16. (Don't) Touch Me

10.7K 603 11
                                    

Gaes .. gaes .. yeeee karna kemarin yang respon positif semua, hari ini aku bawa mas bumi dan mbak andin yang kece badai untuk menemani malam kalian. Hope you like it 💐💐🌹🌹
.
.
.
.
.

.
.
.
.

Semua lampu didalam rumah sudah padam, hanya ada beberapa lampu yang sengaja tidak dimatikan. Andini memutuskan untuk keluar dari kamar, semenjak kejadian tadi sore dia dan kedua putranya tidak keluar dari kamar. Andini meminta asisten rumah tangganya untuk membawakan beberapa cemilan dan juga makan malam untuk kedua putranya ke kakamar. Dia belum siap untuk bertemu tatap dengan bumi. Dia juga sama seperti wanita lain yang memiliki tingkat kesebaran.

Melangkahkan kakinya ke area dapur ia membuat secangkir teh hangat, menambahkan sedikit gula dia mengaduknya secara perlahan.

Entah, sudah berapa lama dia berdiri disana dengan masih melakukan aktifitas mengaduk tehnya. Dia tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasinya dari semenjak dia keluar kamar.

Bumi menatap sedih punggung istrinya, sudah hampir sepuluh menit wanita itu diam disana tanpa melakukan pergerakan.

Melangkahkan kakinya pasti, dia mendekat ketubuh istrinya. Tanganya seolah ragu untuk menyentuh tubuh istrinya, ego dalam dirinya saling berperang.

"Ehem.. " setelah perdebatan panjang dalam dirinya, bumi memilih berdehem untuk menyadarkan andini.

Andini menegang, dia belum siap untuk bersitatap dengan bumi. Memilih mengabaikan lelaki itu dia segera mengambil tehnya dan bergegas masuk kekamar.

Belum sempat ia melangkah pergi, bumi mencekal lenganya, membuat teh yang dibawanya jatuh kelantai.

Andini menatap nanar lantai dapur, di arahkannya kedua mata jernihnya pada suaminya, dia mencoba melepas cengkraman bumi pada lenganya.

"Aku mau hakku sekarang !" ujarnya tegas, bumi semakin mengencangkan cengkraman pada lengan andini. Wanita itu terkejut mendengar perintah tegas dari bumi. Tanpa terasa satu tetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

Hatinya terasa sakit, beberapa jam yang lalu suaminya menjatuhkan harga dirinya dan sekarang lelaki itu mengucapkan kalimat itu tanpa rasa bersalah.

Mengepal kuat, dia memukul dadanya yang terasa sakit dengan satu tanganya yang bebas. Ia terisak, harus seberapa kuat lagi ia menghadi cobaan yang tuhan berikan untuknya. Harus berapa banyak kesabaran yang harus dia siapkan untuk menghadapi suaminya.

Bumi terkejut, dia tidak pernah melihat wanita ini menangis sebelumnya. Seberapa menyakitkan kalimat itu untuk istrinya?

"PAPA..." bumi melepas cengkraman dari lengan istrinya, ia menatap andreas yang berdiri tidak jauh darinya. Andreas menatap bumi dengan pandangan permusuhan.

Andreas berlari lalu memeluk andini dengan erat seolah melindungi wanita itu. Dengan segera andini menghapus air matanya dan memberikan senyum menenangkan juga usapan lembut pada rambut anak itu.

"I dont like you papa.." ujar andreas, bumi mematung. Entah mengapa dia merasa seperti ada ribuan tombak besar yang menusuk seluruh tubuhnya. Rasanya sakit mendengar dan melihat tatapan permusuhan dari putranya.

"Don't touch my bunda.." ujar kembali anak itu, dia menggengam erat tangan andini lalu menarik wanita itu pergi menjauh dari bumi.

Bumi tersenyum sinis mentap kedua tubuh keduanya yang semakin menjauh. Tersenyum samar, dia meninggalkan area dapur dan masuk kedalam kamarnya.

♧♧♧

Andini tersentak ketika mimpi itu datang lagi, dia mengusap pelu di dahinya lalu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi. Mendesah berat dia bangun dari tempat tidurnya, dibenarkanya selimut kedua putranya, tak lupa dia jiga memberikan kecupan sayang pada ruri dan juga andreas.

Menggelung rambut hitam panjangnya, dia mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat malam.

Andini terisak ketika bayangan adam dan juga bumi saling memenuhi pikirannya. Dia sibuk berandai-andai, dia ingin adam berada disini, dia ingin memadu kasih dengan adam di sepertiga malam seperti yang selalu mereka lakukan. Tiba-tiba bayangan bumi hadir dan menghancurkan mimpi-mimpi andini.

Selesai berdoa, dia mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan baru dari suaminya. Dia ragu untuk membukanya. Belum Sempat ia membuka pesan itu panggilan masuk datang dari bumi.

Andini merasa seolah bumi tengah mengawasinya, dia edarkan pandanganya pada seluruh area kamar memastikan tidak ada cctv didalamnya.

Belum sempat dia menjawab, panggilan sudah berakhir. Sebuah pesan masuk datang lagi. Menghela nafas pasrah dia membuka pesan dari suaminya.

Matanya terbelalak ketika membaca pesan yang bumi kirimkan padanya, bergegas dia melepas mukenanya lalu mengganti dengan jilbab putih kebesaranya. Dengan pelan dia keluar kamar dan berjalan tergesa kedepan kamar bumi.

Ragu, andini berperang dengan dirinya. Ketika dia akan berbalik pergi sebuah tangan mencengkram pergelangan tanganya lalu membawanya masuk kedalam kamar bumi yang dihiasi lampu tidur.

Bumi menempelkan tubuh andini pada pintu, dia menatap wanita itu lembut lalu menempelkan dahi keduanya. Nafas bumi menerpa wajahnya, membuat wanita itu meremang.

"Apa... apa yang sudah kamu lakukan padaku andini ?" Tanyanya dengan memejamkan matanya, menikmati moment menyenangkan seperti ini.

"Kamu berbohong mas? Jadi itu semua bohongan?" Tanya andini, dia menatap  bumi meminta jawaban, bumi masih memejamkan matanya.

"Tidak semuanya.." ujarnya serak, dia tidak mampu mengngontrol hormon sialan ini. Dihirupnya dalam-dalam aroma menenangkan yang keluar dari tubuh istrinya, dikecupnya seluruh wajah andini.

Wanita itu diam terpaku, dia membiarkan apa yang dilakukan bumi padanya. Tubuhnya meremang, ketika tangan suaminya naik menuju puncak dadanya.

"Jadi, apa kamu mau menyentuh wanita muruhan ini ?" Tanyanya meremegkan, menghentikan pergerakan bumi didadanya.

Mata keduanya saling bertemu, bumi tersenyum samar. Dikecupnya dahi istrinya dengan lembut.

Membuka perlahan jilbab besar istrinya, dia seolah semakin terperangkap dengan kecantikan alami istrinya. Tanganya dia bawa untuk menyentuh halus wajah andini.

Andini memejamkan matanya, dia terlena akan perbuatan manis yang suaminya berikan. Dibimbingnya andini menuju kasur king sizenya. Dengan perlahan, dia melucuti semua baju yang menempel ditubuhnya juga istrinya.

Setelah selesai mencapai pelepasan panjangnya, bumi membawa tubuh andini merapat padanya, lalu memeluk wanita itu dari belakang.

"Kita obati pergelangan tangan mas bumi" ujar andini lemah, dia melihat darah masih keluar dari bekas sayatan pergelangan tangan kanan bumi

Bumi menggeleng, dia semakin merapatkan tubuh keduanya.

"Maaf.." Andini terpaku, dia tidak menyangka akan mendengar kata maaf dari bumi.

"Maaf untuk ucapanku yang sudah menyakitimu-"

"Jangan lakukan lagi.." potongnya. Katakan andini bodoh, dia begitu saja terlena akan perkataan maaf dari suaminya.

Bumi mengganguk, dia semakin merapatkan tubuh keduanya. Andini merasa sesak juga bau anyir darah yang membuatnya mual.

"Mas.." andini menyentuh pergelangan tangan kanan bumi yang terdapat goresan pisau, dikecupnya luka mengganga itu yang masih mengeluarkan darah.

"Kita obati luka ini-"

.
..
.
.......

Eitss, Cut dulu gaes. Terimakasih yang udah nyempetin baca, dan memberikan vote juga komen pada cerita ini 🙏 untuk part selanjutnya bakalan agak lama UPnya. Talk, tetep support author untuk selalu terus menulis ya 💐💐 terimakasih yang udah ingetin author kalau aku punya hitang cerita yang belum selesai. Terimakasih, minal aidzin walfaizin ya gaes 🙏

Jawa Timur, 10 Mei 2021 22:24 WIB

Woman At The CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang