Kini jam sudah menunjukkan waktu istirahat, Dita dan Anggi berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam buku sebagai bahan referensi tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosennya. Setelah menemukannya, mereka langsung mengambil beberapa buku yang sekiranya sesuai dengan isi pembahasan tugas mereka dan kemudian mereka duduk di kursi yang berada di dekat jendela agar lebih nyaman.
Tanpa mereka ketahui bersama, terlihat di pojok perpustakaan ada seorang lelaki sedang berdiri sambil membuka buku yang ia pegang dan saat ingin memilih buku yang lain, matanya tertuju pada dua wanita yang duduk di dekat jendela.
Lelaki itu kini hanya memandang saja, namun lama kelamaan ia memilih untuk menghampiri dua wanita tersebut dan berdiri di antaranya.
"Hai," sapa lelaki itu
Keduanya menoleh dan mengukir senyum. "Hai," balas keduanya serempak
"Boleh gabung?"
"Oh, silahkan," sahut Anggi
"Kenalin, gue Erlangga," ucap lelaki itu seraya mengulurkan tangannya.
Tangan Erlangga disambut lebih dulu oleh Anggi. "Anggi,"
"Hai, Anggi." balas Erlangga, kemudian tangannya beralih pada Dita.
"Dita." Dita memperkenalkan dirinya kemudian melepas tangannya yang dijabat oleh Erlangga.
"By the way, pada cari buku apa?" tanya Erlangga
"Cari buku buat bahan referensi tugas, Kak. Kalau kakak?" jawab Anggi
"Oh, ini lagi cari buku buat bahan referensi tugas juga."
"Oh."
"Kalian semester berapa?"
"Masih semester 3, Kak. Kalau Kakak?" tanya Anggi
"Saya udah semester 5,"
"Jurusan apa, Kak?" tanya Dita
"Jurusan hubungan internasional, kalian?"
"Kita jurusan Bahasa, Kak."
"Wah, hebat dong."
"Haha. Enggak, Kak. Hebat juga Kakak, anak HI."
"Enggak, biasa aja. Lebih hebat juga si presma," ungkap Erlangga sontak membuat Anggi merubah senyumnya menjadi lebih tipis daripada sebelumnya.
"Kakak kenal presma?" tanya Dita
"Ya kenal dong, masa presma kampus ini kita gak kenal. Ya pasti kenal, lah."
"Wah, kebetulan banget tuh kak, presma itu Abangnya A-" belum juga Dita mengatakannya secara lengkap, mulutnya sudab di bekap oleh Anggi
"Anu, Kak. Saya mau balik ke kelas dulu, ya, permisi." Belum lagi Erlangga menjawab, Anggi sudah lebih dulu menarik tangan Dita untuk pergi ke kelas dan meninggalkan Erlangga di dalam perpustakaan.
Saat sampai dikelas, keduanya langsung duduk dikursi dan Anggi memasang wajah tidak bersahabatnya karena menahan kesal pada Dita.
"Gini, ya, Ta. Pokoknya jangan bilang ke orang lain kalau gue adenya Bang Angga," sembur Anggi, membuat Dita menoleh kearah Anggi.
"Emang kenapa? Harusnya kamu bangga,"
"Bukan masalah itunya Dita. Gue cuma gak mau kalau orang-orang itu segan sama gue karena gue Adenya Bang Angga,"
"Loh? Emang masalahnya dimana?" tanya Dita tidak mengerti
"Ya ampun, Dita ... gini, ya. Kalau misalkan orang-orang tau kalau gue Adenya Angga, otomatis yang lain pasti segan untuk berteman sama gue. Pasti juga kalau gue gerak sedikit atau bergaya sedikit, nanti ada yang nyinyir gini, 'mentang-mentang adenya presma, seenaknya banget' begitu, Dita," ucap Anggi panjang lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Ficção Adolescente"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...