#8

560 77 9
                                    

Fajar kini telah tiba, Aya terbangun dengan keadaan mulai membaik. Ia terkejut karna melihat Haechan sepagi ini.

"Astaghfirullah" guman Aya

"Aku baru saja datang, Hanifa sedang keluar membelikan makanan untukmu, katanya kau tak suka makan makanan rumah sakit. Tenang saja pintu terbuka lebar, aku tau kau akan menolak keras berduaan dengan seorang pria dalam satu ruangan" kata Haechan

Aya hanya tersenyum kecil meski ia sedikit gugup karna sepagi ini orang yang pertama ia lihat adalah Haechan.

"Aya-ssi? boleh aku bertanya sesuatu?" sahut Haechan

"Silahkan" kata Aya

"Apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Haechan

Tak disangka kalimat seperti itu didengar oleh Aya dari mulut Haechan.

"Mengapa kau menanyakan itu?" tanya Aya

"Aku hanya ingin tau saja, karna kau bahkan tidak ingin bertatapan dengan seorang pria, jadi aku bertanya apa dengan tak pernah menatapnya kau bisa jatuh cinta?" sahut Haechan

"Perasaan itu adalah fitrah, setiap orang normal pasti merasakannya, termasuk aku. Aku mencintai orang yang sama selama bertahun-tahun, hanya saja orang itu tidak tau. Bahkan jika dia tau, akan sangat sulit bagi kami untuk bersama" tegas Aya

"Bolehkah aku menjadi orang itu?" sahut Haechan dalam hati

Suasana kembali hening, Aya hanya menatap langit lewat jendela rumah sakit sedangkan Haechan hanya duduk tanpa melakukan apapun.

"Assalamu'alaikum" suara Hanifa yang datang membawa makanan

"Wa'alaikumsalam" jawab Aya dan Haechan bersamaan. Tak disangka Haechan menjawab salam Hanifa.

"Ay gimana keadaan kamu?" tanya Hani sembari menyiapkan makanan untuk Aya

"Udah baikan kok" jawab Aya

"Ohiya Ay, tadi aku kerumah kamu tapi kok ga ada orang? Niatnya pengen ngasih tau orang rumah kalau kamu lagi sakit" tanya Hanifa

"Mereka lagi pulang ke kampung, soalnya ada keluargaku yang mau nikah. Ga usah kasih tau mereka yah, takutnya mereka khawatir" kata Aya sambil memohon

Hanifa hanya menghela napas dan memberikan air minum sebelum Aya makan.

"Minum dulu, ntar keselek lagi" kata Hanifa

Aya menyantap sarapannya dengan lahap karna tidak makan sejak kemarin.

"Ohiya Ay, kata dokter kalau keadaan kamu udah membaik, kamu udah boleh pulang kok" sahut Hanifa yang sedang mengupas buah

"Alhamdulillah! abis aku makan kita langsung pulang aja yah?" kata Aya dengan raut wajah gembira

"Lah? Seriusan?" Hanifa Heran dengan perkataan Aya

"Iya, malahan aku tambah sakit kalau tinggal di rumah sakit mulu" kata Aya

Hanifa pun mengiyakan hal tersebut dan beranjak untuk mengurus kepulangan Aya.

Suasana kembali hening, hanya ada Aya dan Haechan.

Haechan terus saja menatap kearah Aya, sedangkan Aya sesekali menoleh ke arah Haechan.

"Hei mengapa kau memandangku?" tanya Aya heran

"Apa kau merasa aku memandangmu?" balas Haechan dengan nada bercanda

Aya kemudian menoleh ke arah jendela dan meninggalkan pandangan Haechan.

"Apakah disini ada pulau yang indah?" sahut Haechan

"Mmm ada banyak, tapi yang paling terkenal adalah Pulau Samalona. Pulau itu sangat indah, ohiya untuk apa kau menanyakan itu? apa kau ingin kesana?" kata Aya sambil bertanya

"Aku berencana akan melamar seseorang disebuah pulau yang indah" jawab Haechan dengan nada bercanda

Aya terdiam sejenak dan berkata "Ah begitu"

Ada perasaan tidak rela dalam hati Aya, entah apa yang dikatakan Haechan hanya candaan ataupun bukan, namun ia sedikit kecewa.

-----ooOoo-----

Hanifa dan Haechan akan mengatar Aya pulang, mereka memesan sebuah taksi online karna biasanya yang membawa mobil adalah Aya namun ia sedang sakit.

Haechan duduk dikursi depan samping supir, sedangkan Aya dan Hanifa duduk dibelakang.

Aya menyandarkan kepalanya dipintu mobil karena merasa sangat lesuh.

"Haechan-ssi kalau boleh tau, sampai kapan kalian berada di Indonesia?" tanya Hanifa

"Kami disini selama 7 hari, ini sudah hari ketiga, tersisa 4 hari lagi" jawab Haechan

Aya yang mendengar itu merasa sedih, ia seperti tak rela jika Dreamies kembali ke Korea, namun ia juga tidak bisa menghalangi mereka untuk kembali ke negara asal mereka.

-----ooOoo-----

Hanifa membantu Aya turun dari mobil dan Haechan membantu membawa barang-barang Aya.

Aya dan Hanifa masuk lebih dulu, kemudian disusul oleh Haechan.

Haechan melihat interior rumah yang tak biasa, seperti model rumah italia yang dicampur dengan jepang, namun terlihat minimalis.

Pandangan Hechan terhenti pada suatu barang didalam lemari ruang tamu, "Itu album kami?" sahut Haechan dalam hati.

Dear You : Kita Yang Berbeda | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang