Di Puncak Bogor

513 88 43
                                    

Raina langsung mencari ponselnya yang jatuh. Tak lama ia mendapatkan ponselnya kembali dengan tangan yang masih gemetar.

*Terdengar suara tangis Sabira*

"Halo Ra"
"Giaannnnnn" lirih Raina ketakutan.

Terdengar suara tangis Sabira di speaker ponsel Gian.

"Kenapa Ra?" Tanya Gian begitu panik.

"Gian ada Bagas"
"Bagas? (Gian terdiam beberapa detik mengingat siapa itu Bagas dan tak lama) Anj**g. Sekarang kamu dimana?"
"Aku di pom bensin yang mau ke rumahku giann, aku takuttt"
"Kamu tungguin aku yah, aku kesana sekarang"

Terdengar bunyi telepon terputus.

"Halo, Ra"
"Ra"

Gian menghubungi kembali Raina dengan cepat.
Namun Raina tak kunjung mengangkat panggilan Gian.

Gian bergegas pergi tanpa pamit pada dosen.

"Mazin mau kemana kamu?" Teriak dosen kearah Gian.

Gian tak memperdulikan dosen nya. Yang ia pikirkan kali ini adalah istri dan anaknya.
Mengingat saat di Bali bagaimana perlakuan Bagas terhadap Raina.

Gian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Sesampainya di pom bensin yang Raina sebut. Gian hanya melihat segerombolan orang-orang.

Gian menghampiri dengan cepat.

"Bang Jojo" teriak Gian yang melihat Jojo yang perutnya tertusuk pisau belati.

"Ada cowok yang bawa mobil gue dan di mobil gue itu ada istri lo" ucap Jojo menahan sakitnya.

"Lo gimana?"
"Gue udah di panggilin ambulance. Cepet Nuc kejar! Dia ke arah barat, lo tau mobil gue kan?"

Tak lama Gian berlari memasuki mobilnya lalu menjalankannya dengan cepat.

Gian mencoba kembali menghubungi istrinya.

"Halo Ra, kamu dimana?"
"Halo"

Gian memberhentikan mobilnya seketika saat mendengar suara laki-laki yang mengangkat panggilan nya.

"Kamu gak bakalan bisa ketemu sama Raina ku!"
"Lo jangan macem-macem ya, dimana lo sekarang?"

*Terdengar suara tangis Sabira di speaker ponsel Gian*


"Biya" lirih Gian pelan.

"Anak kamu berisik ya"
"Eh lo jangan macem-macem sama anak gue ya"

*Terdengar suara kereta*


Gian memfokuskan pendengaran nya.
Tak lama dia menjalankan kembali mobil nya dengan cepat.

"Sedikit aja istri sama anak gue luka, gue gak bakal kasih lo teloransi kaya waktu di Bali"
"Saya gak takut"
"Bre****k!!"

*Terdengar suara tangis Sabira yang semakin kencang berbarengan dengan suara kereta*


"Halo, halo"
"Gue mohon lo jangan ngapa-ngapain mereka"
"Haloo"

Tak lama Gian menghentikan mobilnya di salah satu kampung yang dekat dengan rel kereta.

"Ini yang paling deket sama pom bensin, semoga Raina sama Biya disini" gumam Gian yang langsung berlari ke pinggir rel.

"Bu, ibu liat 2 orang gak dateng ke sini? Yang cewek bawa anak kecil" tanya Gian pada salah satu warga.

Mine! 2 : Kehidupan Baru [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang