Dita berada di kamarnya untuk beristirahat, tapi sebelum itu ia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu, lalu mengobati luka-luka yang ada di tubuhnya.
Saat Dita berada di kamar mandi, Anggi langsung bergerak membersihkan kamar Dita dan mencarikan baju ganti untuk dikenakan Dita nantinya. Setelah itu, Anggi menaruh baju ganti itu diatas kasur dan berjalan menuju dapur untuk membuatkan teh hangat serta roti untuk mengisi perut Dita.
Tak berselang lama, Dita keluar dari kamar mandi dan tersenyum saat melihat kamarnya tidak berantakan seperti sebelumnya. Di saat yang sama, tiba-tiba sorot matanya tertuju pada pakaian yang berada di atas kasurnya, membuat Dita tak habis pikir dengan perlakuan Anggi yang begitu perhatian dengannya.
"Anggi, Anggi," gumam Dita seraya menggeleng pelan
"Eh, Dita. Lo ngapain masih berdiri di situ, buruan ganti baju terus sarapan. Ni udah gue bawain buat lo," tegur Anggi saat masuk ke dalam kamar Dita dengan membawa nampan yang berisi teh hangat serta roti selai.
"Ya ampun, Anggi. Kok repot-repot, sih." Dita merasa tidak enak dengan perlakuan Anggi padanya.
"Yaelah, Ta ... gak papa, santai aja. Kan gue sahabat lo,"
"Hm, makasih, Nggi."
"Iya, sama-sama."
Dita langsung bergegas mengganti pakaiannya. Setelah selesai, ia pun langsung duduk di samping Anggi dan mulai menikmati hidangan tersebut.
Saat tengah asik memakan roti tersebut, tiba-tiba kepala Dita terasa pusing disertai rasa sakit sampai ia tak sanggup menahannya. Roti yang berada di genggamannya pun akhirnya terjatuh, lalu ia memegang kepalanya untuk menahan rasa sakit itu.
"Ya ampun, Dita. Lo kenapa?" tanya Anggi panik saat melihat wajah Dita tampak pucat dan cairan darah segar sudah mulai mengalir dari hidungnya.
Tanpa pikir panjang, Anggi langsung beranjak dari kursi lalu mengambil tisu di atas meja belajar Dita dan menghapus darah tersebut. Darah yang keluar melalui hidung Dita kini semakin mengalir deras, membuat Anggi bertambah panik dan kembali beranjak dari kursi untuk memanggil Erlangga.
"Anggi!" cegah Dita saat Anggi sudah beranjak dari kursi, kemudian ia menggelengkan kepalanya tanda tidak perlu.
Anggi menghela napas berat, lalu kembali duduk di samping Dita dan menghapus darah tersebut dengan tisu sampai benar-benar tidak mengalir lagi.
Anggi membopong tubuh Dita dan menaruhnya di kasur, kemudian menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Dita.
"Makasih, Anggi," rintih Dita dan Anggi hanya mengangguk. "Jangan khawatir, Nggi. Aku gak papa," tambah Dita saat melihat wajah Anggi yang sepertinya begitu khawatir dengannya.
"Kamu sakit apa, sih, Ta?"
"Aku gak sakit, Nggi. Aku emang begini dari dulu,"
"Emangnya karna apa? Kok bisa mimisan terus?"
"Faktor capek, banyak pikiran, pokoknya gitu deh,"
"Em,"
"Halo semua!" sapa Erlangga saat masuk ke dalam kamar Dita bersama Angga, membuat dua wanita yang di dalamnya terkejut.
"Kakak, lain kali kalau mau masuk jangan begitu, bikin kita kaget aja,"
"Hehe, maaf Adeku sayang,"
"Dita," panggil Angga
"Iya?"
"Udah mandi?"
"Udah,"
"Kalau udah, sini aku obatin luka kamu. Biar cepat sembuh,"
Dita tersenyum seraya mengangguk, lalu merubah posisinya menjadi duduk walaupun tubuhnya masih terbilang lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Sekejap Mata ✅
Teen Fiction"Gue rekomendasiin dia buat lo, siapa tau cocok. Gue kan temennya, pasti gue tau sikap sifat dia, Bang. Tenang aja ... gue yakin lo pasti suka," "Gak, gue gak mau," Berawal dari penolakan keras hingga berakhir keterpaksaan karena tak kunjung mendap...