Alangkah baiknya jika kalian membaca cerita ini, kasih vote dan komentar kalian yaaa :)
Selamat membaca😊Anggi mengerjapkan matanya seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya agar lemas. Ia benar-benar kesal, karena mendengar dering ponselnya terus berbunyi, sungguh sangat mengganggu tidurnya.
Ia melihat jam dinding yang berada di kamar Dita telah menunjukkan pukul 02:00 dini hari, lalu tangannya terulur untuk mengambil ponselnya di atas nakas dan menjawab panggilan tersebut dengan lesu tanpa melihat nama penelponnya.
"Halo,"
"Anggi,"
"Em, siapa ni?"
"Gue Aslan, gue ada info penting ni,"
"Yaelah ... emang nya gak bisa pagi apa! Kaya gak ada waktu lagi aja. Jam berapa ini woy! Ini masih jam 2 pagi. Gila lo, ya!"
"Gue barusan liat Dita,"
Mata Anggi seketika terbuka lebar, hatinya seketika berdebar saat Aslan menyebut nama sahabatnya. Dengan begitu, Anggi langsung memasang telinganya dengan benar agar dapat mendengar lebih jelas dan tidak lupa ia mengosongkan pikirannya agar bisa menerima seluruh informasi yang disampaikan Aslan.
"Serius lo? Masa jam segini lo liat Dita, sih! Gak percaya gue,"
"Iya gue serius. Tadi gue habis balapan, terus pas mau balik, gue liat Dita keluar dari mobil di bopong sama dua laki-laki,"
"Lo liat dia dimana?"
"Di warung makan yang buka 24 jam itu. Lo tau 'kan?"
"Dimana ada warung buka 24 jam?"
"Yaelah. Masa lo lupa! Yang tempat biasa kita pesen lalapan buat acara kelas,"
"Oh ... iya iya. Gue inget,"
"Nah di situ,"
"Oke gue kesana sekarang. Eh, tapi sekarang lo dimana?"
"Gue sembunyi di balik pohon. Soalnya gue juga penasaran sama orang yang nyulik Dita itu, makanya gue pantau dari sini,"
"Oke! Sekarang lo kirim ke gue alamatnya, biar gue kesana sekarang,"
"Siap, beb,"
"Dih, najis! Udah buruan,"
"Iya, iya."
Anggi memutuskan panggilan dan langsung beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan menuju meja belajar Dita dan mengambil jaketnya yang ia letakkan di kursi tersebut kemudian menuju kamar Erlangga untuk membangunkannya dan Angga yang berada dikamar tersebut.
Sungguh tidak enak rasanya menginap di rumah sebesar ini, tapi harus ia akui bahwa tempat ini terkesan nyaman, bahkan bisa dibilang sangat nyaman. Yang membuatnya tidak enak berada dirumah ini adalah sikap baik yang ditunjukkan oleh keluarga pacar barunya ini.
Bahagia rasanya bisa dipertemukan dengan keluarga yang baik seperti keluarga Erlangga sekarang, ia benar-benar diperlakukan seperti keluarga yang sesungguhnya. Maka dari itu, ia berharap semoga itu menjadi kenyataan baginya dan benar-benar menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Tok tok tok
Tak ada jawaban dari si pemilik kamar.
Tok tok tok
Lagi-lagi tak mendapat jawaban.
Tok tok tok
Sampai akhirnya tiga kali Anggi mengetok pintu kamar Erlangga, namun si penghuni kamar tidak mengeluarkan batang hidungnya. Boro-boro batang hidung, bukain pintu aja enggak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Roman pour Adolescents"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...