Mereka duduk dibawah pohon kelapa yang ada dipinggir pantai. Menikmati hembusan angin kala Matahari sedang bersembunyi dibalik awan.
Aya kemudian berdiri dan merentangkan tangannya untuk merasakan angin dipantai itu, menyatu dengan alam benar-benar membuat jiwa terasa lapang.
"Aya, aku menyukaimu" kata itu sangat lantang keluar dari mulut Haechan meskipun hatinya diselimuti keraguan.
Mata Aya membelalak, ia merasakan suhu pada tubuhnya menurun, dan jantungnya berdetak tidak normal.
"Saat makan tadi aku sudah menanyakannya padamu, namun reaksimu berbeda. Aku takut kau akan merasa risih, namun hatiku terus mendesak untuk mengungkapkannya padamu" tutur Haechan
Aya masih terdiam, ada perasaan bahagia bercampur dengan khawatir membalut seluruh tubuhnya.
"Aya? Apakah kau mendengarku" sahut Haechan karena Aya hanya diam tanpa membalas ungkapan darinya
Aya menghembuskan napas "Haechan-ssi, apa yang membuatmu menyukaiku? Bukankah ada jutaan wanita yang justru lebih cantik dan lebih dari segala-galanya mengharapkanmu dibandingkan aku? Mengapa aku?" tanya Aya dengan suara yang gemetar
"Mudah saja. Aku menyukaimu karena kau adalah dirimu, kau selalu bersamaku dan itu cukup membuatku menyukaimu" lugas Haechan
"Lalu bagaimana jika nanti kau kembali ke Korea? Kita tidak akan bertemu lagi, apa perasaanmu akan sama?" kata Aya
Haechan memasang wajah sedihnya "Aku tidak tau pasti tentang itu, tapi sungguh aku mmenyukaimu Aya!" jawabnya lugas
Sangat jelas, Aya terlihat sedih. Bukan karena pengakuan Haechan, namun karena ia mengingat kenyataan. Perbedaan antara mereka terlihat sangat jelas dan nyata.
"Tidak mungkin juga diantara seorang pria dan wanita yang hampir setiap hari bertemu tidak tumbuh perasaan yang tak biasa. Lambat laun perasaanmu akan berubah Haechan-ssi, aku tidak ingin hal seperti ini justru akan merusak reputasimu sebagai seorang idol. Aku juga tidak ingin pekerjaanku menjadi tidak profesional karena ini" jelas Aya, terlihat jelas air matanya membasahi pipi
Haechan menunduk menahan tangisnya yang membendung "Aku tidak pernah merasakan cinta seperti ini, namun aku akan terus mencoba untuk memantaskan diri"
Aya mengangguk, "Aku harus shalat sekarang"
"Baiklah, ayo kita ke Masjid itu tadi" ucap Haechan mengajak Aya ke Masjid Terapung
Merekapun berjalan menuju tempat parkir untuk mengeluarkan mobil.
Wajah Aya masih terlihat sedih, ia terus saja tunduk tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Aya, biar aku yang menyetir kali ini. Kau sedang tidak baik-baik saja, jadi jangan menyetir dulu. Aku juga sudah hapal jalan ke Masjid" ujar Haechan
Tanpa berpikir panjang, Aya langsung memberikan kunci mobilnya kepada Haechan tanpa mengatakan apapun.
Selama diperjalanan mereka hanya diam, Haechan sesekali memandang Aya, namun Aya hanya memandang keluar jendela.
"Sudah sampai" ujar Haechan
"Aku akan shalat dulu" sahut Aya, membuat Haechan sedikit lega
-----ooOoo-----
Setelah menunggu sekitar 15 menit, Aya belum kembali. Haechan yang dengan perasaan khhawatir langsung masuk ke Masjid, dan menyaksikan Aya yang sedang bersimpuh diatas sejadah.
Haechan melihat Aya menangis dan mengadukan kesedihannya kepada Tuhan.
Hati Haechan hancur, dia sangat mencintai Aya namun ternyata pengakuan cintanya membuat Aya terlarut dalam kesedihan.
Ya Rabb inikah balasan atas ketidaksetiaanku terhadapmu? Apakah bermain hati harus sesakit ini? Dengan penuh kerendahan hati, hamba memohon pengampunan atas khilaf yang selama ini hamba lakukan. Hamba tidak ingin terlarut dalam cinta fana seperti ini. Ya Rabb berikan hamba waktu untuk membersihkan hati hamba, agar hanya ada engkau saja didalamnya.
Hati Haechan berkecamuk, ia tidak tau apa yang Aya katakan, namun melihat Aya menangis seperti itu membuatnya hancur.
Kali ini Haechan benar-benar tak bisa membendung air matanya lagi. Matanya memerah dan suhu tubuhnya turun.
Haechan kemudian beranjak untuk pergi ke toilet, ia tidak ingin ada yang melihatnya hancur, apalagi wanita pujaannya.
Di toilet Haechan menangis dengan sangat sedih tanpa bersuara sama sekali.
-----ooOoo-----
Haechan menunggu Aya ditangga Masjid, ia hanya tertunduk karena matanya yang merah akibat mennangis.
"Haechan-ssi" terdengar suara dari belakang, dan itu adalah Aya.
Kali ini Aya tidak murung lagi, dia memberikan senyuman yang indah kepada Haechan.
"Aya, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud untuk membuatmu terluka" Haechan dengan nada yang sendu terus saja menunduk
"Haechan-ssi, kau tidak salah. Lagipula aku punya Allah yang akan menyembuhkan lukaku. Aku sudah baik-baik saja sekarang, jadi jangan menyalahkan dirimu lagi" ucap Aya menenangkan Haechan
Haechan menghela napas lega, "Baiklah ayo kita pulang sekarang" ujar Haechan
"Kita mampir dipenjual bakso itu dulu, kita harus membawakan para member makanan" sahut Aya menunjuk penjual bakso dekat Masjid"
Kali ini yang menyetir mobil untuk pulang adalah Aya karena perasaannya yang mulai membaik.
Mereka berdua hanya terdiam dalam lamunan sepanjang perjalanan. Haechan sangat ingin membuka pembicaraan, namun ia juga tidak ingin kata yang keluar justru akan menyakiti Aya.
-----ooOoo-----
"Haechan-ssi maaf aku tidak bisa ikut masuk, aku ada urusan. Sampaikan salamku untuk mereka. Malam ini mari kita melakukan obrolan video untuk membahas agenda besok, karena besok menjadi hari terakhir kalian disini" ujar Aya
"Baiklah, hati-hati dijalan" ucap Haechan, ia merasa sedih karena besok adalah hari terakhirnya di Indonesia.
Takdir Allah memang selalu tak terduga. Aku lebih dulu mencintainya, bahkan jauh sebelum pertemuan ini. Tak disangka diapun merasakan hal yang sama. Namun tetap saja, dua insan yang bertuhankan tak sama, tidak akan pernah bisa menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You : Kita Yang Berbeda | Lee Haechan
FanficDiawali dari kedatangan sebuah grup bernama DREAM LAND ke Indonesia yang mempertemukan Haechan dengan gadis bernama Aya. Aya adalah penggemarnya, namun tetap teguh pada agamanya. Aya juga menjadi tour guide pengganti untuk DREAM LAND. Ini semua tent...