beranjak dari kasur dan mengambil satu lembar foto dari albumnya.

"Kamu mau tau kenapa?" tanya Dita, kemudian Dita kembali duduk di atas kasurnya dan menaruh foto itu di depan Anggi.

"Gara-gara dia. Dia sama Mona ciuman di depan aku, Nggi," adu Dita dengan nada bergetar menahan sakit di hatinya dan disertai air mata yang sudah membendung.

Anggi menggeleng sambil tersenyum tak percaya. "Gak mungkin Abang gue ngelakuin hal itu, Ta. Abang gue itu sayang banget sama lo."

"Sayang? Gak ada yang namanya sayang tapi ciuman sama perempuan lain, Nggi! Kamu tau kan? Aku sayang banget sama dia. Aku sayang sama dia itu tulus, Nggi! Aku gak pernah minta dia untuk setia sama aku karena aku sakit. Aku juga sudah pernah ngebebasin dia karena aku tau hidup aku gak akan panjang. Tapi apa? Dia kasih aku harapan. Seolah-olah semua bakalan baik-baik aja. Dia bilang kalau dia bakal selalu ada buat aku, dia bilang kalau dia selalu ada di samping aku untuk ngelewatin semua bareng-bareng. Tapi sekarang? Dia ngelakuin hal itu di depan aku tanpa perduli gimana perasaan aku! Hiks hiks," jelas Dita dengan suara yang terbata-bata. Sungguh sakit rasanya hati itu saat menjelaskan semuanya.

Anggi terdiam, melihat Dita mengatakan hal itu dengan berderai air mata, sungguh sangat menyakitkan juga untuknya. Tak bisa dibayangkan jika saja Anggi yang berada di posisi Dita saat ini, mungkin saja ia tidak akan sanggup menghadapinya.

"Aku gak tau harus gimana, hiks hiks. Aku percaya sama Angga kalau dia beneran sayang sama aku. Tapi kenapa dia ngelakuin hal itu di depan aku, Nggi. Kenapa?" lirih Dita

Anggi memegang bahu Dita dengan kuat, berusaha menyadarkan Dita kalau yang ada di pikiran Dita tentang Angga adalah salah. "Dita, liat gue! Bang Angga sa-yang ba-nget sa-ma lo! Ya walaupun gue gak tau apa yang Abang gue lakuin ke elo sampe lo kaya gini. Tapi yang pasti, gue yakin kalau Bang Angga ngelakuin hal itu bukan karena dia khianatin lo melainkan ada hal lain. Apa lo udah omongin ini sama Bang Angga?"

"Buat apa, Nggi? Selama ini cuma aku yang sayang sama dia. Kamu juga tau kalau awal dia deket sama aku karena terpaksa buat ngelupain Clara, kan?"

"Lo salah menilai Abang gue, Ta. Abang gue sudah punya perasaan sama lo itu sejak awal lo masuk kampus. Dia memang baru menyadari hal itu setelah dia mulai deket sama lo, tapi bukan berarti dia jadiin lo pelampiasan buat ngelupain Clara."

"Satu hal yang perlu lo tau, Ta. Abang gue sayang banget sama lo. Dan, gue juga mau bilang makasih karena lo udah sayang sama Abang gue. Gue seneng dengernya kalau lo beneran tulus sayang sama Abang gue gak seperti perempuan yang deket sama Abang gue sebelumnya. Makasih buat semuanya, ya, Ta. Makasih karena udah mau jadi temen gue, makasih karena udah jadi orang yang selalu ada buat gue dan Abang gue. Semua kebaikan lo dan keluarga lo bakalan gue inget seumur hidup gue. Gue seneng bisa kenal kalian, gue seneng bisa hadir di tengah kalian. Sekarang, gue cuma mau bilang sama lo kalau Bang Angga lagi sakit dan dia butuh lo. Gue kesini atas permintaan dia sebab dia khawatir sama keadaan lo."

Mendengar nama Angga, membuat Dita seketika mendongak dan menatap sendu pada Anggi. Kemudian, Anggi beranjak dari kasur milik Dita dan pergi meninggalkan Dita yang masih duduk terdiam dengan beberapa pertanyaan di otaknya. Sesampainya Anggi diambang pintu kamar Dita, langkahnya terhenti lalu menoleh kearah Dita.

"Kalau lo ada waktu kosong, jenguk dia, ya. Dia pasti seneng banget kalau lo dateng, sebab dia selalu nunggu kehadiran lo."

Halo guys...
Kembali lagi sama aku.
Gimana sama part ini?
Semoga kalian suka yaaa

Kalau kalian suka, jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah dan spam komentar kalian di cerita ini ya😊
Makasih semuanya karena udah baca cerita ini

See you next part👋

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang