Dita berada di kamarnya, memandang langit-langit kamarnya yang indah sambil memikirkan kejadian yang di alaminya saat di kampus. Ia masih tidak percaya dengan apa yang di lihat dan apa yang dia dengar. Ia hanya berharap, itu semua hanya mimpi dan tidak pernah menjadi nyata.
Flashback on
"Makasih, ya, Mbok," ucap Dita saat memberikan uang kepada Mbok Inah
"Sama-sama, Mba," jawab Mbok Inah
Dita membalikkan badannya ingin menuju kelas. Namun, tiba-tiba pandangan nya terhenti kearah pasangan lawan jenis yang sedang duduk di pojok kantin. Dita berjalan mendekati kedua orang tersebut, lalu bersembunyi agar tidak terlihat oleh keduanya.
"Sama lo," ucap wanita tersebut, membuat Dita menaikkan sebelah alisnya karena tidak mengerti.
"Apa lo bilang?"
"Gue sayang sama lo. Ya ... gue tau kalau gue salah, salah karena lambat menyadari perasaan gue. Gue bisa sayang sama lo karena selama ini lo yang selalu ada buat gue, yang selalu dengerin gue, yang selalu pasang badan pas gue di sakitin dan gue juga mau minta maaf sama lo karna sempat memutuskan untuk berhenti hubungin lo selama 2 tahun ini. Gue lakuin ini semua karena Donny cemburu dan akhirnya dia minta gue buat ngejauh dari lo," jelas wanita itu dengan kepala menunduk.
"Gue minta maaf sama lo, Ngga," ucap wanita itu lagi.
"Jadi, selama ini lo sayang sama gue, Ra?" tanya Angga memastikan, lalu wanita itu mengangguk.
Angga memegang tangan wanita itu dengan erat, membuat wanita tersebut mendongakkan kepalanya menatap Angga. "Selama ini gue sayang sama lo, Ra. Gue gak mau lo pergi. Asal lo tau, gue hampir gila pas lo gak ada kabar. Gue cari lo kemana-mana. Sekarang gue gak mau lagi jauh dari lo. Kita berjuang sama-sama, ya, Ra," jelas Angga, membuat Dita langsung menutup mulutnya karena tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Angga.
Sebelum mendengar kelanjutan percakapan tersebut, Dita keluar dari tempat persembunyiannya dan melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan membawa rasa sakit di hatinya.
Flashback off
Percakapan itu terus terngiang di pikirannya, membuat Dita terus merasakan nyeri di hatinya.
"Dita, kamu mikirin apa sih. Pokoknya mulai sekarang, kamu gak boleh berharap lagi sama Bang Angga. Ayo lupain, kamu pasti bisa. Semangat!" ucap Dita sambil mengepalkan tangannya untuk menyemati dirinya sendiri.
Dita beranjak dari kasur, lalu keluar dari kamarnya menuju ruang tamu untuk menemui Andini.
"Bukle," panggil Dita sambil berjalan menghampiri Andini yang sedang menonton TV.
"Eh, Dita. Sini," ucap Andini, lalu Dita duduk di sebelahnya.
"Bukle,"
"Iya, Ta?"
"Dita mau cerita, boleh?"
"Boleh dong, mau cerita apa?"
"Dita suka sama cowo, tapi cowo itu suka sama cewe lain. Jadi, Dita harus ngapain?"
"Hm ... kalau menurut Bukle, lebih baik Dita menghindar aja dari cowo itu. Takutnya cewe nya marah dan mengira kalau Dita ngerebut pacar orang. Emang Dita mau kalau di bilang begitu?"
Dita menggeleng. "Gak mau,"
"Jadi, Dita jauhin aja. Mumpung perasaan itu belum terlalu besar di hati Dita dan kemungkinan untuk melupakan juga besar,"
"Iya juga sih, Bukle. Em ... Bukle mau liat fotonya gak?"
"Boleh, emang kamu punya?"
"Punya dong, Dita kan pengagum rahasia. Hehehe,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Roman pour Adolescents"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...