#20

453 67 2
                                    

"Ummi...Abah... kalian mending pulang istirahat dulu, kaliankan baru aja nyampe. Pasti kalian capek banget, urusan Aya kalian ga perlu khawatir. Kan ada aku" ucap Hanifa

Ummi sama sekali tidak menanggapi Hanifa. Ia hanya duduk disamping putrinya yang masih belum ada tanpa kesadaran.

"Ummi kita pulang aja dulu yah, Ummi pasti capek banget. Nanti setelah nganter Ummi pulang, Abah kesini lagi buat jagain Aya" sahut Abah

"Yaudah kita pulang dulu aja bah, Abah" ujar Ummi

"Abah ga usah balik dulu, kalian istirahat aja. Aya biar aku yang urus" ucap Hanifa

Akhirnya Abah dan Ummi pulang, dan Hanifa kembali sendiri menjaga Aya.

Karena merasa sedikit bosan, Hanifa berjalan menuju jendela besar ruang perawatan tempat Aya dirawat.

Dari jendela ia bisa melihat panorama Pantai Losari dengan orang-orang yang banyak sekali berkunjung akhir pekan.

Tatapannya terhenti pada Anjungan, tempat dirinya dan Dreamies pertama kali bertemu.

'Ga kerasa, kalian udah pulang. Kisah cinta yang ga terduga, cuman bisa berakhir tanpa kebahagiaan'

Hanifa menghela nafasnya kasar, ia hanya bisa tersenyum mengingat kenangannya bersama Aya dan Dreamies.

Mereka menghabiskan banyak waktu bersama, dan sekarang semuanya telah usai tanpa adanya kalimat 'Selamat Tinggal'.

Terdengar suara hentakan kaki yang sangat cepat seperti orang yang sedang berlari di koridor Rumah Sakit.

Tak lama kemudian, 2 orang pria masuk memecahkan lamunan Hanifa.

"Aya" Haechan
"Hanifa-ssi" Mark

Tak disangka, itu adalah Haechan dan Mark. Mereka masuk lalu memanggil Aya dan Hanifa.

Hanifa dengan wajah penuh keheranan sedikit tidak percaya bahwa yang datang adalah Haechan dan Mark.

"Kayaknya aku udah gila deh, masa baru aja aku bayangin mereka, eh tau-taunya malah nongol lewat pintu" Hanifa berbicara sendiri

"Hanifa-ssi?" sahut Mark membangunkan Hanifa dari lamunannya

Hanifa masih tidak percaya. Akhirnya ia menepuk pipinya dengan sedikit keras untuk memastikan ini bukan mimpi.

Plakk "Auuuu" jerit Hanifa

"Apa yang kalian lakukan disini? Bukankah kalian seharusnya sudah kembali ke Korea?" tanya Hanifa keheranan

"Bagaimana aku bisa pulang, jika wanita yang ku cintai sedang tidak baik-baik saja" ujar Haechan menatap ke arah Aya.

Hanifa mengangguk kemudian melihat ke arah Mark tanda 'Dan kau?'

"Kalau aku....aku menemani Haechan disini. Dia orang yang sangat ceroboh" ucap Mark

Hanifa memandang mereka dengan raut wajah penuh kecurigaan, 'Ga aman ni anak dua' ucap Hanifa dalam Hanifa

Haechan kemudian menghampiri Aya yang masih terbaring dengan wajah penuh pengharapan.

Kali ini ia merasa puas memandang wajah wanita yang sangat ia cintai, "Aku datang cintaku, tolong sadarlah"

Hanifa membelalakkan matanya ketika melihat Haechan yang sangat dekat dengan Aya.

"Heh jangan terlalu dekat, jika Aya tau, dia pasti akan sangat marah" sahut Hanifa

Haechan kemudian mundur sedikit menjauh dari Aya. Ia sadar apa yang ia lakukan adalah kesalahan, apalagi kalau Aya tau.

-----ooOoo-----

Malam sudah tiba, Hanifa baru saja selesai melaksanakan shalat isya. Kini ia sendiri menjaga Aya, karena Mark dan Haechan sedang pulang mengantar koper mereka dan membeli makanan untuk Hanifa.

Hanifa kali ini memandang Aya dengan sangat dalam, ia hampir putus asa melihat keadaan sahabatnya yang tak ada perkembangan.

Tak sadar air matanyapun kini telah membasahi pipinya. Ia mulai menangis dengan tersedu-sedu, "Ay kapan sih kamu bangun? Ga capek apa tidur mulu?"

"Selamat Malam" sahut Mark yang muncul bersama Haechan dari balik pintu

"Kau makanlah dulu, ini sudah malam" ucap Mark sembari memberikan makanan untuk Hanifa

Hanifa megangguk dan langsung menerima makanan yang dibawa Mark untuknya, "Terimakasih" ucapnya

Ia kemudian menyantap makan malamnya dengan sangat lahap, karena sejak pagi ia belum makan apapun.

"Kau makan sangat lahap" sahut Mark

Hanifa tak menanggapinya, ia hanya makan dan terlihat jelas menahan tangisnya yang membendung.

Sesekali air matanya jatuh dan dengan cepat ia menyeka air matanya itu agar tidak terlihat oleh Mark dan Haechan.

Tiba-tiba ponsel Haechan berbunyi, dan yang menelpon adalah eommanya.

"Mengapa kau dan Mark tidak ikut ke Korea? Tadi Jaemin dan Jisung kemari memberitahu eomma"

"Ah mian eomma, aku tidak bisa pulang sekarang"

"Wae???"

"Wanita yang ku ceritakan beberapa hari yang lalu kepada eomma sedang koma"

"Calon menantu eomma? Bagaimana bisa"

"Semua salahku eomma, hari itu dia menolak cintaku. Karna merasa tidak terima, aku bersikap dingin kepadanya"

"Yaaa! Mengapa kau seperti itu?"

"Mian eomma"

Haechan langsung mematikan teleponnya karena tidak ingin merasa kalut.

"Apakah kalian sudah makan?" tanya Hanifa

"Iya, kami sudah makan" jawab Mark sembari tersenyum tipis

-----ooOoo-----

Malam menunjukkan pukul 12.00 Hanifa sudah tertidur, sedangkan Mark dan Haechan masih duduk.

Mereka menunggu sampai Hanifa tertidur dan barulah mereka pulang ke apartement.

Sebelum tidur, Mark memakaikan jaket miliknya kepada Hanifa yang tidur sambil duduk didekat Aya.

"Ayo kita pulang sekarang" ajak Mark

Mereka pun berjalan keluar meninggalkan Hanifa dan Aya di Rumah Sakit.

Kembali teringat saat mereka dan Dreamies pertama kali bertemu. Mereka masih sama-sama dingin, hingga suatu waktu perasaan tumbuh diantara mereka.

Malam yang penuh dengan bintang adalah kesukaan Aya, "Seandainya kamu melihat keindahan malam ini" guman Haechan

Dear You : Kita Yang Berbeda | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang