06 PERMINTAAN ANDREAS

11.6K 755 11
                                    

Bumi melepaskan tangan rani dilengannya dengan kasar

"Kamu jangan bertingkah disini" ujarnya dingin

"Sayang.." rani masih mencoba merayu bumi, dia kembali mendekatkan tubuhnya ke bumi, menekan titik sensitif bumi, membuat bumi geram

"Ku ingatkan sekali lagi, jangan bertingkah" desis bumi tajam sambil mencengkram bahu rani kencang, setelahnya bumi pergi meninggalakan wanita itu yang mendesis tidak terima.

Bumi memberikan instruksi ke pembawa acara untuk segera memulai pembukaan acara.

Acara dimulai dengan meriah,  acara dimulai dari sambutan-sambutan yang diberikan oleh petinggi perusahaan, hingga diakhir sesi acara bumi masih belum menemukan sosok yang dia cari sedari tadi.

♡♡♡

Andini duduk dibangku panjang gedung belakang kantor yang masih terlihat asri dengan dikelilingi bunga dan juga tanaman rambat, andini menghirup nafas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan, terus begitu berulang2 dengan menutup mata, dia berharap rasa sesak didadanya hilang.

Sepuluh menit berlalu, sesak didadanya perlahan menghilang, ketika membuka mata dia terkejut dengan kehadiran lelaki yang duduk tidak jauh disampingnya tengah menatapnya heran.

"Oh Hai.." lelaki itu mengangkat tangannya, andini segera mengalihkan pandangan dari lelaki itu. Dia tertunduk malu. Dalam hati dia merutuki dirinya dalam memilih tempat untuk menenangkan diri.

"Maaf.. apa saya menggangu kegiatan anda?" Tanya lelaki asing itu dengan kemeja putih yang melekat pas ditubuhnya, andini segera menggangkat kepalanya dan tersenyum malu

"Tidak.." jawabnya dengan masih mempertahankan senyum manis dibibirnya, lelaki itu terpesona ketika andini memamerkan senyum manis didepannya.

"Saya ardito.. anda?" Ardito mengulurkan tanganya, andini hanya tersenyum canggung. Dia menangkup kedua tanganya didepan dada memberi salam pada lelaki bernama ardito.

"Andini..." jawabnya. ardito salah tingkah. Dia menarik tanganya kembali dan menggaruk kepalanya untuk mengurangi kecanggungan.

Hingga beberapa detik keduanya tidak saling bicara, ardito mengeluarkan sebungkus rokok disakunya. Andini yang melihat pergerakan  ardito mengambil sebungkus rokok dari sakunya segera berdiri.

"Maaf mas, saya permisi" pamitnya, dia berjalan melewati ardito. Lelaki itu memasang senyum tipis saat dilihatnya punggung andini semakin menjauh. Dengan kedua jarinya dia membawa sebatang rokok kebibirnya, tanpa menyalakan korek api dia hanya memainkan sebatang bakau itu dibibir dengan seulas senyum tipis.

♡♡♡

Memasuki ruangan tempat berlangsungnya acara, andini tidak mengenal siapapun. Kedua bola matanya mengitari ruangan mencari mama mertuanya. Acara peresmian kantor cabang sudah berakhir dari lima menit yang lalu. Semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Andin.." wanita itu menoleh saat suara ibu mertuanya memanggilnya.

"Dari mana saja?" Andini tersenyum minta maaf, amira menggandeng menantunya menuju ketempat duduk berkumpulnya para petinggi perusahaan.

"Bumi.." amira memanggil bumi, dengan memasang senyum lebarnya amira membawa andini lebih dekat dengan bumi.

Pria itu segera berdiri saat istrinya sudah berdiri didekatnya, tanpa bicara bumi menggambil kursi kosong diseberang dan membawanya mendekat kemeja mereka. Ditariknya tangan lembut andini untuk duduk disampingnya, amira yang melihatnya tersenyum senang.

Semua pasang mata memandang pergerakan bumi dan andini yang terlihat kaku dan canggung.

"Ehemm.. minum?" Tawar bumi, wanita itu mengganguk kaku. Bumi mengambilkan air putih untuk andini.

Woman At The CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang