Matahari sudah naik kepermukaan, cahayanya mulai menyinari alam semesta dengan hangatnya dan Anandita masih terlelap dalam tidurnya sampai tidak merasakan pantulan cahaya matahari yang tembus melalui jendela kamarnya lalu mengenai wajahnya.
Lama kelamaan, Anandita mulai merasa hawa panas sudah memenuhi kamarnya, kemudian ia terbangun dari tidurnya dan melihat jam dinding di kamarnya.
Dita mengerjapkan matanya untuk memperjelas pandangannya saat melihat arah jarum jam tersebut. Di detik berikutnya, mata Dita seketika membulat sempurna saat melihat arah jarum jam tersebut sudah menunjukkan pukul 06:30.
"Welah dalah, wes jam sak mene neh. Iso telat iki."
(Waduh, udah jam segini lagi. Bisa telat nih.)
Anandita langsung berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Kemudian tak sampai 10 menit, ia mengakhiri aktivitas mandinya karena mengejar waktu agar tidak terlambat di hari pertamanya kuliah.
Pagi ini Anandita benar-benar melakukan semuanya dengan cepat, mulai dari memakai baju, berhias, memakai sepatu, dan lain sebagainya sampai ia tak sempat membersihkan kamarnya.
Anandita menuruni anak tangga menuju dapur dengan terburu-buru untuk sarapan, karena ia sudah hampir terlambat berangkat ke kampus.
"Eh, Dita. Ayo sarapan dulu. Bukle udah siapin roti selai tuh buat kamu." ucap Andini
"Anu Bukle, Dita bawa bekal aja, ya. Soalnya Dita takut telat."
"Oh, yaudah kalau gitu. Kamu tunggu sini, ya." Andini langsung mengambil kotak bekal dan memasukkan roti selai yang sudah ia siapkan ke dalam kotak bekal tersebut.
Andini memberikan kotak bekal kepada Dita. "Ni bekalnya, dimakan loh, ya."
Dita menerima kotak bekal tersebut dan langsung memasukkannya ke dalam tas. "Yaudah, Bukle. Dita berangkat dulu, ya. Assalamualaikum," pamit Dita, lalu mencium punggung tangan Andini
"Waalaikumussalam. Hati-hati, Ta."
"Iya, Bukle."
Dita langsung berlari keluar rumah dan terkejut saat mendapati Bambang yang sudah berada di dalam mobil dengan pakaian yang selalu rapi, membuat Dita ingin terus menikmati pemandang itu sepanjang hari.
"Mau berangkat, Mba?" tanya Bambang saat Dita sedang memandang takjub dengan ketampanan yang dimiliki oleh supir pribadi Pamannya itu sampai tidak berkedip.
Lamunan Dita akhirnya buyar, lalu dengan segera ia menetralkan ekspresinya agar tidak terlihat oleh Bambang kalau ia sedang melamunkannya. "I-iya, Mas."
"Ayo, saya antar," ucap Bambang
"Ndak usah, Mas. Kan Mas mau antar Pakle saya ke kantor." tolak Dita
"Saya disuruh mengantarkan Mba dulu ke kampus, setelah itu baru saya mengantar Bapak."
"Oh, gitu. Yasudah kalau begitu. Ayo, Mas."
Dita langsung berjalan masuk ke dalam mobil, lalu duduk di kursi penumpang. Kemudian, Bambang melajukan kendaraannya agar Dita tidak terlambat.
"Mba," panggil Bambang saat melihat wajah Dita dari spion terlihat sangat gelisah.
"Iya, Mas?" sahut Dita
"Kenapa panik gitu?"
"Takut terlambat, Mas. Ini kan hari pertama Dita masuk kampus,"
Bambang tersenyum mendengar ungkapan Dita. "Lain kali, bangunnya lebih pagi, Mba. Biar gak telat."
"Hehe ... iya, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Teen Fiction"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...