Angga menuruni anak tangga dan melihat keluarga kecil Erlangga tengah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Angga tersenyum tipis melihat keakraban keluarga itu dan seketika bayangan masa lalunya dulu bersama keluarganya muncul kembali, membuat setetes cairan bening kini jatuh ke pipinya. Namun dengan begitu, dengan cepat Angga menjauhkan bayangan tersebut agar tak kembali larut dalam kesedihan.
Angga melanjukan langkahnya menuju meja makan, namun tiba-tiba ia merasa ada yang kurang di sana. Ya, Anggi tidak ada diantara mereka.
"Eh, Angga. Ayo sini, kita sarapan sama-sama," ajak Ihsan yang melihat Angga berjalan kearahnya.
"Iya, Om," sahut Angga, lalu duduk di samping Erlangga yang sudah menyuap sarapannya dengan lahap.
"Loh? Anggi mana?" tanya Andini
"Memangnya dari tadi dia belum turun, Tante?" Angga berbalik tanya pada Andini
Andini menggeleng. "Belum,"
"Yaudah, Angga coba cek dulu ke kamar Dita, ya, Tan," pamit Angga, lalu beranjak dari kursi menuju kamar Dita yang digunakan Anggi untuk tidur semalam.
Angga mengetuk kamar Dita dan Anggi tidak membukakan pintu untuknya. Tak sabar karena menunggu lama, Angga akhirnya membuka pintu kamar tersebut dan melihat kamar itu kosong, tidak ada Anggi di dalamnya. Lalu, kemana Anggi?
Saat Angga memasuki kamar tersebut, tiba-tiba saja ponsel Angga berdering dan dengan cepat ia merogoh saku celananya, lalu menjawab panggilan tersebut.
"Halo,"
"Halo, Bang,"
"Anggi, lo dimana?"
"Gue lagi di rumah kosong sama Aslan,"
"Ngapain?"
"Gak usah banyak tanya. Sekarang lo kesini aja, gue ada hadiah buat lo,"
"Iya. Tapi, lo sama Aslan gak ngapa-ngapain, kan?"
"Ya enggak, lah! Gak napsu gue sama dia. Yaudah buruan kesini, gue tunggu,"
"Hm,"
Anggi memutuskan panggilan, lalu Angga menutup pintu kamar Dita dan kembali turun ke meja makan untuk sarapan.
"Anggi mana?" tanya Andini
"Gak ada di kamar, Tan," jawab Angga
"Loh? Dia dimana?" tanya Ihsan khawatir
"Dia ada di rumah kosong katanya dan dia nyuruh Angga kesana,"
"Rumah kosong? Dimana?"
"Angga juga gak tau. Tapi nanti dia kirim lokasinya,"
"Yaudah kalau gitu. Tapi dia gak papa, kan?"
"Aman, Om. Dia gak papa."
"Anggi itu wanita kuat, Pa." Erlangga menimpali, seakan memberitahukan pada Ihsan kalau wanitanya bukan wanita yang sembarangan.
"Syukurlah. Yasudah, kamu sarapan aja dulu, setelah itu baru nyusul dia."
"Baik, Om,"
"Erlangga, kamu ikut sama Angga, ya."
"Siap, Pa."
***
Anggi duduk di hadapan lelaki yang tengah duduk dengan tubuh terikat oleh tali yang Anggi satukan dengan kursi. Lelaki itu duduk dengan kepala menunduk serta wajah yang sudah babak belur akibat banyaknya pukulan yang di layangkan oleh Anggi. Sedangkan Aslan, sejak tadi hanya duduk dipojokan dengan mata tertutup akibat semalaman tidak tidur karena membantu Anggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Fiksi Remaja"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...