Extra Chapter

308 33 7
                                    

Terlihat Raina dan Gian membereskan ruang tamu karena baru saja selesai pengajian untuk mereka menuju halal,

"Hayoo, jangan lama-lama deketannya, Raina ayo kita pulang" Ajak Nayla dengan senyumnya,

"Buuuu, ko pulanggg, baru jam 9" rengek Raina memeluk Nayla,

"Sayang, kamu kan mau menikah sama Nak Gian, kalian itu harusnya jangan dulu ketemu"
"Wah gak bisa bu, Gian gak bisa gak ketemu sama Raina, sumpah!" Sambar Gian yang mengangkat kedua tangannya ke atas,

Terlihat Nayla tertawa kecil,

"Ayo sayang kita pulang, 2 hari lagi kan kalian bakalan resmi jadi suami istri, jadi sabar ya nanti 3 hari kedepan kalian gak ketemu dulu" jelas Nayla begitu lembut,

"Raaa oh nooo, gue gak bisa Raa!" Ucap Gian begitu lucunya yang membuat Nayla dan Raina tertawa,

"3 hari lagi, aku gak sabar" ucap Raina menatap Gian yang tengah melengkungkan bibirnya ke atas,

"I'm gonna miss you my home" balas Gian yang sepertinya ingin memeluk Raina namun tak enak pada Nayla,

"Uu bayi gede gue lucu bangett hihi" bisik Raina di samping Gian,

"Mamah sama Papah kamu kemana? Kita mau pamit nih nak Gian"
"Gian panggilin dulu ya Bu" jawab Gian yang langsung pergi,

"Sayangg" ucap Nayla memegang kedua tangan Nayla, tak lama Raina memeluk sang Ibu disusul oleh Lutfi,

"Kesayang ayah, coba ada Pelangi, lengkap sudah kebahagian Ayah" ucap Lutfi seperti menahan air matanya agar tak jatuh,

Keesokan harinya, 2 hari sebelum Gian dan Raina menikah,

"Apa? Gimana? Kok bisa si, kan kita udah deal, kok malah dikasih ke orang!"
"Maaf pak, Bapak belum juga lunasin dp buat gedungnya jadi kami berikan Gedung itu pada orang lain yang mau membayar dp full bahkan kemarin mereka sudah lunas"

Brugh. Gian menendang pot bunga yang ada di sampingnya,

Tak lama Gian pergi dari kantor tersebut,

"Ya Allah, gimana nih, 2 hari lagi malah dapet kabar Gedung diambil orang!"

30 menit kemudian,

"Assalamualaikum" salam Gian sambil mengetuk rumah,

Pintupun terbuka,

"Waalaikunsalam, loh Nak Gian ngapain kesini?"
"Ada yang mau Gian omongin sama Ayah sama Ibu" ucap Gian,

"Masuk dulu ayo"

Gian pun masuk kedalam rumah,

Terlihat Lutfi masuk untuk memanggil sang istri yaitu Nayla,

Terlihat Nayla datang dengan Lutfi kemudian mereka duduk,

"Ada apa Nak?" Tanya Lutfi,

"Aku mau bilang Gedung yang Gian pesen sama Raina itu udah di ambil orang"
"Apa? Kok bisa?" Respon dari Nayla begitu terkejut,

"Gak! Ayah gak mau Raina jadi malu, bagaimana mungkin Gedung itu diambil orang? Apa, jangan-jangan kamu gak lunasin Gedungnya? Iya?" Ucap Lutfi dengan nada tingginya,

Gian pun terlihat menunduk,

"Jawab! Kok kamu malah diem? Terus gimana ini? Diundangannya kan tertera di alamat itu, astaga! Kalo gini caranya mending BATALIN aja!!" Jelas Lutfi penuh penekanan,

"JANGANNNNNNN!" Teriak Gian menghentikan mobilnya tiba-tiba karena dirinya sedari tadi membayangi respon kedua orang tua Raina saat dirinya bercerita tentang Gedung,

Iya, Gian sedang membayangkan respon Lutfi dan Nayla jika dirinya bercerita soal Gedung yang sudah diambil orang,

"Astagfirallah, gimana iniiii" gumam Gian kesal namun tak lama ia memutar balik mobilnya menuju kantor yang ia datangi,

Terlihat oleh Gian manager dari kantor tersebut kemudian ia dengan cepat datangi,

"Pak, maaf pak"
"Iya, ada apa lagi?"
"Buat yang tadi, pot bunganya saya minta maaf ya"
"Sudahlah, itu bukan apa-apa, lagian saya tau itu kekesalan bapak" jawab sang Manager,

"Pak" panggil Gian,

"Iya?"
"Gak bisa apa Pak, gedungnya buat saya, siang ini saya akan lunasin semua"
"Anda sudah telat Pak, kenapa gak kemarin saja lunasinnya?"
"Pak, 2 hari lagi saya bakalan resepsi di Gedung Bapak, calon istri saya sudah menyiapkan semuanya dan sore ini bakalan ada tim dekorasi mau liat gedungnya, Pak, aku jarang banget mohon gini sama orang (Gian memegang lengan Manager tersebut)"

"Gian?" Panggil seseorang yang membuat Gian sedikit terkejut,

"Nando?"
"Ngapain Lo disini?" Tanya Nando,

"Kalian saling kenal?" Tanya sang manager,

"Dia temen sekolah ku pah" jawab Nando,

Pah? Ini Papahnya Nando? Ya ampun. Batin Gian,

"Oh temen kamu, tau gitu papah gak akan kasih gedung nya ke yang lain nak"
"Gimana? Gedung dia Papah kasih ke yang lain?" Terlihat Nando kesal, "kebiasaan!" Tambah Nando,

"Aku mau Papah kasih lagi gedungnya ke dia!"
"Tapi Nak?"
"Mau Nando pegang usaha ini gak nanti? Kalo mau, kasih Gedung nya sama Dia!" Tegas Nando pada papahnya,

"Iya, iya, papah kasih Gedungnya lagi ketemen kamu, udah dong jangan ancam papah gini terus"
"Awas ya kalo Nando denger papah kaya gini lagi"

Terlihat Gian yang tersenyum begitu lepas,

"Nan, ini serius?" Tanya Gian masih dengan senyumnya,

"Menurut Lo?"

Gian memeluk Nando dengan bahagianya,

"Thanks Nandoooo"
"Anjir lepass! Apaan si Lo! Ini buat Raina ya, bukan buat Lo!"

Terlihat Gian memudarkan senyumnya perlahan,

"Buat Raina? Mm lo suka ya sama Raina?" Tanya Gian menatap tajam Nando,

Nando pun mundur 2 langkah dari Gian, kemudian ia menunduk,

Tak lama Gian merangkul Nando dengan senyumnya,

"Thank you, Gue bakal bilang Raina, biar Raina tau baiknya Lo sama dia" ucap Gian yang membuat Nando membuang nafasnya kasar,

"Kenape lo? Keringetan gitu? Tenang Nan, gue gak bakal ngapa-ngapain Lo ko" jelas Gian dengan tawanya yang membuat Nando tersenyum tipis,

Hingga tiba hari di mana Gian akan mengucapkan Kalimat yang begitu sakral,

"Saya terima nikahnya Raina Anugerah binti Lutfi Pandugo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" ucap Gian sekali nafas, kemudian,

"Bagimana para saksi? Sahhh?" Tanya pak penghulu,

"SAHHHHHHH!"

"Alhamdulillah" seru seluruh pengunjung yang begitu ramai,

__

Hai,

Keep Smile dan jaga kesehatan ya :)

-yws-

Mine! 2 : Kehidupan Baru [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang