Wajah cantik itu kini tampak berseri, ditambah dengan senyum manis bahagia yang ia pancarkan di sepanjang koridor rumah sakit membuatnya menjadi pasien paling cantik yang pernah Erlangga temui. Ya, malam ini Dita sudah diperbolehkan pulang, walaupun ia masih harus melakukan proses penyembuhan yang dianjurkan oleh Dokter dengan rawat jalan.
"Duh, mukanya keliatan bahagia banget," tegur Andini saat melihat Dita yang sedari tadi tersenyum di atas kursi rodanya yang didorong oleh Erlangga.
Dita terkekeh. "Iya dong, Ma. Dita bahagia banget bisa keluar dari rumah sakit,"
Andini tersenyum. "Nanti kalau udah sampe dirumah, Mama bakal masakin makanan kesukaan kamu. Gimana?"
Dita mengangguk penuh semangat. "Mau dong, Ma,"
"Okey,"
"Mama mah gitu, masa masakin Dita doang. Erla juga mau dong, Ma," protes Erlangga
"Iya, nih. Papa juga mau kali dimasakin sama Mama," tambah Ihsan
Andini terkekeh geli melihat tingkah dua lelaki di sampingnya, bagaimana bisa mereka cemburu karena hanya soal makanan? Sungguh menggemaskan.
"Iya, iya. Nanti Mama masakin semuanya,"
"Nah, gitu dong. Papa 'kan tambah sayang," rayu Ihsan, lalu mencium pipi Andini dengan gemas.
Andini tersenyum, lalu memukul lengan Ihsan. "Papa ih, Mama malu tau diliatin anak-anak."
"Ngapain malu, Ma. Kan sama anak sendiri juga,"
"Iya, cuma kan-" Andini menggantungkan ucapannya karna malu dengan tingkah suaminya.
"Hayo ... Mama malu, ya?" goda Ihsan, membuat wajah Andini semakin merona.
"Papa, ih." Andini kembali memukul lengan Ihsan agar berhenti menggodanya.
"Udah, udah. Papa, Mama, kita pulang, yuk. Ini kan udah malem, kasian juga Dita masih butuh istirahat. Kalau masih mau sayang-sayangan, nanti aja kalau udah sampe rumah, ya," lerai Erlangga dengan nada sedikit mengejek.
"Iya, iya." sahut Ihsan pasrah, lalu mereka semua masuk ke dalam mobil untuk pulang.
***
Pagi ini Angga sangat bersemangat saat bersiap, karena ia sudah tidak sabar untuk menemui kekasihnya. Ia melihat dirinya melalui pantulan cermin, sambil menyisir rambutnya berkali-kali agar benar-benar tidak berantakan, sebab ia tidak ingin pertemuan indahnya ini terganggu karena penampilannya yang kurang sempurna.Angga keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju ruang tamu sambil menunggu Anggi yang juga tengah bersiap. Tak lama kemudian, Anggi turun dengan menggunakan pakaian hitam serta celana jeans serta tas selempang yang melekat di bahunya, itu membuat tampilannya semakin menarik.
"Yok, Bang. Gue udah gak sabar ketemu Dita," ajak Anggi antusias
"Gak sabar ketemu Dita atau Erla?" tanya Angga dengan sedikit menggoda.
"Em, ya Dita lah." jawab Anggi sambil berjalan mendahului Angga, lalu tersenyum. "Sama Erla juga sih," gumam Anggi namun masih bisa terdengar oleh Angga.
Angga terkekeh. "Dasar modus!"
***
Angga memparkirkan mobilnya di halaman rumah megah milik Ihsan. Kemudian, keduanya keluar dari mobil tersebut dan berjalan ke rumah itu."Assalamualaikum," ucap Angga dan Anggi bersamaan saat berada di ambang pintu utama yang terbuka.
"Waalaikumussalam," sahut seseorang dari dalam dan terdengar suara langkah kaki yang berjalan ke arah pintu. "Eh, Angga, Anggi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Teen Fiction"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...