Waktu terus berjalan, meninggalkan bekas kenangan indah yang tersimpan rapi di dalam diri Angga. Kini, ia tak mampu lagi mengukir kebahagiaan yang sempurna seperti harapannya, karena sumber kebahagiaannya pun kini telah pergi meninggalkannya.
Di tengah kesunyian malam, kadang ia berpikir, mengapa semua orang yang ia sayangi begitu tega meninggalkannya. Mulai dari Ayahnya yang selalu berjuang untuk membuat keluarganya bahagia, Ibunya yang selalu menjadi orang yang berperan penting dalam segala urusan suami dan anaknya, dan sekarang Dita yang selalu memberikan senyum menenangkan pun sedang pergi meninggalkannya.
"Abang," panggil Anggi yang saat ini tengah berdiri di pintu kamar Angga yang kebetulan tidak tertutup.
Angga menoleh. "Ya?"
"Gue mau keluar bentar, ya."
"Lo gak ke toko?"
"Hari ini libur dulu, gue mau ketemu Erlangga,"
Mendengar kata Erlangga, membuat ia kembali mengingat Dita yang selalu ada untuknya.
"Em, tumben,"
"Gak tau tuh. Katanya sih mau ngomong sesuatu,"
"Oh. Yaudah hati-hati. Titip salam buat Erla, ya. Bilang juga ke dia kalau gue kangen sama Dita,"
"Siap."
Anggi pergi meninggalkan Angga sendiri di dalam rumah menuju tempat pertemuannya bersama Erlangga.
Sesampainya di tempat pertemuannya bersama Erlangga, Anggi langsung memperbesar langkahnya menghampiri Erlangga karena ia sudah tak bisa lagi menahan rindunya pada kekasihnya yang tidak tau diri itu. Lihat saja, saat ia sudah bertemu dengan Erlangga, ia akan menyusahkannya dengan memberikan banyak pertanyaan mengenai perubahan sikapnya pada Anggi akhir-akhir ini.
"Halo, sayang," sapa Anggi
"Hai, sayang. Kamu apa kabar?"
"Baik, kamu?"
"Seperti yang kamu liat, aku baik. Oh, ya! Kamu mau pesan minum apa?"
"Kaya biasanya aja,"
"Oke." Erlangga berdiri dari duduknya dan memesan minuman untuk Anggi.
"Udah?" tanya Anggi saat Erlangga kembali.
"Udah," jawab Erlangga
"Oh, ya. Ada salam dari Bang Angga. Terus juga dia nitip salam buat Dita, katanya dia kangen banget,"
"Oke, nanti aku sampaikan,"
"Emangnya Dita kenapa, sih? Kok dari awal dia pulang kampung, dia gak ngabarin Bang Angga?"
"Gak tau juga,"
"Masa kamu gak tau keadaan Dita, sih. Kamu 'kan Kakaknya. Kasian tau Bang Angga. Selama Dita pulang kampung, Bang Angga lebih suka menyendiri di kamar, gak lepas dari handphone karena nunggu kabar dari Dita, jarang makan, pokoknya banyaklah perubahannya,"
"Masa sih?"
"Iya,"
"Terus kamu?"
"Apanya?"
"Kamu juga sama kaya Angga? Jarang makan, suka menyendiri,"
"Iya, kadang. Menurutku juga selama Dita pulang kampung, kamu jadi jarang banget ngabarin aku. Tapi aku berusaha positif thinking aja sih, mungkin kamu sibuk."
"Aku memang sibuk. Maafin aku, ya,"
"Iya, gak papa."
"Gimana usaha kamu? Lancar 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Novela Juvenil"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...