"Senyuman hangatnya yang semula dingin adalah prioritasku, sedangkan tawanya adalah canduku."
Ruby mengulas senyum tipis sembari menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga. Hari ini Varden mendadak minta ditemani ke panti asuhan. Ruby tidak tahu apa tujuan Varden, karena yang terpenting sekarang adalah, Ruby harus menghentikan Varden yang katanya mau menggusur panti asuhan itu.
Dengan penampilan super manis ini, sepertinya amarah Ruby akan sia-sia saja. Bukannya jera, Varden malah akan mengejeknya.
Suara klakson mobil yang berhasil ditangkap oleh telinga Ruby membuat gadis itu tersenyum samar. Ruby berjalan mendekati mobil Varden, dan langsung mendapati tatapan tajam dari laki-laki itu. Varden terpaku pada satu objek yang bernama Ruby Jewelicca.
"Biasa aja kali liatnya, Den." Suara berat Caesar berhasil mengejutkan Varden. Kepalanya yang tiba-tiba muncul dari balik jendela membuat Ruby semakin mengembangkan senyumannya.
"Wah ... Caesar ikut juga?" tanya Ruby antusias.
Caesar mengangguk kecil. "Jelas dong, By. Ada Dilan juga, kok! Tapi dia lagi badmood."
"Ada apa sama Dilan?" tanya Ruby. Seakan sudah tidak ada waktu lagi, Varden menarik tangan Ruby untuk memasuki mobil sehingga gadis itu bisa melihat raut kesal Dilan.
"Ya gitu, deh. Dilan jatuh cinta pandangan pertama, tapi sayangnya cewek yang dia suka nggak balas perasaannya. Miris nggak, tuh, By?" ledek Caesar, membuat Dilan mendengkus keras.
"Kalau gitu, kenapa nggak move on aja, Lan? Bukannya perasaan cinta itu bisa pudar, hm?" Pertanyaan Ruby barusan cukup membuat Caesar membulatkan matanya. Ruby terlihat lebih dewasa dari biasanya.
"Pudar, ya?" gumam Varden seraya menjalankan mobilnya.
"Nggak semudah itu, Ruby. Gue perlu waktu, tau!" Dilan mencebik dengan tangan yang terlipat di depan dada.
"Ganti topik. Bahas cinta-cintaan kayak udah dewasa," ketus Varden yang membuat ketiga orang itu kesal.
Selama perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Caesar sibuk melihat-lihat sekelilingnya. Dilan terlelap, begitu juga dengan Ruby. Sedangkan Varden fokus menatap ke depan, sesekali melirik wajah Ruby yang terlihat damai saat terlelap.
"Bangun, udah sampe." Varden menggoyangkan pundak Ruby pelan hingga gadis cantik itu terusik. Keempatnya keluar dari mobil dengan tatapan kagum.
Panti Asuhan Larimar dikelilingi oleh kebun bunga mawar yang indah. Di pojok rumah juga terdapat taman kecil yang bisa dipakai untuk bermain. Ruby terkagum menatap panti asuhan itu, sebelum ingatannya kembali saat Varden berkata akan menggusur tempat penampungan anak-anak ini.
"Lo-lo berdua, ambil box sama mainannya," perintah Varden.
Menggedikkan dagunya ke arah box yang berisi buku-buku beserta yang lain di mobilnya. Caesar berdecih, tampak kesal dengan sifat Varden yang terkesan bossy. Walau begitu, Caesar tetap mematuhi perintah sang tuan tanpa bantahan.
"Ini beneran mau digusur?" tanya Ruby memastikan. Dilan yang kebetulan lewat, lantas terkekeh mendengar penuturan Ruby.
"Ruby ... Ruby, Varden bohong, tuh!" celetuk Dilan. Sepertinya mood laki-laki itu sudah membaik. Buktinya sudah ada gelak tawa dari bibirnya.
"Boxnya mau disumbangin?" Varden mengangguk sekilas.
"Pasti perintah Om Fanta, kan?" Jika dipikir-pikir lagi, tidak mungkin Varden yang arogan menyumbangkan buku-buku dengan inisiatif sendiri? Impossible. Pasti Fantasius yang memerintahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes ✓
Genç Kurgu°Budayakan vote dan follow° Writer by @HaifaKamila & @mdyunitaa #JewelHighSchoolSeries1 (15+) *** Takdir merenggut segalanya sejak Ruby menginjak usia 15 tahun. Sewaktu menemukan profesi yang cocok, tidak terima saat toko tempat Ruby bekerja memecat...