03 MEMORY

12.1K 736 9
                                    

Setiap lima menit sekali andini melirik kamar andreas yang masih tertutup rapat, sudah beberapa jam dia tidak keluar kamar, jarum jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas siang.

Andini merasa khawatir karna andreas belum sarapan.

Menghela nafas panjang dia beranjak dari sofa membuat ruri reflek menoleh padanya.

"Bunda?"

"Sebentar, bunda mau ke kak andre. Kakak belum sarapan, adek lanjutkan hafalanya ya" ujarnya lembut membuat ruri mengganguk patuh.

Sudah semenit berlalu sejak andin mengetok pintu kamar, tidak ada sahutan apa-pun dari dalam.

"Andreas ini tante, tante boleh masuk?.." setelah tidak ada jawaban andini menguatkan tekad, wanita itu masuk kedalam kamar andreas, matanya terkejut melihat anak itu tengeh merintih kesakitan memegangi perutnya.

"Andreas kenapa? Sebelah mana yang sakit?" Tanya andin saat dia sudah duduk didekat andreas, anak itu terlihat pucat dengan peluh membasahi wajahnya.

"Ya Allah, apa yang sakit nak.. beri tahu tante mana yang sakit?" Tanyanya dengan mengusap peluh diwajah andreas.

"Ya Allah mbak, ada apa?" Tanya tarmi  binggung saat dia melewati depan kamar andreas dan mendengar suara panik andini.

"Tolong siapkan mobil bi, saya mau bawa andre kerumah sakit dekat sini"

"T-tidak  Ma..u" jawabnya terbata, masih dengan menutup matanya anak itu menggerang sakit.

"Saya ambilkan obatnya dulu mbak" ujar tarmi dan bergegas mengambilkan obat andreas, sedangkan andini berucap istigfar beberapa kali dan menghapus peluh anak itu.

"Ini mbak obatnya.." tarmi menyerahkan obat dan air putih ketangan andini, dengan telaten wanita itu membantu andreas meminum obatnya tanpa perlawanan.

"Tuan andreas memang punya sakit maag mbak, dulu ketika mamanya meninggal tuan andreas jarang sekali mau makan apalagi tuan besar jarang dirumah, jadi setiap dia telat makan untuk beberapa jam maagnya akan kambuh" beritahu tarmi

"Astagfirullahalazim, maaf tante tidak tahu" setelah mengatakan itu, andini mengambil minyak telon yang berada di nakas, dengan lembut dia mengusap perut andreas membuat anak itu rileks, ada getaran aneh yang menyusup kehatinya saat diperlakukan begitu lembut oleh wanita asing yang kini duduk disampingnya, sudah berapa tahun dirinya tidak pernah mendapatkan kelembutan seperti ini?

"Tante siapkan makan ya?" Lagi, anak itu menggeleng dengan masih menutup mata, mencoba Meresapi reaksi obat yang habis ditelannya dan usapan lembut dari andini.

"Makan ya? Sedikit saja, biar nanti sakitnya hilang" bujuknya kembali

"AKU BILANG TIDAK MAU" andreas kembali meninggikan suaranya membuat wanita itu kaget dan menghentikan usapan diperut andreas.

Suara bantingan terdengar dari arah pintu, andini melihat bumi berada ditengah pintu, mata pria itu dipenuhi amarah.

"Biarkan saja anak itu, tidak perlu ada yang memberinya makan.." tekanya dengan nada tegas.

"PAPA JAHAT !! AKU MAU IKUT MAMA... AKU MAU IKUT MAMA.." andreas meraung, menangis melihat papanya yang memandangnya dengan aura pemusuhan.

"SANA IKUT MAMA MU! AKU TIDAK PEDULI !! JANGAN ADA SIAPA PUN DIRUMAH INI YANG MEMBERI ANAK INI MAKAN" setelah mengatakan itu bumi pergi meninggalkan kamar andreas.

"PAPA JAHAT !!! PAPA TIDAK SAYANG ANDREAS LAGI !!!" Andreas berbalik memungguni andini, anak itu tampak terisak dengan menyembunyikan wajahnya.

"Bunda" andini menoleh kearah pintu kamar, dilihatnya wajah putranya yang memancarkan ketakutan, andini membalas dengan senyuman lembut.

Woman At The CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang