03

394 257 80
                                    

Mahasiswa sudah banyak yang keluar dari gerbang dan mulai memadati jalanan persekitaran karena sudah menyelesaikan mata kuliah hari ini tak terkecuali Dita. Sudah 20 menit Dita menunggu kedatangan Bambang yang sampai saat ini Bambang belum juga datang menjemputnya.

"Ta," panggil Anggi yang sedari tadi duduk di samping Dita sembari menunggu Angga.

"Iya?" sahut Dita

"Gimana supir lo? Bisa jemput gak?"

"Gak tau nih, Nggi."

"Loh, kok gak tau?"

"Ya emang gak tau, Nggi."

"Lo udah coba hubungin?"

"Kan aku gak punya telepon."

"Maksudnya, lo gak punya hp?"

"Iya,"

Anggi menepuk jidatnya pelan. "Ya ampun Dita ... harusnya lo bilang dari tadi kalau lo gak punya hp,"

"Kan kamu gak nanya,"

Sial! Jawaban macam apa itu. Mendengar jawaban dari Dita saja, Anggi langsung dibuat emosi dengan sikap polos yang dimiliki oleh teman barunya itu. Jika saja Dita itu teman lamanya, ingin rasanya Anggi menerkamnya sekarang juga.

"Jadi, gimana supir lo mau jemput kalo lo aja gak bisa ngehubungin dia,"

"Iya juga sih ... yaudah deh, aku jalan kaki aja," ucap Dita lagi dengan polosnya, lalu berdiri. Namun saat ia ingin melangkahkan kakinya untuk pulang, tiba-tiba tangannya di cekal oleh Anggi yang membuat Dita menoleh kearahnya. "Kenapa, Nggi?"

"Lo pulang bareng gue aja,"

Deg

Oalah ... aku gak mimpi toh ini. Kalo aku pulang sama Anggi, otomatis aku bakal ketemu karo Mas Angga.

"Ma-maksudnya, sama Mas Angga juga gitu?" tanya Dita gugup

"Iya lah," jawab Anggi mantap

Mendengar jawaban Anggi, membuat Dita merasa gelisah dan jantungnya langsung berdetak tak beraturan. Sebenarnya Dita juga tidak tau bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini. Ia sangat bahagia, namun di sisi lain ia juga merasa takut. Takut jika Angga mengetahui kalau Dita menyukainya.

Anggi menaikan sebelah alisnya, menatap Dita yang sejak tadi tampak gelisah. "Lo kenapa, Ta?"

"Em, gak papa kok, Nggi."

"Terus kenapa gelisah gitu?" tanya Anggi penasaran, lalu tersenyum jahil. "Oh, gue kayanya tau nih."

"Tau apa, Nggi?"

"Lo suka sama Bang Angga, ya?"

"Hah? Eng-enggak kok,"

"Gak usah bohong deh lo. Gue tau modelan kaya lo, Ta."

"Aku gak bohong, Nggi."

"Gue ingetin, ya, sama lo. Kalau lo suka sama Abang gue, hati-hati."

"Kenapa hati-hati?"

"Hati-hati makan hati," bisik Anggi, lalu terkekeh.

Dita mengerutkan dahinya bingung. "Makan hati?"

Senyum Anggi seketika menghilang saat mendengar jawaban Dita. "Ya ampun, Dita ... masa lo gak paham maksud gue sih?" ucap Anggi menahan kesal

"Gak paham, Nggi."

"Gini-gini. Lo kan suka nih sama Abang gue, otomatis lo bakalan makan hati karena Abang gue yang guanteng itu banyak yang suka dan sudah pasti saingan lo bakalan banyak kalau mau dapetin Abang gue." jelas Anggi

Kamu, Sekejap Mata ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang