#18

426 68 0
                                    

Setelah 2 jam, Hanifa akhirnya sadar dan melihat Mark tertidur saat menjaganya.

'Salah satu moment langkah dalam hidup aku. Aku termasuk lucky fangirl ga sih? Gimana kalau ada sasaeng fans yang ngeliat ini? Bisa dibikin odeng aku' kata Hanifa dalam hati

Mark kemudian terbangun dari tidurnya "Kau sudah sadar, bagaimana keadaanmu?" tanya Mark menghampiri Hanifa

"Aku sudah baikan sekarang, bisa antarkan aku ke Aya?" ujar Hanifa

Mark berpikir sejenak, "Aku akan tanya dokter dulu. Kau tunggu sebentar, aku akan segera kembali"

***

Aya sudah dipindahkan ke ruang perawatan, namun keadaannya masih belum sadarkan diri.

Haechan menatap Aya dengan perasaan bersalah, ia tidak bisa melihat wanita yang ia cintai terbaring lemah seperti ini.

Jika saja bisa,
Ingin ku dekap dirimu
Membagi kehangatan
Dan membasuh lukamu

Seseorang membuka pintu, dan yang datang adalah Mark dan Hanifa yang menggunakan kursi roda karena masih sangat lemas.

Hanifa menghampiri Aya dengan mata penuh pengharapan agar Aya segera sadar dari komanya.

"Ay bangun yah Ay" ucap Hanifa

Mark yang melihat Hanifa menangis, memilih untuk keluar dari ruangan. Ia tidak tega jika melihat seorang wanita menangis.

Hanifa berbalik menghadap Dreamies "Maaf, apakah kalian bisa keluar? Kecuali Haechan" ucap Hanifa

Mereka akhirnya keluar meninggalkan Aya yang terbaring, Hanifa, dan juga Haechan.

Hanifa menghela nafasnya, "Haechan-ssi apa kau benar-benar menyukai Aya?" tanya Hanifa

Haechan mengernyitkan dahinya, "Apa maksudmu?" Haechan bertanya kembali

"Aya sudah menceritakan semuanya kepadaku, termasuk alasan mengapa kau menjadi sangat dingin kepadanya" Hanifa berhenti sejenak

"Kali ini aku ingin berbicara tentang kenyataan. Apa kau tau bahwa Aya adalah penggemar kalian?" lanjut Hanifa

"Aku tidak begitu yakin. Tapi jika memang dia penggemar kami, dia menyukai Mark" kata Haechan

Hanifa terlihat kebingungan mendengar perkataan Haechan, "Hah? Bagaimana bisa kau yakin bahwa Aya menyukai Mark?" tanya Hanifa heran

"Maksudmu? Jadi Aya bukan menyukai Mark?" tanya Haechan

Hanifa menatap Aya sebentar, "Kau tau? Dia menjadi penggemar kalian sebelum kalian debut. Dia mengikuti semua kegiatan kalian, dia juga pernah membuka halaman penggemar khusus kalian, dan hebatnya halaman itu menjadi salah satu halaman penggemar yang banyak diminati di Indonesia dan Malaysia" ungkap Hanifa

"Hah? Benarkah? Lalu bagaimana halaman itu sekarang? Apa masih beraktifitas?" tanya Haechan

"Halaman itu masih aktif, namun Aya sudah tidak aktif untuk halaman itu lagi karena sibuk kuliah. Halaman itu sekarang diurus oleh beberapa admin yang dipercaya oleh Aya" jelas Hanifa

"Jika dia memang penggemar kami, lalu siapa yang dia sukai?" tanya Haechan

"Kau pasti tidak akan menyangka siapa yang dia sukai" ujar Hanifa

"Apakah Jisung? Jisung yang paling dekat dengan Aya. Bahkan mereka sering ngobrol bersama" kata Haechan

Hanifa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dia menyukaimu!"

Seketika Haechan merasa waktu terhenti, matanya membelalak. Ia tidak pernah menyangka bahwa Aya ternyata menyukainya.

"Sekarang kau sudah tau bukan?" tanya Hanifa

"Tapi mengapa dia menolakku?" tanya Haechan

"Kau tanyakan kepada dia saat sadar nanti, namun maaf! melihat keadaan Aya sekarang, aku merasa ragu kepadamu" ucap Hanifa

"Apa maksudmu Hanifa-ssi?" tanya Haechan keheranan

"Tidak ada yang tau kapan Aya akan sadar, dan kau akan segera kembali ke Korea. Perasaan orang bisa berubah seiring berjalannya waktu, termasuk dirimu. Kita bisa melihat dengan jelas, banyak sekali wanita yang mengantri untuk cintamu. Siapa yang tau, jika salah satu dari mereka bisa membuatmu putar haluan, dan melupakan Aya" ucap Hanifa

"Itu memang benar, namun sejauh ini perasaanku masih sama. Siapa yang tau juga, jika hatiku akan tetap pada asalnya bagaimanapun keadaan" kata Haechan

Hanifa terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Haechan. Ia kemudian berbalik dan menghampiri Aya.

Sudah hampir 5 jam, namun Aya belum sadar juga. Hanifa berencana untuk memberitahukan keadaan Aya kepada orang tuanya.

Tak butuh waktu lama ia memikirkan penjelasan kepada orang tua Aya, Hanifa langsung menelpon orang tua Aya dan menjelaskan semuanya dengan sangat detail.

Dear You : Kita Yang Berbeda | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang